Devano Bukan Bima

Keisha dengan begitu antusiasnya kembali ke kediaman laki-laki bernama Devano. Dia seperti sudah menemukan kehidupan barunya. Semangat di dalam jiwa Keisha pun seolah terisi penuh. Dirinya tidak masalah jika memang harus bekerja tanpa di bayar sekalipun yang penting dia bisa melihat wajah Deva setiap saat.

Dia bahkan mengundurkan diri terlebih dahulu dari Swalayan dimana dirinya bekerja selama ini tanpa berpikir panjang, Kei benar-benar akan memulai hidup baru dengan bekerja sebagai assisten rumah tangga di tempat tinggal Deva yang sebenarnya orang yang baru saja dia kenal.

Tok! Tok! Tok!

Kei mengetuk pintu kediaman Devano. Senyuman lebar pun nampak mengembang dari kedua sisi bibirnya kini. Sampai akhirnya pintu rumah di buka lebar.

Ceklek!

Pintu di buka kemudian, senyuman yang semula mengembang dari kedua sisi bibir Keisha pun seketika lenyap ketika dia mendapati bahwa yang membukakan pintu tersebut bukanlah Deva melainkan seorang wanita. Cantik dan berpenampilan elegan, penampilan wanita tersebut jauh berbeda dengan dirinya yang memakai pakaian seadanya.

"Maaf, anda siapa ya?" tanya Kei dengan nada suara terbata-bata tentu saja.

"Seharusnya aku yang bertanya sama kamu. Siapa kamu?" Wanita tersebut balas bertanya.

"Siapa sayang?" Suara Deva pun terdengar dari dalam sana. Pemuda itu berjalan ke arah pintu kini.

"Ini sayang, wanita ini pembantu baru kamu? Ko kamu gak bilang kalau pembantunya wanita muda kayak dia?"

"Keisha, kamu langsung kebelakang aja ya. Langsung kerjakan tugas kamu," pinta Deva tidak menanggapi pertanyaan kekasihnya sama sekali.

"Baik, Tuan. Saya permisi." Kei masuk ke dalam rumah dan segera menuju belakang dan memulai pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga.

"Kenapa kamu gak bilang kalau pembantu baru kamu itu seorang wanita muda? Kamu gila, hah? Kalian mau tinggal berdua di sini?"

"Dengarkan penjelasan saya dulu, Diandra. Dia itu bersedia bekerja di sini tanpa di bayar, kapan lagi coba aku bisa dapat pembantu gratisan kayak gini."

"Tanpa mau di bayar? Itu berarti dia ada maunya dong kerja di sini? Mustahil 'kan kalau wanita itu berkerja capek-capek jadi pembantu tanpa di bayar sama sekali?"

"Dia bilang sih, saya ini mirip sama pacarnya yang udah meninggal. Makannya dia mau bekerja di sini."

"Hah? Makin gila dan makin ngaco. Kamu mirip sama pacarnya dia yang udah meninggal? Emangnya kamu punya kembaran apa?'' ketus Diandra semakin merasa kesal.

"Tapi, sayang. Saya gak mungkin suka sama dia, kamu lihat aja penampilannya. Mana mungkin saya jatuh hati sama wanita seperti dia? Jauh banget sama kamu."

Diandra pun diam seribu bahasa. Jika di bandingkan dengan dirinya, wanita bernama Keisha itu sama sekali tidak ada apa-apanya tentu saja. Lagipula, Deva kekasihnya juga memiliki selera yang tinggi apabila menyangkut dalam urusan wanita.

"Oke, aku percaya sama kamu. Gak mungkin juga kamu suka sama wanita kucel kayak dia. Tapi awas saja, kalau sampai kamu beneran suka sama dia, aku gak bakalan maafin kamu dan kita putus saat itu juga."

"Iya, sayang. Pasti itu."

Diandra pun tersenyum lega. Dia berjalan menuju belakang dimana Keisha sedang melakukan pekerjaan barunya. Wanita itu pun berdiri tepat di depan Keisha yang saat ini sedang menyapu lantai.

"Heh, kamu," ketusnya kemudian.

"Iya, saya,'' jawab Kei sopan juga menundukkan kepalanya merasa tidak percaya diri.

"Aku peringatkan sama kamu ya, jangan sekali-kali menggoda Devano pacar aku hanya karena wajahnya mirip dengan pacar kamu yang sudah meninggal itu. Dia Deva, Deva pacar aku. Oke?" tegas Diandra penuh penekanan.

"Astaga, Diandra. Tidak usah sampai segitunya kali. Dia di sini itu untuk bekerja, bukan untuk menggoda saya," ucap Deva merasa tidak enak sebenarnya.

"Ko kamu jadi belain dia sih? Nah 'kan belum apa-apa aja udah di bela!"

"Bukan seperti itu maksud saya, sayang. Eu ... Gimana kalau sekarang kita jalan-jalan, belanja-belanja, kamu bebas mau beli apapun yang kamu mau."

"Serius, sayang?"

Deva menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil.

"Oke, kamu memang paling pintar dalam hal menghibur pacar kamu yang lagi kesal ini,'' jawab Diandra tersenyum lebar merasa senang.

Keduanya pun pergi begitu saja meninggal Keisha yang saat ini masih menundukkan kepalanya. Sakit? Hati Kei memang merasa sakit, tapi dia pun sadar diri bahwa laki-laki itu bukanlah Bima. Dia pun menepuk kedua sisi pipinya kini, menyadarkan diri dan mencoba untuk menghibur diri bahwa Deva tetaplah Deva.

Laki-laki itu bisa saja kembaran Bima, tapi hal itu tidak dapat merubah kenyataan bahwa Deva bukanlah Bima. Kei menarik napas berat lalu menghembuskan'nya secara perlahan. Mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri di tengah perasaannya yang sebenarnya merasa kacau.

"Sadar, Kei. Sadar ... Jangan kayak gini. Dia Tuan Deva bukan Bima. Bisa melihat wajahnya setiap hari saja sudah beruntung," gumamnya kemudian.

Dia pun meneruskan pekerjaannya. Bibir Keisha memang mengatakan hal itu, tapi buliran air mata tetap saja bergulir membasahi wajahnya kini.

''Ya Tuhan kenapa aku harus menangis segala, hahahaha!''

BERSAMBUNG

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!