Kepulangan Bagas

Satu minggu telah berlalu, namun jenazah sang istri belum juga di temukan. Banyak daftar nama yang sudah di temukan meski keadaan tubuhnya tidak begitu sempurna akibat berada di air dalam waktu yang lama. Bahkan Via teman dari sang istri pun juga sudah di temukan. Meski semua timsar sudah mengatakan selesai dalam misi pencarian, Bagas tetap kekeuh untuk mencari sang istri dengan semua anak buah yang ia miliki. Sepanjang hari itu juga ia terus meneteskan air mata.

"Ini pasti hanya mimpi. Feli sayang, kamu di mana? pulanglah demi anak-anak kita." jeritan hati Bagas begitu memilukan tiap kali ia mengingat sang anak.

Kini tepat hari ke delapan, Bagas di jemput oleh sang Papah di tengah laut, ia di bawa pulang oleh sang papah dengan speed yang mereka miliki. Semula pria dua anak itu menolak untuk pulang. Namun, ketika sang papah mengatakan anak-anaknya merindukan dirinya, barulah Bagas memutuskan pulang.

Sepanjang jalan Iwan bisa melihat kehancuran sang anak. Bukan hanya Bagas yang merasa kehilangan. Tetapi mereka semua tentunya. Termasuk kedua orangtua Feli yang kian hari semakin terpukul. Saat ini mereka semua berkumpul di kediaman Bagas bersatu demi menjaga kedua bayi yang masih membutuhkan perhatian mereka semua.

"Anakmu sudah tidak rewel lagi. Mereka anak yang pintar, Bagas. Jangan biarkan mereka merasakan kesedihanmu, itu bisa membuat mereka sakit. Cukup mereka kehilangan Feli saja. Jangan kehilanganmu juga." Satu tepukan di pundak Bagas mampu membuat pria itu menyadarkan dirinya.

Bagas mengangguk patuh mendengar ucapan sang papah. Ia menghela napas kasar lalu menatap wajah pria paruh baya di sampingnya.

"Pernikahanku masih terlalu indah untuk di akhiri rasanya, Pah. Bahkan Feli pergi tanpa memberikan pesan apa pun padaku. Dan yang lebih menyakitkan lagi sampai saat ini hanya dirinya yang tidak bisa di temukan. Entah mengapa aku merasa istriku masih hidup, Pah." tutur Bagas dengan yakin.

Iwan hanya bisa menganggukkan kepala mengerti. Ia sangat tahu apa yang di rasakan sang anak. Hanya dukungan lah yang saat ini mereka bisa berikan pada sang anak yang rapuh ketika separuh jiwanya pergi entah kemana.

Setibanya mereka di halaman rumah, Bagas turun dari mobil dan langsung di sambut pelukan pilu oleh ibu dari Feli. Wanita paruh baya itu memeluk Bagas dengan tangisan yang begitu menyedihkan. Bagas yang semula jauh lebih tenang kini pun hanyut dalam sedihnya. Ia terisak di dalam pelukan sang mertua. Sedangkan ayah dari Feli hanya bisa mengusap air matanya pelan. Ia pun tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Duduk di kursi roda dengan sakitnya tentu membuatnya tidak bisa melakukan apa pun.

"Feli kemana, Bagas? Kemana istrimu? Kenapa dia tidak pulang-pulang juga?" Bagas yang mendengar pun hanya bisa menangis dan menggeleng.

Seolah ia begitu menyalahkan dirinya yang justru mendukung karier sang istri tanpa bisa melarang untuk pergi. Kini penyesalan pun terus menghantui pikiran pria tampan iu.

"Bu, ayo masuk. Kasihan Cia dan Fia." ajak Dimas memanggil sang istri.

Bagas yang baru saja melepas pelukan sang metua kini justru menghampiri sang mertua laki. Ia memeluk Dimas yang duduk di kursi roda. Meminta maaf sebab tak bisa menjaga Feli dengan baik. Hal itu tentu saja membuat semua yang melihat ikut menangis. Irma hanya bisa memeluk sang besan memberikan kekuatan.

Hingga akhirnya mereka semua masuk dan melihat si kembar sedang bermain dalam gendongan pelayan masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!