Khairi kaget melihat sosok Silvi yang makin kurus, "hei... belum juga seminggu nyonya, kenapa kamu jadi sekurus ini?"
"Tak ada kok kak, apa surat panggilan sudah turun," tanya Silvi yang penasaran.
"Iya, aku datang kesini ingin mengantarnya sendiri takutnya sat ini di antar ke rumah orang tua mu, atau rumah mertua mu, mereka bisa merobeknya," kata Khairi.
"Maaf ya mas jadi merepotkan, halo cantik namanya siapa?" tanya Silvi berjongkok di depan putri kecil pria itu.
"Silvia Tante," jawab bocah itu.
"Eh.. kok nama kita sana, salam kenal ya," kata Silvi memberikan coklat pada bocah itu.
"Baiklah kami tak bisa lama-lama, permisi ya," pamit Khairi yang langsung mengajak anaknya pergi.
Silvi pun benar-benar bertekad untuk lepas dari semua masalah yang ada, dan dia bisa hidup bebas.
Tak terasa, hari berganti dan sekarang dia sudah berada di tempat itu lagi, tepat sebulan setelah gugatan cerainya masuk.
Dia menunggu sendirian, tapi seorang Wanita muda datang menghampiri dirinyalah.
"Aku akan menjadi pengacara mu mbak, tenang saja," kata gadis itu.
"Eh saya tidak menandatangani kuasa," bingung Silvi.
"Kamu lupa, tapi pria kenalan mu itu memberikan surat kuasa yang sudah anda tanda tangani, dan jangan takut saya akan melindungi anda," kata gadis itu.
Tanpa dia duga suami dan mertuanya datang, dan yang makin membuatnya sakit adalah orang tuanya datang dan mendukung kubu suaminya.
Sedang Silvi hanya bisa duduk sambil menunggu nomor perkaranya di panggil.
Tak lama nomor perkara di panggil keduanya pun masuk, ternyata yang membuat Silvi terkejut adalah Khairi duduk di panitera.
Orang tua Silvi mengingat wajah Khairi, karena dia pernah menemukan foto pria itu saat terakhir putrinya itu melalui praktek kerja lapangan.
Hakim tidak memberikan waktu lagi untuk mediasi, karena kekerasan yang terjadi, semua orang ribut tak terima.
"Tolong hormati persidangan ini, jika tergugat tak ingin di polisikan, tergugat harus memenuhi semua yang di lampirkan sebagai syarat, apa setuju?"
"Baik pak hakim," jawab Mulyadi yang merasa senang karena bisa lepas dari wanita tak berguna seperti silvi.
Akhirnya mereka pun keluar ruang sidang, dan beruntung di luar sudah banyak orang yang mendukung Silvi.
Saat di luar, tiba-tiba mertua wanita dari Silvi menjambak rambut Silvi begitu saja.
"Apa anda gila!! ini pengadilan!!" bentak pengacara Silvi.
"Dia itu pantas karena wanita tak tau malu, sudah tak bisa memberikan anak, bodoh!!" makinya dengan suara keras.
"Tolong pergi, anda membuat keributan," kata satpam mengusir keluarga itu.
"Ya jika hidup dengan mertua seperti ku, mungkin aku tak hanya akan menggugat cerai, tapi akan ku berikan racun, dasar wanita tua tak tahu malu," kata Diah yang ikut terpancing emosi.
Ya dia baru pulang kerja shift malam jadi memutuskan mendukung gadis yang selama ini selalu membantunya.
Akhirnya mereka semua pulang dan dua Minggu lagi akan mengambil surat cerai itu.
Setelah itu Silvi sampai di rumah kos-kosan miliknya begitupun dengan Diah.
"Mbak Silvi perlu di temani?"
"Tak masalah mbak, aku akan baik-baik saja," jawab Silvi
Mereka berpisah dan memilih beristirahat, siang menjelang sore, Silvi baru membuka tempat jualan di teras rumahnya.
Tak lama para bocah-bocah berdatangan untuk membeli camilan.
Beruntung Silvi juga sudah lebih santai saat ini. dan tak memperdulikan siapapun lagi.
Dia hanya harus bangkit dan berjuang untuk bisa menghidupi dirinyalah.
Dan juga tak lupa dia harus mulai menabung untuk membeli rumah tak mungkin jika dia harus terus kos seperti ini .
Pesanan dari barang dagangan Silvi semakin banyak, hingga rumah kos itu sudah tak bisa di gunakan.
Kini tahun berganti,tak terasa sudah satu tahun Silvi menyandang status janda.
Meski awalnya sangat berat, tapi dia bisa membuktikan jika dia bisa berhasil tanpa bantuan siapapun.
Dia menjual apapun yang bisa dia masak, karena katering yang dia miliki juga semakin berkembang, dan karena dia irit akhirnya dia juga bisa membeli tanah dan membangun bangunan rumah sederhana.
Dan sekarang rumah itulah yang menjadi tempat catering dan juga tempat tinggalnya.
Silvi benar-benar berusaha untuk tak membuat semua pelanggannya kabur, dia juga ikut beberapa arisan yang di adakan di desa tempat tinggalnya sekarang.
"Mbak bahan untuk masak besok pagi sudah selesai, apa yang harus kami lakukan sekarang," tanya Ela yang bekerja untuk Silvi.
"Kamu yakin dek, udah semua?" tanya gadis itu.
"Sepertinya kamu salah hitung ya," kata Silvi.
"Benarkah?" kata Ela yang berbalik, dan ternyata masih ada dua karung kentang yang belum di bersihkan.
"He-he-he maaf gak lihat," kata gadis itu yang langsung melanjutkan untuk mengupas kentang-kentang itu.
Pasalnya besok ada yang pesan seribu lima ratus nasi kotak, dan sepuluh tumpeng, beruntung Silvi memiliki banyak orang yang membantu.
Bahkan dia sendiri sibuk untuk mengatur dan mengurus daging sapi yang besok harus di masak.
Semua bumbu sudah siap, dan tentu saja dia memastikan semuanya enak.
"Jadi kita bisa pulang dulu mbak?" tanya bu Ulfah.
"Baiklah Bu, silahkan pulang dulu, dan setelah pesanan ini, saya akan libur sehari kok tenang saja," kata Silvi.
"Yey... akhirnya aku bisa car free day!!" kata Ela dan Uci.
"Selesaikan dulu, jika tidak bisa repot loh ya," kata Silvi.
"Siap mbak," jawab keduanya yang langsung semangat empat lima.
Saat Silvi masih mengaduk sambal, Uci pun tak sengaja keceplosan bicara.
"Eh Ela, itu mulut pemilik warung itu pedes ya, masak tadi saat aku beli gorengan ya, dia bilang begini, eh Uci itu si Silvi jadi janda kok bisa sih beli tanah dan bangun rumah, pasti gak mungkin dari katering saja pasti dari dia jual diri ya, katanya gitu masak," kata Uci.
"Ya mau di uyap sambel ya tuh mulut lemes amat, sudah tau mbak Silvi kerja katering sampai sebanyak ini emang dia kira apa, dasar wanita tak jelas," kesal Ela.
"Sudahlah, itu pemikirannya dan kita tak berhak untuk berkomentar," kata Silvi yang membuat kedua pegawainya itu tidak menggubris perkataan warga desa
"Mbak itu terlalu baik, sekali-kali lawan dong, hajar kalau perlu," kata Ela yang begitu semangat.
Pasalnya siapapun dengan status seperti Silvi pasti akan di curigai karena apapun yang di lakukan tentu sangat salah.
Tak peduli itu pekerjaan yang halal, sebab mereka selalu memandang sebelah mata seorang wanita yang gagal dalam pernikahan.
Belum lagi fitnah yang di berikan oleh keluarga mantan suaminya, tapi tentu dia tak bisa membungkam mulut semua orang.
Jadi dia memilih menutup telinganya agar tak mendengar omongan yang buruk lagi.
Jadi sekarang dia fokus untuk bekerja, karena tadi pagi saja sudah membuat pesanan Lima ratus kotak, dan tiga tumpeng ulang tahun.
Tak berhenti di sana, belum lagi toko yang di miliki oleh Silvi, ya dia mengadaikan sepeda motornya dan mulai membuka toko Frozen food.
Dan meski dia sibuk di catering, tebtubsaja dia juga tak lupa mengawasi toko Frozen food miliknya itu.
Terlebih toko itu juga menyewa sebuah toko yang ada di dekat jalan besar dan itu menjadi keberuntungan untuk Silvi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Sulfia Nuriawati
g semua janda itu slh, dan g semua janda g bs pny segalanya asal semangat g aneh² pasti berhsl, eman kalo jd janda teus kaya hal jual diri y? mulut org warung mmng kdng² hrs d jahit buar g asal nyablak, bcra g d fikir dl, gmn kalo itu terjd sm dirinya🤦🤦🤦🤦😡😡😡
2023-05-10
0