...💫💫💫...
Air mata Safinta luluh lantah dari pelupuk matanya, ia memang tidak mengetahui asal usulnya, orang tuanya saja ia tidak tahu. Ia tumbuh dan besar di sebuah Panti Asuhan di kota besar itu.
"Apa pun alasannya mah, aku sudah memutuskan untuk menikahinya. Izinkan aku menikah dengannya mah... jika mamah ingin melihat ku bahagia, maka biarkan aku bersama dengan wanita yang aku cintai!" ucap Maulana dengan tegas.
Safinta menghapus jejak air matanya dengan jari telunjuknya dengan kasar, "Maaf tante, jika asal usul ku menjadi masalah untuk, tante. Jika tante tidak bisa menerima ku, aku tidak masalah... aku akan menjauh dari ka Lana. Jika itu bisa membuat tante bahagia, aku tidak masalah pergi menjauh dari kamu, ka Lana... asal hubungan kalian berdua tetap baik baik saja." ujar Safinta yang kini mencoba melepas cincin yang melingkar di jari manisnya.
Maulana tercengang mendengar keputusan Safinta, ia menggenggam jemari Safinta kembali, "Tatap mata ku, Safinta Ayunda! Kita sudah berjanji untuk maju sama sama untuk mendapatkan restu dari mamah ku!"
Santi menatap tidak suka akan sikap yang di tunjukkan Maulana pada Safinta, sialan mas Maulana apa apaan sih! Aku harus membuat mas Maulana membenci wanita ini, lihat saja... apa pun akan aku lakukan, aku pastikan meskipun nantinya menikah, mas Maulana juga harus menikahi ku!
"Tapi jika restu itu tidak kunjung aku dapat, bagai mana bisa aku menjalani rumah tangga dengan mu, ka! Tanpa restu orang tua, mana mungkin kita bisa bahagia menjalani biduk rumah tangga! Bukan rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah yang akan kita terima... jika ibu tidak merestuinya ka!" cicit Safinta dengan menatap nanar Maulana.
Raya memberikan kode pada sang ayah, untuk mengambil sikap, agar Safinta tidak mundur untuk menjadi calon kaka iparnya.
Dengan gerakan kepala dan bibir yang bergerak tanpa mengeluarkan suara, pah! ayo dong... jangan biarkan ka Safinta mundur karena ucapan mamah!
Sang ayah membalas perkataan putrinya dengan melakukan hal yang sama, berbicara tanpa suara, kita lihat saja dulu, apa tindakan kaka mu!
Safinta berusaha memberikan pengertian pada pria yang sudah begitu baik padanya, pria yang bisa menerima ke kurangannya. Pria yang tidak pernah menanyakan orang tuanya. Tidak pernah sekali pun menyinggung akan dirinya yang hanya lah seorang anak panti.
"Tolong ka, hargai ke putusan ku. Jika mundurnya aku, bisa membuat hubungan kalian tetap baik baik saja, itu akan membuat ku lebih bahagia, hargai lah orang tua mu ka! Kaka beruntung memiliki orang tua yang masih lengkap, orang tua yang akan selalu ada untuk kaka!" ucap Safinta dengan ke tulusan hati yang di milikinya.
"Alah sok bijak, sok ikhsan... pada hal dalam hati seneng kan kamu ini! Sudah membuat hubungan tante Sri dan mas Maulana jadi berantakan! Kamu lihat, karena ke hadiran mu sudah membuat keluarga yang harmonis ini jadi berantakan!" ucap Santi bak seorang yang menyiram bensin di atas api yang sedang berkobar.
"Heh nenek sihir, gak usah bacot deh lo! Mau gwe beri pelajaran buat lo! Diem lo!" sungut Raya dengan kesal, sabar Raya, nenek sihir gak perlu lo ladenin!, lo gak selevel ama ini nenek sihir, perusak hubungan orang pasti. Nenek sihir yang gak bisa setia! Dasar ular keket berbulu domba!
"Raya! Jaga bicara kamu! Santi ini calon kaka ipar kamu! Bersikap lah yang baik padanya!" ujar Sri dengan menatap tajam Raya.
Santi menyeringai mendengar pengakuan dari Sri, Santi menatap sinis Raya, Safinta dan Maulan secara bergantian, god job calon mertua, tapi setelah ini, setelah lo gak lagi bisa berbuat apa apa, jangan salahin gwe... bakal taro lo ke panti jompo hehehe, sekarang gwe tinggal pastiin ke dua sejoli ini batal tunangan.
"Maaf mah, aku tidak akan pernah menikahi Santi... samlai kapan pun, aku hanya akan menikahi Safinta."
"Papa merestui kalian. Jangan hiraukan mama mu, mama mu pasti akan merestui hubungan kalian, seiring dengan berjalannya waktu." Malik beranjak dari duduknya, merangkul bahu Safinta dan Maulana dengan lengannya.
"Terima kasih, pah!" ucap Maulana.
Safinta tidak bisa berkata kata lagi, hanya bulir bening ke bahagiaan yang terpancar di wajahnya, dengan senyuman yang tulus.
"Aku senang jika ka Safinta menjadi kaka ipar, ku!" Raya ikut menghampiri dan memeluk Safinta.
Santi beranjak dari duduknya, memeluk tubuh Sri yang tampak syok melihat suami dan putri sulungnya, ternyata tidak berpihak padanya.
Santi berbisik di telinga Sri, "Lebih baik tante terima saja pertunangan mereka ini, suatu saat... dengan bantuan tante, aku pasti akan bisa menyingkirkan Safinta dari hidup mas Maulana."
"Tapi bagai mana bisa tante menerima wanita tidak jelas itu, Santi! Tante setujunya kamu yang menikah dengan Maulana, bukan dia!" protes Sri.
"Kita pikirkan caranya nanti tente. Yang terpenting sekarang, aku tetap memihak pada tante, aku juga tidak suka dengan wanita yang gak jelas asal usulnya." ujar Santi.
Sri melerai pelukan yang di berikan Santi, Santi menyapu jejak air mata yang membasahi pipi Sri, wanita paruh baya yang sudah mengangap Santi, satu satunya wanita yang paling cocok untuk menjadi istrinya Maulana.
"Baik lah, jika kalian tidak ada yang memihak pada mama. Mama bisa berbuat apa lagi, selain terpaksa memberikan restu pada kalian berdua!" ucap Sri dengan ketus, sangat di paksa kan senyum yang tersungging di bibirnya.
Mereka saling berpelukan, dengan di saksikan beberapa pengunjung restoran yang bertepuk tangan, bahagia melihat pasangan muda ini yang resmi naik tingkat hubungannya menjadi tunangan.
"Jadi kapan kalain akan menikah?"
bersambung.....
...💔💔💔💔...
Terima kasih sudah mampir untuk membaca, jangan lupa jempol bergoyang buat like.
Favoritin kalo suka 😊😊
Abaikan jika gak suka 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rahma AR
like
2023-03-26
1
Ara Aulia
kalian tor
2023-03-05
1
Ara Aulia
eet y uler
2023-03-05
1