Huru-hara

Terdengar suara tembakan yang sangat kencang, sehingga membuat semua orang terkejut dan berteriak karena merasa kaget mendengar suara tembakan itu.

Barra memandang ke arah kerumunan tamu, yang saat ini sudah berlarian ke segala arah untuk menyelamatkan diri masing-masing. Keadaan tak terkendali, membuatnya merasa bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi di luar ruangan.

“Ada apa itu?” pekik Barra. “Penjaga, penjaga!” teriaknya, tetapi tidak ada yang datang untuk mengawasi keadaan.

Rania mendelik bingung, dengan air mata yang tiba-tiba saja mengalir dari pelupuk matanya. Ia tidak mengerti, dengan apa yang terjadi dan apa yang harus ia lakukan.

Tangannya menggenggam erat tangan Barra, membuat Barra memandang Rania dengan bingung.

“Ayo cepat pergi dari sini!” ajak Barra, Rania pun menurut karena sudah terlalu takut dengan apa yang terjadi.

Namun, belum sempat Rania dan Barra pergi dari sana, beberapa berandal sudah memasuki aula pernikahan. Mereka membuat kerusuhan dengan cara yang sangat brutal, sehingga mereka yang ada di sana sangat takut dan hanya bisa berjaga-jaga keselamatan mereka sendiri.

Di sana, terlihat Narra yang sedang menghadapi beberapa dari berandal itu. Ia terlihat kewalahan, membuat Barra mendelik kaget dan tak bisa meninggalkan sepupunya sendirian di sana.

“Narra!” pekik Barra, yang hendak menuju ke arah Narra untuk menolongnya.

Namun, langkah Barra berhenti karena ia tertahan dengan beberapa berandal yang tiba-tiba saja menyerangnya. Barra yang refleks, segera menghindar dari sana.

Barra teringat dengan Rania yang berada di belakangnya. Ia memandang ke arah Rania dengan sangat khawatir.

“Pergi! Lari, Rania!” pekik Barra.

Kaki Rania sudah gemetaran, saking takutnya ia dengan kejadian yang terjadi itu. Ia sama sekali tidak bisa meninggalkan Barra dan Narra di sana, karena ia sangat khawatir dengan keadaan mereka.

“Aku gak bisa, Barra!”

Barra tak menghiraukan ucapan Rania. Sebisa mungkin ia melawan para berandal itu, dengan perasaan yang sangat kesal.

Rania hanya memandang takut ke arah keadaan, dengan kedua tangannya yang menutupi mulutnya.

‘Kenapa malah begini jadinya?’ batin Rania ketakutan dengan keadaan yang terjadi.

Terjadi huru-hara yang sangat membuat semuanya ketakutan. Jerit tangis mereka terdengar semakin mengacaukan suasana, dengan diri mereka yang tidak bisa melarikan diri ke mana pun. Beberapa dari berandalan itu menodongkan pistol ke arah mereka, sehingga mereka hanya bisa berjongkok dan mengikuti perintah si berandal.

“Rania, ayo pergi dari sini!” ujar seseorang yang langsung mencengkeram tangan Rania.

Rania memandangnya dengan rasa takut, dan ternyata ia adalah Ludwig. Lelaki yang pernah ia tolak, dan sekarang menolongnya untuk keluar dari huru-hara ini.

“Aku gak bisa, Ludwig.” Rania masih tetap ingin melihat keadaan Barra dan Narra di sana, yang masih meladeni para berandalan itu.

“Gak ada waktu lagi, Ran! Ayo! Kita keluar dari sini!” ajak Ludwig, yang segera menarik tangan Rania.

Karena menyadari keadaan yang berbahaya, Rania pun segera mengikuti ke mana Ludwig membawanya. Walaupun tidak mengetahui keadaan yang akan terjadi, Rania juga tidak ingin terjadi apa pun padanya.

Ludwig membawanya keluar ruangan, dengan Barra yang sama sekali tidak menyadari akan hal itu. Ia membawa Rania menuju ke arah mobilnya, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Saking takutnya, Rania sama sekali tidak bertanya ke mana Ludwig akan membawanya. Yang ia pikirkan hanyalah keselamatannya, jangan sampai ia menyusahkan Barra di sana, yang memang sudah menyuruhnya pergi dari sana.

Semakin lama, Ludwig semakin melajukan kendaraannya untuk menjauhi tempat pernikahannya. Rania heran dengan Ludwig yang tidak menghentikan kendaraannya, padahal mereka sudah tidak berada di dalam lingkup tempat kejadian perkara.

Rania memandang bingung ke arah Ludwig. “Tolong hentikan kendaraannya sekarang. Mungkin di sini sudah aman,” ujarnya, tetapi Ludwig malah menyunggingkan senyumannya.

“Aku pikir di sini masih kurang aman. Bagaimana jika mereka tiba-tiba saja datang menyergap? Apalagi kau memakai gaun pernikahan seperti ini, yang pastinya mengundang perhatian mereka,” ujar Ludwig, Rania berpikir bahwa perkataannya ada benarnya juga.

“Baiklah kalau begitu. Tolong carikan tempat yang aman, sampai semua kekacauan ini selesai,” pinta Rania, Ludwig semakin menyunggingkan senyumannya.

“Dengan senang hati, Nona.”

Mereka pun melaju ke sebuah daerah yang cukup jauh dari kediaman Barra. Rania tidak sepenuhnya salah, karena Barra yang memintanya untuk pergi dari tempat kejadian. Rania menurut, dan akhirnya menerima tawaran Ludwig untuk pergi bersama dengannya.

Tibalah mereka di sebuah tempat yang sangat asing bagi Rania. Rumah tersebut terlihat sangat megah, sehingga Rania merasa sangat aneh memandangnya.

“Di mana kita, Ludwig?” tanya Rania kebingungan, sambil memandang ke sekeliling rumah bak istana ini.

Ludwig sesekali memandang ke arahnya, “Kita sedang berada di rumahku,” jawabnya dengan senyuman yang tak pernah luntur.

Mendengar ucapan Ludwig, Rania sangat dibuat tercengang olehnya. Bagaimana mungkin di hari pernikahannya dengan Barra, Ludwig malah membawanya ke kediamannya?

Memang, selama Ludwig mengejar Rania, ia sama sekali tidak pernah membawanya ke kediamannya, sehingga Rania pun tidak mengetahui kalau ini adalah rumah dari Ludwig.

“Mau apa kita ke tempat ini?” tanya Rania sedikit takut dengan apa yang terjadi.

Ludwig memarkirkan kendaraannya dengan benar, lalu memandang ke arah Rania dengan hangat.

“Jangan takut, Rania. Aku mencoba menyelamatkanmu dari huru-hara yang terjadi. Aku akan meminta Barra untuk menjemputmu ke tempat ini. Aku yakin dan sangat percaya, Barra akan menyelesaikan permasalahan kecil seperti itu, dan datang ke sini dengan selamat untuk menjemputmu,” ujar Ludwig menjelaskan, sebisa mungkin mengatakan hal yang membuat Rania tenang dengan keadaan ini.

Rania hanya bisa memandangnya dengan bingung, karena mungkin saja Barra akan sangat marah pada Ludwig tentang hal ini. Namun hati Rania yang lainnya merasa tenang, karena ia berpikir bahwa Barra akan sangat berterima kasih dengan Ludwig, karena sudah menolongnya dari kerusuhan yang ada.

‘Aku akan baik-baik saja bersama dengan Ludwig. Aku percaya, Barra akan datang menjemputku dengan keadaan yang selamat,’ batin Rania, merasa sangat tenang memikirkannya.

Ludwig membukakan pintu mobil untuk Rania, dan mengulurkan tangannya untuk Rania. Rania pun meraih tangannya dengan lembut, karena memang ia sangat mengerti tata krama di hadapan bangsawan seperti Ludwig. Walaupun Ludwig memiliki sikap yang kurang baik, tetapi darah kebangsawanan masih mengalir di dirinya.

Mereka pun melangkah masuk ke dalam rumah bak istana itu, dengan perasaan Rania yang sedikit tenang karena menurutnya, ia sudah berada di tempat yang paling aman.

Setelah masuk ke dalam rumah, Ludwig pun perlahan mengunci pintu rumahnya, lalu memandang Rania dengan senyuman yang menyungging.

Ludwig menyimpan kuncinya di saku celananya. ‘Mari kita bersenang-senang, Rania,’ batinnya, sembari menatap Rania dengan senyuman yang menyungging.

Terpopuler

Comments

tindakan apa kah yg ludwig lakukan itu,rupanya ludwig udah membwa orang2nya untuk menceroboh majlis pernikahan rania...seorang mafia pula ludwig loh

2023-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!