Tepat pada pukul sembilan malam Bagas Adimana mendapatkan telepon dari anak buah. Matanya membulat sempurna mendengar kabar yang baru saja di beri tahu sang anak buah. Bola mata hitam itu berair seketika. Bibirnya bergetar menahan suara yang ingin sekali ia lampiaskan saat itu juga.
"Nyonya Feli menghilang terbawa kapal yang tenggelam, Tuan. Kami rasa Nyonya tidak akan mungkin selamat dari kabar beberapa orang yang menjadi relawan di sana."
Panggilan Bagas matikan sepihak. Matanya menatap nanar kedua anaknya yang saat ini berada di dalam gendongan para pelayan. Meninggalkan mereka dengan pelayan rasanya tidak akan mungkin. Hingga akhirnya Bagas memilih menghubungi kedua orangtuanya.
"Hali, Gas. Ada apa?" tanya sang mamah terdengar suaranya dari telepon.
Bagas sekuat mungkin berusaha tenang agar tidak menangis histeris. Jika boleh jujur pria tampan ini ingin sekali berteriak mengamuk melampiaskan kekhawatirannya.
"Mamah ke rumah sekarang bersama Papah. Tolong sekarang, Mah. Aku harus memastikan keadaan Feli saat ini." tuturnya bersuara lirih. Bahkan Irmasari sebagai seorang ibu bisa menduga jika suara anaknya tengah bergetar saat ini.
Tanpa bertanya lagi, Irma pun segera menyanggupi permintaan sang anak. Ia memanggil sang suami dan keduanya malam itu juga langsung pergi ke rumah megah milik Bagas.
Begitu sampai di rumah, mereka bisa melihat Bagas yang mencium kening kedua anaknya dan melajukan mobil tanpa menyapa kedua orangtuanya. Mata yang biasa terlihat hitam tajam kini begitu keruh dengan air mata. Entah apa yang terjadi, yang jelas Irma begitu sedih melihat keadaan anaknya.
Pasangan paruh baya itu saling menatap dengan tatapan penuh tanya. Irma segera mengambil alih satu cucu begitu pun dengan Iwan yang mengambil cucunya juga. Mereka sangat tahu jika Bagas tidak akan pernah bisa percaya pada satu orang pun kecuali istri dan kedua orangtuanya untuk merawat kedua anak kembarnya.
"Papah, coba cari tahu apa yang terjadi? Apa Feli berbuat sesuatu sampai Bagas secemas itu?" ujarnya yang berpikir kemana-mana saat ini.
Iwan tampak mengiyakan permintaan sang istri. Bagaimana pun juga Feli adalah anak mereka yang bukan kandung. Namun, jasa wanita cantik itu telah memberikan dua cucu pada mereka.
"Apa? Bagaimana bisa? Lalu apa itu sudah pasti? Tolong secepatnya kalian cari dan temukan menantu saya. Saya tidak mau tahu cepat cari dan bawa dia pulang ke rumah malam ini juga!" Lepas kendali Iwan sampai berteriak saat menggendong sang cucu. Ia tak sadar telah kembali membuat kedua cucunya menangis histeris.
Melihat kecemasan sang suami, Irma mendekati suaminya. "Papah, ada apa dengan Feli?" tanyanya seraya mengayun tubuh sang cucu.
Dua kembar itu sama-sama tidak bisa menghentikan tangis mereka bahkan suara bayi semakin menggema di rumah megah papahnya.
Iwan terduduk lemas saat menatap sang istri. "Di duga Feli tenggelam karena insiden kapal pesiar yang tenggelam, Mah. Papah sudah meminta seluruh anak buah kita mencari Feli. Semoga saja ada keajaiban dari Tuhan."
Irma langsung lemas terduduk juga. Ia menggeleng tak percaya mendengar ucapan sang suami. Baginya terasa seperti mimpi saat ini. Air matanya jatuh kian deras saat melihat kedua cucu yang bahkan masih belum bisa berbicara. Tidak, Irma tidak bisa menerima jika sang menantu pergi meninggalkan anaknya serta kedua cucunya begitu saja.
Terisak pilu yang bisa di lakukan wanita paruh baya ini. Ia sangat terpukul mendengar kabar yang sangat mengejutkan. Sementara Iwan berusaha sekuat tenang menenangkan sang cucu.
"Bi, tolong hubungi orangtua Feli. Segera beritahu kabar ini." ujarnya mengingat ada besan yang tentu lebih cemas dari mereka.
Tanpa membantah pelayan pun segera melaksanakan perintah dari sang tuan. Ia juga berusaha menahan tubuh yang gemetar saat mendengar kabar mengejutkan. Malam itu semua di buat syok dengan kabar Feli. Sedangkan Bagas yang baru tiba di dermaga meminta anak buahnya ikut serta membawanya ke lokasi kejadian.
Ombak yang lumayan tinggi terus mereka terjang dengan speed yang melaju saat itu juga.
"Cepat tambah lajunya!" pintah Bagas berteriak.
Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar tanpa suara itu. Berulang kali Bagas terus mengusap kasar air matanya. Wanita yang begitu ia cintai tidak boleh pergi begitu saja. Feli tidak boleh membiarkan Bagas merawat anak-anaknya seorang diri.
Sepanjang jalan speed melaju, Bagas berulang kali menggelengkan kepala menolak segala hal yang terjadi di dalam pikirannya.
"Tidak, Feli. Ini tidak boleh terjadi. Kita harus tetap bersama membesarkan anak-anak kita. Jangan pergi kemana pun." gumam Bagas menggelengkan kepala berharap semua ini tidak akan terjadi padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments