Gael Kaivan Zavier, anak kedua dari dua bersaudara. Dia memiliki kakak perempuan bernama Ericca Rosalia Zavier. Ayahnya bernama Edward Zavier, seorang pengusaha di bidang properti, pemilik stasiun televisi, agensi untuk artis dan model, perfilman, media cetak dan online. Ibunya bernama Jesicca Jenia, pemilik butik dan salon kecantikan terkenal. Di atas semua itu, ada kakeknya bernama Erlan Frederic Zavier, pemilik berbagai perusahaan dalam dan luar negeri yang juga bergerak di berbagai bidang. Erlan saat ini menetap di Jerman, sedangkan kedua orang tua Gael, selama tiga bulan ini berada di Korea.
Sebagai anak laki-laki satu-satunya, tentu saja Gael yang akan meneruskan semua perusahaan milik ayahnya dan kakak perempuannya akan mewarisi butik dan salon milik ibunya. Itu belum termasuk perusahaan milik kakeknya yang lebih banyak dan besar lagi. Itulah sebabnya untuk yang mengetahui siapa itu Gael, dia akan menjadi incaran untuk dijadikan pacar apalagi suami.
Gael memakai kaosnya lalu segera keluar kamar. Dia melihat pintu kamar Qya yang tertutup rapat. Gael duduk di mini bar sambil menikmati sekaleng minuman soda. Gael melihat ke arah tangga saat langkah kaki terdengar. Lagi-lagi, dia jadi lupa bernafas saat melihat Qya yang memakai kemejanya yang berwarna putih. Kemeja itu terlihat kebesaran namun panjangnya hanya sebatas paha Qya saja, membuat paha Qya terlihat jelas. Rambut panjang Qya yang masih basah tergerai indah.
“Belum tidur?”
“Belum. Aku susah tidur di tempat baru.”
Gael mengangguk mengerti. Dia lalu memberikan sekaleng soda untuk Qya. Qya mengambilnya dan meminumnya. Gael memperhatikan leher Qya yang bergerak saat minuman itu masuk ke tenggorokannya. Gael diam-diam menghela nafas, mungkin otaknya harus dicuci agar tidak mesum. Ponsel Gael berbunyi, panggilan video dari Reno. Dengan ragu-ragu Gael mengangkatnya.
“Kenapa belum sampai? Tadi kamu bilang sudah di jalan, tapi ini sudah tiga jam.”
“Aku tidak jadi datang.”
“Kenapa? Sekarang kamu di mana?”
“Aku sudah di apartemen lagi.”
“Ya sudah, kami ke sana.”
“Jangan!” ucap Gael dengan lantang.
“Kamu kenapa, Ga?”
“Sudah dulu ya.”
Gael langsung mematikan ponselnya begitu saja.
“Kamu ada acara sama teman-teman kamu?”
“Hanya kumpul-kumpul biasa.”
“Tidak jadi datang karena ada aku?”
“Iya.”
“Maaf. Kamu bisa pergi ke tempat teman-teman kamu. Kalau kamu tidak suka aku sendiri di sini, aku bisa ke hotel saja.”
“Bukan begitu maksudnya. Kenapa aku harus meninggalkan perempuan secantik kamu sendirian di sini?”
Gael merutuki perkataannya sendiri. Apakah kini dia seperti laki-laki yang pintar menggombal? Gael tidak ingin Qya salah paham tentang dirinya, meskipun apa yang Gael katakan memang benar. Dia tidak ingin meninggalkan Qya sendiri dan ingin dekat dengan gadis itu, kesempatan belum tentu datang dua kali, kan?
Gael dan Qya saling menatap dengan tatapan dalam dan pikiran masing-masing. Gael ingin waktu berhenti berputar, agar dia bisa lebih lama memandang wajah Qya tanpa ada yang mengganggu. Jantungnya berdetak kencang.
Kenapa aku jadi seperti ini? Tanya Gael dalam hatinya. Saat pertama kali melihat Qya ketika masa orientasi mahasiswa, Gael sudah merasa ada yang berbeda dari Qya. Kadang gadis itu terlihat ramah, kadang ketus, kadang pendiam dan terkadang tidak peduli dengan sekitarnya.
Gael pernah melihat Qya yang matanya menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Di hari berikutnya, Gael melihat Qya yang menatap ponselnya dengan tatapan kebencian. Semua itu membuat Gael semakin penasaran akan Qya.
“Aku tidur duluan, ya.”
Tanpa menunggu jawaban dari Gael, Qya langsung menuju kamarnya, meninggalkan Gael yang jantungnya masih berdebar kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments