Gadis Berzirah

Matthias berlari seperti anak kecil ke dalam hutan kematian, di saat ia berlari ia meminjam sebuah pedang dari guru yang mengajarnya seni berpedang itu.

Abigail yang melihat ekspresi senang diwajah Matt saat berlari, ia tanpa sadar mengikuti Matt.

“Matt.. kamu sepertinya kelihatan senang,” ucapnya berlari disamping Matthias.

Melihat gadis itu ikut berlari, Matt berhenti lalu berbicara padanya, “Ya Abi, aku ingin mencoba sesuatu sebelum aku pergi,” ucapnya pada Abigail.

Mendengar hal itu, Abi yang awalnya senang menjadi sedih; karena mengingat Matt sudah harus pergi dari desa Mural.

“Tidak perlu sedih begitu Abi, aku akan segera kembali, tunggu ya," ucapnya melanjutkan berlari ke hutan kematian.

Di depan hutan kematian…

Saat ini Matthias tidak memiliki lagi perlindungan dari Lawrence, karena pelindung Lawrence hanya berlaku sampai dia keluar dari hutan kematian, apabila masuk kembali maka ia tidak memiliki pelindung lagi dan bahaya akan menerkam kapan saja.

“Yosh.. saatnya bereksperimen,” gumamnya lirih, sedikit gemetar namun ia berusaha untuk tetat tenang dan santai.

Karena prinsip Matthias adalah tetap tenang dan berusaha sesantai mungkin dan se-cool mungkin, itulah yang enjadi pegangannya selama hidupnya semasa ia masih menjadi Takuya dulu dan ia masih memegang prinsip itu dikehidupannya saat ini, sebagai Matthias.

Namun semenjak bertemu dengan orang-orang di Desa Mural, sifatnya akhir-akhirnya sedikti berubah, ia menjadi sedikit ramah dan lebih berisik.

Ia mengambil nafas panjang dan kemudian melangkahkan kakinya ke dalam hutan kematian, satu langkah saja membuat bulu kuduknya merinding bukan main.

Aura membunuh di dalam hutan bisa ia rasakan sangat jellas walaupun terasa sangat jauh.

“Sudah kuduga, sepertinya aku diberikan pelindung khusus oleh Lawrence,” gumamnya lirih bersyukur Lawrence memberinya pelindung saat itu, jika tidak ia tidak tahu sudah jadi apa dirinya sekarang.

“Baiklah … sepertinya aku harus sedikit menjauh dari desa ini,” ucapnya sambil menatap layar sistem.

...****************

...

Panel Sistem | Toko Sistem | Informasi Sistem |

€: 5.000 | Exp: 1.500/1.900

Nama: Matthias

Umur: 22 Tahun

Title: Hunter

Level: 1

Ras: Manusia

Pekerjaan: Pemburu

Class: Swordman

Kemampuan: Double Slash

Informasi>>> klik untuk informasi lebih lanjut!

^^^□^^^

...****************

...

Ia berjalan sambil melihat informasi dilaman informasi yang kelihatannya bertambah sesuatu di sana.

*Double Slash, adalah teknik berpedang yang memungkinkan penggunanya memberikan tebasan beruntun.

“Hoho.. sepertinya layak untuk dicoba,” ucapnya setelah membaca informasi itu sambil mengayunkan pedang yang dipinjamnya sebelumnya.

Tidak jauh dari sana ia langsung dihentikan oleh binatang buas, namun hewan itu berbeda dari yang ia ketahui pada umumnya di bumi.

Hewan buas itu ukurannya hampir sebesar beruang grizzle namun ia memiliki tanduk seekor moose.

Hanya sekali melihat nama hewan itu terlihat di atas kepalanya seperti sebuah hologram bertuliskan Moozzle. Dan itu semua berkat pekerjaannya sebagai pemburu.

Karena pekerjaan pemburu membuatnya bisa melihat nama ataupun jenis makhluk buruannya, namun sebenarnya tidak hanya sebatas buruannya saja yang bisa dilihatnya, namun segala jenis makhluk hidup ia bisa tahu namanya, tumbuhan, hewan, bahkan makhuk hidup seperti manusia ia bisa deteksi. Dan hal itu ia sudah mencobanya pada penduduk Desa Mural.

“Ehh.. jadi namanya Moozzle? Moose Grizzle? Dasar dewa kurang kerjaan, pasti dia bingung saat ingin memberi nama,” gumamnya lirih

“Akchuuu…”

“Lawrence.. kau baik-baik saja? Masuk angin?”

“Tidak kok.. aku baik-baik saja, hanya saja sepertinya ada yang berbicara tentangku…”

“Baiklah saatnya mencoba teknik baruku, ‘Double Slash’” ucapnya meneriakkan kemampuan barunya.

Dan ia berhasil mengalahan Moozzle itu dengan luka tanda silang didada hewan itu. Lalu ia membawa Moozzle itu ke Desa Mural dan meminta beberapa orang untuk membantunya mengulitinya.

Sementara itu ditempatnya melawan Moozzle sebelumnya terapat seorang gadis yang berpenampilan seperti kesatria, dia mematung karena telah menyaksikan kemampuan Matthias sebelumnya.

Tidak pernah ada yang bisa membunuh Moozzle hanya dengan dua kali tebasan, dan lagi yang membuatnya terkejut bukan hanya itu saja, ia juga tidak pernah melihat tebasan beruntun sebelumnya.

Matthias yang menyeret Moozzle itu dengan susah payah namun setelah mendengar notifikasi sistem membuatnya kembali bersemangat.

--Title baru berhasil didapatkan--

~Monster Hunter~

--Level up--

~Level 4~

Setelah sampai di desa, semua orang terkejut melihat Matt membawa Moozzle yang sudah tidak bernyawa itu.

“Matt? Kau yang memburu mo-monster itu?” tanya Amor gelagapan terkejut melihat bawaan pemuda itu.

Matthias hanya mengangguk bingung dengan reaksi orang-orang desa.

‘Ahh.. sepertinya aku sudah memburu monster berbahaya’ gumamnya dalam benaknya.

“Apa hewan ini berbahaya?” tanyanya.

“Bukan lagi berbahaya Nak … tapi monster ini sudah menjadi ancaman bagi desa ini selama bertahun-tahun,” ucap salah satu orang tua yang berada di sana.

Lalu orang tua itu menjelaskan padanya, alasan kenapa monster yang di sebut Moozzle itu menjadi ancaman bagi desa yang memiliki seni berpedang terkenal di dunia ini.

Moozzle yang memiliki kulit yang keras adalah salah satu penyebabnya, selain kulitnya yang keras. Cakar milik Moozzle yang cukup tajam juga merupakan senjata mereka. Terlebih lagi bahaya Moozzle terdapat pada tanduknya.

Tanduknya yang keras membuat Moozzle berbahaya, dengan tanduknya ia bisa mematahkan beberap tulang rusuk jika tersundul olehnya. Dan lagi Moozzle memiliki kecepatan tidak masuk akal jika mereka marah.

‘Hm.. apa sekeras itu? Tapi aku membunuhnya hanya dengan dua tebasan loh’ ucapnya dalam benaknya.

“Haha.. mungkin aku hanya beruntung bisa membunuhnya,” ucap Matt tersenyum menggaruk kepalanya. “bisakah kalian membantuku mengulitinya?” lanjutnya.

“Itu tidak masalah,” jawab Amor, lalu melanjutkan perkataannya, “Moozzle jika sudah mati, kulit mereka tidak akan sekeras sewaktu mereka hidup.”

Kemudian mereka mulai menguliti Moozzle itu, sebagian kulit dan dagingnya diberikan pada Desa Mural dan sebagian ia bawa sebagai bekal ke Ibukota, sedangkan tanduknya sendiri sebenarnya Matt ingin menyerahkan pada Amor dan menjadikan simbol desa itu, namun ia menolak dan akhirnya tanduk itu akan dibawa oleh Matt.

Itu karena Amor mengatakan bahwa tanduk Moozzle bisa ia gunakan sebagai material untuk membuat senjata yang cukup kuat namun tidak sekuat senjata yang terbuat dari material langka seperti adamantite, mithril ataupun obsidian.

Akhirnya sudah waktunya Matt untuk melanjutkan perjalanannya, saat ini ia bertujuan ke Ibukota terlebih dahulu.

“Matt… kamu mau pergi?” ucap Abigail nampak sedih Matt ingin pergi.

“Nm.. aku sudah berjanji pada teman-temanku, aku akan ke Ibukota untuk mereka,” ucap Matt yang tentu saja itu bohong.

Kemudian Abigail memeluknya dan menangis dalam pelukan pemuda itu, “Jangan pergi Matt … aku.. aku akan sendiri jika kamu pergi,” kata gadis itu sambil terus menangis dipelukan Matt.

“Tenanglah… aku hanya pergi sebentar, aku akan kembali meski, aku tidak tahu kapan,” ucap Matt menenangkan Abigail, karena menurutnya akan merepotkan jika gadis itu meminta untuk ikut bersamanya.

“Baiklah, aku berangkat dulu,” lanjutnya kemudian pergi meninggalkan desa ynag ramah itu. Ia ingin tinggal lebih lama d desa itu, namun jika ia lakukan itu, maka dirinya akna bermalas-malasan lagi dan kemungkinan besarnya adalah dia akan tinggal di sana selamanya.

Setelah berjalan cukup jauh, ia bertemu dengan seorang gadis berpakaian seperti seorang kesatria dengan zirah lengkap melindungi dirinya.

Gadis itu menghalanginya dan mengehentikannya, “Berhenti…!” ucapnya berdiri dihadapan Matt.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!