"aku bilang kau pantas mendapatkan apa yang kau dapatkan."
"Orang tuamu sudah meninggal, kamu bekerja di kafe. Aku yakin harga dompetku lebih mahal dari gaji terakhirmu. Jadi jaga jarak dariku, si*lan."
Aku tidak mengerti apa masalahnya. Dia tidak pernah bertindak seperti ini pada orang lain, bahkan orang-orang yang dekat dengannya selalu memilih pertemanan berdasarkan tingkat dalam hal kekayaan. Dia selalu manis pada orang lain kecuali aku. Sepertinya dia sengaja ingin mempermainkan ku.
aku bangun dan menghampirinya, wajahnya membuat emosiku meledak , dengan sekali ayunan tanganku langsung mendarat ke pipinya.
"Plakkkk"
Beberapa orang terlihat menutup mulut mereka seolah tak percaya dengan apa yang telah aku lakukan.
Pritta meneteskan air matanya, antek-anteknya memapah tubuh nya perlahan untuk berlajan.
Itu sudah cukup untuk menghancurkan kendaliku. Tanganku mengepal dan sebelum aku tahu, aku mengingatnya, tanganku tadi menempel di pipinya yang berwarna merah muda dan lembut.
Aku memperhatikan dia berjalan
Dia tersandung dan sesaat teman-temannya langsung sigap menangkap.
"Jangan berani-berani mengatakan apa pun tentang hidupku. Kau bukan orang yang berhak berkomentar tentang keluargaku." aku membentaknya saat melihat perjuangannya untuk bangun yang kemudian menoleh kearahku.
Aku berlari keluar dari kelas tanpa menunggu jawabannya.
Aku tidak peduli apa yang akan dikatakan orang tentang diriku. Tapi menurutku hal seperti itu menyakitkan. Aku kehilangan orang tua ku ketika berusia tiga belas tahun dan kemudian diadopsi oleh paman dan bibi .
Mereka sangat manis padaku dan membesarkanku dengan baik. Tapi aku tahu itu menjadi beban bagi mereka. Mereka miskin tetapi mereka tidak pernah membuatku merasa kekurangan apa pun. Jadi setelah berusia delapan belas tahun, aku menyewa sebuah kamar kost kecil untuk diri ku sendiri ,agak jauh dari mereka dan mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah kafe. Di situlah bertemu Arina dan Ny.Angel. Itu hampir satu tahun sepuluh bulan yang lalu ketika aku masih mahasiswa baru di perguruan tinggi dan baru saja berusia delapan belas tahun. Paman dan bibiku juga pindah kembali ke rumah pedesaan.
Dan bagaimana Pritta bisa berbicara seperti itu padaku? Apa yang pernah aku lakukan padanya? Dia tidak tahu bagaimana rasanya hidup tanpa orang tua ,aku berharap semoga dia tidak akan pernah mengalaminya. Itu adalah hal yang paling menyakitkan bagiku, yaitu kehilangan orang tuaku. Tapi aku tidak akan membiarkan dia memperlakukanku seperti ini, aku kuat, aku tahu aku kuat.
Setelah kelas-kelasku telah usai , aku segera pulang. Aku sampai di cafe sekitar pukul 16:15 sore.
Aku melihat arianna di belakang konter, menerima pesanan pelanggan, aku membuka pintu kafe, mendengar bel berbunyi di atasnya dan berjalan ke arah Anna
"Hei, kamu jalan kaki lagi? Itu membutuhkan waktu yang lama" kata Arianna, ia tersenyum padaku saat aku datang dan berdiri di sampingnya.
"Tidak semua orang memiliki mobil sepertimu yang cantik itu. Beberapa orang harus berjalan kaki atau naik bus, " jawabku
Dia terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Kamu lupa saat aku mencurinya dari orang tuaku."Dan betapa beruntungnya aku karena Mereka tidak melaporkannya".
"Itu Hadiah perpisahan karena mereka tidak mengakui ku," raut mukanya berubah
anna berdehem
"Oke Darla aku yang akan membersihkan cafe hari ini. Kamu di bagian register. Ingatttt Jangan membuat kesalahan satupun!".
Aku mengangguk padanya dan mulai bekerja. Tidak banyak pelanggan yang datang . Pada akhirnya, aku menyelesaikan beberapa catatan yang ditugaskan dari sekolah dan bahkan punya waktu untuk belajar. Itu adalah bagian terbaik dari pekerjaan paruh waktu ini, mendapat banyak waktu luang bahkan ketika aku sedang bekerja. Dan juga dibayar cukup baik. Tapi waktunya sangat lama. Aku bekerja di kafe dari pukul empat sore hingga pukul sembilan malam.
"Darla", Anna memanggil dari belakangku.
Aku berbalik.
Dia selesai dengan pekerjaannya, ia duduk bersandar di konter, secangkir kopi sudah ada di tangannya. Dia menyeruput, lidahnya meluncur menutupi bibirnya saat dia menyeka kopi di mulutnya.
"Ya?"
"Kamu kenal temanku, Sera?. Ulang tahunnya adalah hari Sabtu ini. Dia mengadakan pesta besar dia mengundangku. Tapi, Kau juga harus ikut."
Arianna adalah seorang pemabuk. Dia suka pesta. Namun, aku tak sepertinya. Aku benci pesta karena membuat ku merasa tidak nyaman dan tidak pada tempatnya, dan yang terlihat di pesta hanyalah musik yang keras, orang-orang menari seperti tidak ada hari esok dan alkohol. Itu benar-benar bukan pilihan kesenanganku.
"Aku tidak bisa, Ann. Aku tak suka pesta. Kau tahu itu. Tapi jangan khawatir, kamu bisa pergi bersama teman-temanmu yang lain, " kataku dan melihat wajahnya yang jatuh.
"Tidak ada orang lain yang bebas minum untuk malam ini. Jangan khawatir, ini bukan pesta kelas menengah. Kumohon, ayolah. Kami tidak akan berada di sana untuk lama, hanya beberapa jam. Kumohon, untukku."Dia memberiku mata anak anjing itu.
"Tidak. Aku harus belajar. Kenapa kau tidak pergi sendiri?"
"Ini akan sangat canggung bagi ku. Aku tidak mengenal siapa pun kecuali dia di seluruh keluarganya! Aku janji aku tidak akan meninggalkan dirimu sendiri Aku akan tetap bersamamu sepanjang waktu. Kau akan baik-baik saja. Jangan khawatir. Kumohon." Dia memohon.
Mengapa dia begitu putus asa untuk pergi ke pesta itu? Bukankah dia selalu pergi ke pesta tanpa aku?
Aku tahu bagaimana Arianna. Dia tidak menyerah kecuali dia mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia terkadang membuatku sakit kepala.
"Tolong. Hanya untuk beberapa jam. Kita akan kembali sebelum pukul sebelas. Kamu tidak akan menyesal pergi. Kumohon!"
Aku menghela nafas. Tidak peduli berapa banyak pesta yang dibenci, tidak peduli berapa banyak aku akan menolaknya, dia tahu dia akan berhasil di sekitarku pada akhirnya.
"Baik". Tapi seperti yang kau janjikan, hanya untuk beberapa jam, kita harus kembali sebelum jam sebelas. Kamu akan tetap berada di sampingku sepanjang waktu Mengerti?"
Dia menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. "Ya, ya!"
"Bagus," kataku dan dia berbalik untuk pergi ketika tiba-tiba aku teringat hal terpenting yang harus diceritakan padanya.
"Ann!" aku memanggil.
Dia berbalik dengan mata penasaran.
"Apa?"
"Dan satu lagi, tak boleh minum sama sekali"
"Apa? Tidak mungkin. Aku akan minum sedikit Darla, Siapa yang akan bilang tidak untuk minuman gratis?"Dia merengek setelah aku berbalik untuk pergi. Aku tak akan mengizinkannya minum, aku berpegang teguh pada keyakinan ku.
"Tidak."Kataku.
Anna berusaha menunjukkan wajah meng-ibanya dia tau kelemahanku, sekuat tenaga aku menatap kedepan untuk tidak melihat wajahnya yang sudah seperti anjing kecil.
"Aku tak akan membuat kesalahan Darla, tapi ku mohon, kali ini saja"
"Darlaa....."
Dia terus merengek tapi aku mengabaikannya dan berjalan menuju apartemenku.
....
Kira-kira nanti Darla ngizinin Anna buat minum ga ya? Menurut kalian kata-katanya bikin pusing ga? Apa ada part yang membuat kalian tidak mengerti?? Kalau ada komen ya ? Aku bakalan ngubah jadi lebih baik lagi biar para pembaca makin betah. Salam cinta dari akuu❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments