Memang sengaja

...💫💫💫...

Maulana membukakan pintu mobil depan untuk Safinta, "Ayo masuk, sayang ku!" ucap Maulana dengan tatapan hangat mengarah pada Safinta.

Bugh.

"Akhh." pekik Safinta.

Tubuh Safinta terhempas ke body mobil, saat Santi dengan sengaja menyerobot masuk ke dalam mobil, pada hal sudah jelas Santi mendengar Maulana meminta Safinta untuk masuk ke dalam mobil.

Kening Maulana mengkerut, menatap kesal Santi yang duduk dengan tanpa rasa bersalah di kursi depan, samping kursi kemudi.

"Kamu tidak apa apa, sayang?" tanya Maulana, dengan tangan besarnya memegang lengan Safinta beranjak dari posisinya.

"Gak apa, ka! Gak ada yang luka ko."

"Heh Santi! Pindah kamu ke belakang!" ucap Maulana dingin.

"Dasar manja, dia tuh gak pantes buat duduk di depan... udah biar dia di belakang aja!" ucap Santi dengan tatapan sinis ke arah rivalnya, Safinta.

Safinta menyentuh lengan Maulana, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku biar duduk di belakang ya! Aku gak masalah, ka!" Safinta membuka pintu mobil belakang sendiri.

"Maaf ya sayang, kamu jadi gak nyaman." Maulana mengelusss pipi Safinta dengan lembut.

"Mau berapa lama lagi kalian terus bermesraan, hah! Apa kalian tidak ingin pulang!" ucap Santi dengan ketus.

"Di mana alamat mu?" tanya Maulana dengan datar, bertanya tanpa melirik sedikit pun ke arah Santi.

"Melati 2, kamu antar saja Safinta pulang dulu mas... baru setelah itu kamu antar aku!" Santi mengatur Maulana.

"Aku yang menyetir kenapa jadi kamu yang mengatur, ku? Yang pasti aku akan mengantar mu pulang lebih dulu!" cicit Maulana dengan melirik ke belakang lewat kaca spion mobil.

"Tapi kan, kita akan melewati tempat kost Safinta, mas!" protes Santi, enak aja kalo kaya gitu gwe gak bisa jebak mas Maulana... ini momen yang paling pas, sayang kalo di lewatin.

Maulana tidak menghiraukan ocehan Santi, ia terus melaju sampai mobil yang Maulana kemudian, melewati tempat kost Safinta.

Mobil berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah berlantai 2, in the kost yang di tempati Santi.

"Terima kasih ya mas, kamu sudah mau mengantarkan aku pulang dengan selamat." ucap Santi dengan tatapan penuh damba pada Maulana.

"Sama sama, cepat lah ke luar dari mobil ku!" Maulana mengusir Santi dengan datar.

Santi mengepalkan ke dua tangannya, sialan... lo bisa aja sekarang bersikap acuh sama gwe, tapi lain kali... gwe akan buat lo bertekuk lutut di depan gwe!

Cup.

Santi mengecup sekilas bibir Maulana, saat Maulana menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam. Safinta nampak terkejut dengan apa yang di lakukan Santi.

Safinta membelalak, astaga apa apaan wanita ini! Apa dia tidak memperdulikan perasaan ku! Main cium tunangan ku dengan seenaknya.

Santi langsung ke luar dari mobil dan berdiri di depan pintu gerbang rumah kostnya.

"Dasar wanita tidak tau malu!" Maulana turun dari dalam mobil.

"Eh ada apa mas? Apa kecupan ku masih kurang?" tanya Santi yang malah menghampiri Maulana yang turun dari dalam mobil.

"Persetan dengan mu!" Maulana memutar jalannya, ia membuka pintu belakang mobil, membuka sabuk pengaman yang melingkar di pinggang Safinta.

"Maaf kan aku sayang!" ucap Maulana saat Safinta kini duduk di depan, samping kemudi, ia juga memasangkan kembali sabuk pengaman pada pinggang Safinta.

"Aku cukup mengerti dan mengenal diri mu, ka!" ucap Safinta.

Santi menatap tajam mobil yang kini berlalu membawa Maulana dan Safinta dari hadapannya.

Santi membatin, sialan... gwe udah pede bangat kalo mas Maulana bakal nyamperin gwe, cium gwe, tapi malah dia ke luar dari mobil cuma buat si sialan itu pindah tempat duduk!

Di jalan menuju tempat kost Safinta, Maulana melewatinya tempat tinggal calon istrinya itu dengan sengaja lagi.

Safinta menolek ke belakang, ia berkata dengan tergesa gesa, saat Maulana baru saja melewati tempat kostnya , "Ka, kita sudah terlewat! Putar balik ka!"

"Aku memang sengaja, aku ingin lebih lama dengan mu!" Maulana menunjukkan senyum manisnya pada Safinta.

"Tapi kita jadi lama sampainya ka! Ini sudah terlewat jauh!" gerutu Safinta.

"Tidak masalah bagi ku, asal aku bisa lebih lama bersama dengan mu! Kita juga kan jadi punya sedikit waktu untuk membahas pernikahan kita." terang Maulana.

"Tapi ini sudah larut ka! Kita kan masih bisa membahasnya lain waktu, atau besok siang di saat jam makan siang!" usul Safinta.

Maulana mengabaikan usulan Safinta, ia malah bertanya pada Safinta.

"Kamu ingin aku berikan apa sebagai mahar pernikahan? Apa kamu ingin kita adakan pernikahan di gedung, hotel, atau mungkin kamu punya impian pernikahan yang bisa aku wujudkan menjadi nyata?" ucap Maulana.

"Apa pun rencana yang kaka buat, aku mengikutinya saja. Tapi alangkah baiknya jika kita undang ibu panti." ucap Safinta dengan tatapan penuh harap.

"Itu pasti, sayang... nanti kita jemput ibu panti sama sama ya!" Maulana mengelusss kepala Safinta dengan kasih sayang.

...

Di pagi hari yang cerah, nampak keluarga Malik tengah menghabiskan pagi mereka di ruang makan, mengisi tenaga dengan sarapan untuk memulai aktifitas.

"Apa kamu sudah punya rencana... untuk mengurus segala persiapan pernikahan mu dan Safinta, nak?" tanya Malik di tengah tengah sarapannya.

"Sudah, pah! Aku dan Safinta akan mengurus segala sesuatunya, dengan di bantu pihak wedding organizer." ucap Maulana.

Sri mengerutkan keningnya, "Apa kalian tidak ingin melibatkan mama di dalamnya? Ini pernikahan lo, jangan main main... kalian mana mengerti tentang urusan pernikahan hah!" ucapnya dengan ketus.

"Bukannya tidak ingin melibatkan, mamah... aku hanya tidak ingin melihat mama kelelahan, jadi aku putuskan untuk aku dan Safinta saja yang mengurusnya... lagi pula kami akan di bantu pihak wedding." ucap Maulana dengan menggenggam jemari Sri yang ada di atas meja, mencoba memberikan pengertian pada wanita yang sudah melahirkannya itu.

Sri menepis tangan Maulana dengan kasar, ia juga menatap tajam Maulana.

Belum jadi menantu saja, Safinta sudah mempengaruhi putra ku, aku yakin ini pasti pengaruh buruk dari wanita ular itu! Aku tidak akan membiarkan rencana kalian berjalan dengan mulus! Sampai kapan pun aku tidak bisa menerima Safinta sebagai menantu ku! Harga diri ku bisa hancur dengan ke hadiran wanita itu di dalam keluarga ku!

"Udah mama duduk manis aja, bener tuh apa kata ka Lana, masa putranya menikah... sang ibu dari mempelai pria malah sakit. Kan gak lucu di dengernya mah!" celetuk Raya.

"Kamu anak kecil, sudah cepat habiskan saja sarapan mu! Kamu bisa telat ke sekolah jika cara makan mu selelet itu!" omel Sri pada Raya.

"Ihs mama ini! Aku sudah makan dengan cepat ini mah!" elak Raya.

"Aku sudah selesai sarapannya, aku berangkat duluan ya, pah!" Maulana beranjak menyalami ke dua orang tuanya.

"Aku sekalian ikut dengan mu, ka!" Raya buru buru menghabiskan segelas susu putihnya yang ada di hadapannya.

"Pokonya libatkan mama dalam rencana pernikahan kalian, tapi jika kalian masih bersikeras tidak mau melibatkan mama, mama pastikan mama tidak akan menghadiri pernikahan kalian!" ancam Sri dengan suara menggelegar, sementara Maulana hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh ke arah ibunya.

"Mama jangan aneh aneh, mah... biarkan mereka membuat rencana mereka sendiri! Orang tua hanya mengarahkan! Bukan untuk mengekang!" ucap Malik dengan menasehati sang istri.

"Ternyata bukan hanya Maulana yang terpengaruh akan sifat buruk Safinta, tapi otak papa juga sekarang ikut tercemar dengan pengaruhnya! Otak kalian pasti sudah di cuci wanita ular itu, dasar wanita sialan!" gerutu Sri, menjelekkan dan menuduh

"Berdebat dengan mama, tidak akan ada habisnya... papa berangkat saja lah!" ucap Malik yang beranjak dari duduknya, meninggalkan sang istri yang lagi terus menggerutu tidak jelas.

...

Saat Safinta tengah serius menyelesaikan tugas kantornya, hapenya yang ada di dalam saku blezer yang ia kenakan berdering.

Dring dring dring dring drung.

Keningnya mengkerut, saat sepasang mata indahnya menatap layar hape miliknya, nampak nomor yang tidak ia kenal menghubunginya.

"Nomor siapa ini?" gumam Safinta dengan ragu untuk menjawab panggilan telponnya.

"Iya halo... maaf ini dengan siapa ya?" ucap Safinta lembu, dengan benda pipih yang menempel di telinganya.

[ "Kenapa kamu lama sekali mengangkat telpon ku, hah! Apa kamu memang sengaja tidak ingin menjawab telpon dari calon ibu mertua mu ini hah!" ] omel Sri.

"Maaf tante, aku benar benar tidak tahu jika ini nimor telpon tante." ucap Safinta dengan wajah bersemu dengan hati yang berdetak tak karuan.

[ "Jam istirahat nanti, aku akan menjemput mu... ingat jangan sampai Maulana mengetahui pertemuan kita ini! Camkan itu, jika kamu ingin aku benar benar tulus menerima pernikahan kalian." ]

Sri langsung menutup panggilan telponnya.

"Bagai mana ini, aku sudah ada janji untuk makan siang bersama dengan ka Lana. Tapi tante mengajak ku untuk bertemu, aku harus alasan apa pada ka Lana!" gumam Safinta.

bersambung.....

...💔💔💔💔...

Terima kasih sudah mampir untuk membaca, jangan lupa jempol bergoyang buat like.

Favoritin kalo suka 😊😊

Abaikan jika gak suka 😉

Terpopuler

Comments

Rahma AR

Rahma AR

tuh, dengerin mah

2023-03-27

1

Ara Aulia

Ara Aulia

wiiiihh niet jlk nih

2023-03-19

1

Ara Aulia

Ara Aulia

😅😅😅 nenek bisanya ngomel mulu

2023-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!