Sepulang kerja, Keisha duduk di halte bis seperti biasanya. Menunggu kendaraan yang akan membawa dirinya pulang ke rumahnya yang memang lumayan jauh dari tempatnya bekerja. Lama menunggu, tidak ada satupun bus yang lewat, tapi Kei sama sekali tidak merasa khawatir sama sekali. Dia masih bisa pulang dengan berjalan kaki, tidak peduli meskipun harus membutuhkan waktu yang lumayan lama untuknya sampai di kediamannya itu.
Hal tersebut benar-benar dia lakukan. Gadis itu bangkit lalu berjalan menyusuri trotoar benar-benar akan pulang dengan berjalan kaki. Semilir angin malam terasa dingin menyentuh kulit wajahnya. Dinginnya bahkan terasa menembus blazer hitam yang dikenakannya saat ini. Namun, lagi-lagi Kei sama sekali tidak memperdulikan hal itu.
Gadis bernama lengkap Keisha Yunia Putri itu pun bahkan mengabaikan perutnya yang sebenarnya terasa lapar. Seharian ini dirinya sama sekali belum mengisi perutnya dengan makanan apapun sedikitpun.
Tiba-tiba saja, otaknya benar-benar berhalusinasi. Bima berjalan beriringan dengannya kini. Kekasihnya itu bahkan menggenggam erat jemarinya juga menoleh dan tersenyum kepadanya. Seperti orang yang telah hilang akal, Kei pun balas tersenyum juga berbicara dengan Bima seolah dia benar-benar nyata.
"Kamu lama sekali datangnya. Apa kamu tahu, aku selalu menunggu kamu selama ini," tanya Kei menatap lekat wajah Abimanyu Wibowo yang sebenarnya sama sekali tidaklah nyata itu.
"Maafkan aku, Kei. Aku harus pergi tanpa pamit. Kematian setiap manusia itu sudah di tentukan dan di takdirkan oleh yang maha kuasa. Termasuk kematian aku yang mendadak itu. Aku harap kamu bisa tetap hidup dan bahagia. Lupakan aku, Kei. Sudah saatnya kamu membuka lembaran baru dan memulai hidup yang baru.''
Keisha seketika menghentikan langkah kakinya. Dia pun semakin lekat menatap wajah Bima, laki-laki yang sangat dia cintai. Bersama laki-laki ini dia benar-benar merasa bahagia, bersama dia pula, dirinya yang yatim piatu merasa memiliki sandaran dan benar-benar membuat setiap hari yang dia lewati terasa berharga.
Sampai akhirnya, Bima harus menghadap ilahi 3 tahun yang lalu membuat Keisha merasa patah, bukan hanya patah hati, tapi juga patah arah, semangat hidupnya pun telah hilang saat itu juga.
"Bawa aku bersamamu, Bim. Aku benar-benar gak sanggup hidup sendiri seperti ini. Kamu terlihat bahagia, tapi kenapa aku merasa sangat menderita di sini? Kenapa kamu ninggalin aku, Bim! KENAPAAAAAA!" teriak Kei histeris.
Perlahan, bayangan Bima pun kian memudar dari pandangan matanya kini. Kei sontak semakin menangis histeris menatap wajah Bima yang perlahan mulai menghilang di telan kegelapan. Jiwa seorang Keisha benar-benar merasa terguncang.
Sedetik kemudian.
Bruk!
Gadis itu ambruk di atas trotoar. Keisha benar-benar tidak sadarkan diri di tengah kegelapan malam yang sebenarnya terasa mencekam. Seharian ini Kei sama sekali tidak mengisi perutnya dengan makanan sedikit pun, membuat tubuhnya benar-benar drop di tambah jiwanya yang memang sudah tidak stabil sejak awal.
* * *
3 jam kemudian.
Keisha mengedipkan kedua mata saat sinar lampu terasa menyilaukan matanya kini. Perlahan dia pun menarik pelupuknya pelan seraya menahan rasa pusing di kepalanya. Sampai akhirnya kedua mata gadis itu pun terbuka sempurna dan seketika merasa heran karena dia bangun di tempat yang asing.
"Aku dimana? Kepalaku pusing sekali," gumam Kei memijit pelipisnya pelan.
Dia menatap sekeliling kamar mewah dan megah. Bahkan ruangan tersebut terlihat seperti sebuah istana baginya. Luas, ruangan tersebut bahkan lebih besar dari ukuran rumahnya lengkap dengan perabotan mewah yang mengisi kamar tersebut.
Ceklek!
Pintu kamar pun di buka, seorang laki-laki masuk ke dalam kamar tersenyum menatap wajah Kei. Keisha nampak menatap wajah pemuda tersebut dengan tatapan mata sayu merasa tidak percaya. Apakah dirinya sedang berhalusinasi seperti sebelumnya? Atau, dia sudah berapa di surga dan di pertemukan dengan Bima, kekasih yang telah lama berpulang ke alam sana?
Kei mengusap kedua matanya kasar. Dia hanya ingin memastikan apakah yang sedang dilihatnya ini nyata atau hanya khayalannya semata. Pemuda yang saat ini sedang berjalan menghampirinya itu benar-benar mirip sekali dengan Abimayu Wibowo kekasihnya tercinta.
"Kamu sudah bangun?" tanya pemuda tersebut berdiri tepat di tepi ranjang.
"Bima? Kamu Bi-ma 'kan?" tanga Keisha dengan nada suara terbata-bata.
"Bi-ma? Hahahaha! Maaf, saya bukan Bima. Saya tidak sengaja melihat kamu pingsan di pinggir jalan tadi,'' jawab pemuda tersebut tertawa ringan.
"Tidak, wajah kamu mirip sekali dengan Bima. Kamu pasti Bima 'kan? Ini aku Keisha pacar kamu.''
"Maaf, Keisha atau siapa pun nama kamu itu, saya Devano bukan Bima. Rumah kamu dimana? Biar saya antar kamu pulang sekarang,'' ujar Devano penuh penekanan.
Kei mencoba untuk bangkit dan duduk tegak. Apa yang dia lihat bukanlah sebuah khayalan ataupun sebuah fatamorgana seperti yang dia lihat sebelumnya, tapi dia tetap saja merasa kecewa karena pria ini bukanlah Abimanyu Wibowo kekasihnya tercinta.
Akan tetapi, bagaimana bisa wajah laki-laki bernama Devano ini sangat mirip dengan Bima? Sangat mirip bak saudara kembar indentik padahal dari yang dia tahu selama ini, Bima adalah anak tunggal. Dia sama sekali memiliki kakak ataupun adik, apa lagi saudara kembar.
"Jika kamu memang bukan Bima, bolehkah aku memegang wajahmu? Kamu benar-benar mirip dengan Bima kekasihku yang telah tiada,'' pinta Kei dengan nada suara berat. Kedua matanya pun mulai berkaca-kaca kini.
Devano hanya menganggukkan kepalanya samar. Dia pun duduk tepat di tepi ranjang agar Kei tidak perlu berdiri hanya untuk meraba wajahnya tersebut. Perlahan, Kei mulai meletakkan kedua telapak tangannya di kedua sisi rahang laki-laki itu.
Mengusap setiap inci bagian wajahnya tidak ada satupun yang dia lewatkan. Dari mulai kedua alis, mata, hidung bahkan bibirnya tidak luput dari jemari lentik gadis itu. Buliran air mata pun seketika membasahi wajahnya kini, bahkan membanjiri hampir seluruh wajah cantik seorang Keisha.
"Bagaimana bisa wajah kalian sama persis? Ya Tuhan, kamu persis seperti Bima, tapi kamu bukanlah Bima. Bagaimana bisa seperti ini, hiks hiks hiks hiks ...'' tangis Keisha seketika pecah memekikkan telinga.
"Apakah pacar kamu benar-benar memiliki wajah seperti saya?"
Keisha menganggukkan kepalanya seraya mengigit bibir bawahnya keras. Suara isakan pun masih terdengar meskipun agak sedikit di tahan.
"Tapi aku bukan Bima. Aku Devano, dan aku sama sekali tidak mengenal laki-laki bersama Bima itu."
Keisha seketika menundukkan kepala, dia pun menurunkan kedua telapak tangannya juga menahan rasa getir di hatinya kini. Tidak masalah meskipun laki-laki ini bukanlah Bima, dengan menatap wajahnya saja sudah bisa mengobati rasa rindu yang selama ini dia pendam.
"Saya akan mengantarkan kamu pulang," ucap Deva kemudian.
"Tapi ini tengah malam lho, apa kamu tega mengantarkan seorang wanita pulang tengah malam? Lagi pula aku lapar sekali, dari pagi aku belum makan apapun. Bolehkah aku minta makanan? Tubuhku lemas sekali,'' lemah Keisha memelas.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
arvi azka
jangan2 devano emang kembaran bima yg terpisah sejak lahir 😁🙏
2023-03-03
0