Mobil mulai melaju membelah jalan perkotaan. Wanita yang tersenyum-senyum sendiri dengan headset di telinganya, berulang kali mendengarkan suara William. Hatinya benar-benar tidak menentu saat ini. Tersenyum-senyum sendiri, bagaikan terhanyut akan hal yang baru saja terjadi. Wanita yang meraba bibirnya, menghela napas berkali-kali.
Shine hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Jika orang-orang di perusahaan mengetahui sisi lain Giovani mereka akan tertawa berguling-guling.
"Kenapa kamu menyukainya? Maksudku kenapa kamu begitu menyukainya? Tunangan mu lebih baik dari segala sisi." Shine menghela napas kasar.
"Kenapa? Apa lagi yang dia lakukan lagi kali ini?" tanya Giovani memincingkan matanya.
"Apalagi, dia mengirimkan Bleach Diamond, rancangan khusus dari seniman yang disewanya. Sudah 10 tahun, setelah pertengkaran kalian. Lebih baik, maafkan, menikah dengannya dan hentikan obsesi berlebihan mu." Nasehat dari Shine.
Giovani terdiam sejenak, kemudian tersenyum."Aku memang akan menikah beberapa hari lagi. Menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karier kelihatannya tidak terlalu buruk..." gumamnya.
Shine menghela napas kasar, membuka obrolan yang cukup sensitif cukup berani dilakukan olehnya. Tangannya masih tersembunyi di dalam tas, memegang obat-obatan milik Giovani untuk berjaga-jaga.
Mobil tersebut masih melaju membelah jalan perkotaan. Pintu gerbang yang cukup besar terlihat, terbuka secara otomatis. Kala mobil tersebut masuk.
Giovani perlahan turun dari mobilnya. Mengedarkan pandangannya menatap ke arah seorang pemuda yang mungkin sudah menunggunya. Pemuda yang menatap dingin ke arahnya membawa nampan berisikan susu coklat hangat.
"Mandi! Makan! Lalu tidur!" tegas Jimmy, seorang mahasiswa jurusan kedokteran pada kakaknya.
"Cerewet!" cibir Giovani meraih susu, kemudian meminumnya dengan cepat.
"Biarpun cerewet! Ini karena aku tidak mau jatuh miskin! Setelah ayah dan ibu meninggal kakak malah memilih tinggal selama setahun di luar negeri. Paman yang memimpin perusahaan, meninggalkanku dengan hutang perusahaan yang mencapai 2 juta dollar. Untung aku segera menangis menghubungi kakak agar segera pulang. Jika tidak, maka aku akan tidur di jalanan. Atau yang lebih parahnya lagi, organ tubuhku akan dijual untuk melunasi hutang." Seru Jimmy, tetap mengikuti langkah kakaknya.
Pahlawan? Itulah sang kakak baginya. Menyelamatkannya dari hutang 2 juta dollar. Memimpin perusahaan, yang hampir pailit. Hingga kini setelah lima tahun berlalu perusahaan keluarga mereka bertambah besar dan maju. Bahkan lebih maju daripada saat dipimpin almarhum ayah mereka.
Entah sang kakak mewarisi bakat bisnis dari mana. Yang jelas tanpa kakaknya dirinya akan tidur di emperan toko. Melarikan diri dari penagih hutang.
Karena itu kakaknya harus hidup sampai tua. Bahkan kalau bisa hidup abadi, agar dirinya tidak jatuh miskin.
"Makan malam hari ini seperti biasanya sudah aku atur tingkat nutrisinya, ingat jangan mandi air dingin! Omong-ngomong kakak harus segera menikah. Bibi Keysa menghubungiku katanya---" Jimmy menghentikan kata-katanya, menatap kakaknya yang tiba-tiba berhenti makan.
"Aku akan menikah! Dengan dia!" Giovani menunjuk ke arah poster besar William yang ada di beberapa sudut ruangan.
Sedangkan Jimmy mengenyitkan keningnya, kemudian tertawa."Jika ingin menikah dengannya, kakak harus menculiknya."
"Ide bagus! Shine! Siapkan semuanya," perintah Giovani sambil terus makan.
Sedangkan Shine menatap penuh kebencian pada Jimmy. Jimmy sendiri yang pada awalnya bercanda pada kakaknya, hanya asal bicara, menepuk dahinya sendiri. Melupakan kakaknya dapat melakukan apapun. Wanita nekat, yang tidak tahu malu.
Tapi itulah sang kakak, mau bagaimana lagi. Gagasan yang membuat senyuman di bibir kakak perempuannya. Setidaknya sang kakak makan dengan teratur, tidak meminum alkohol, tidak bermain dengan pria, tidak merokok, dan tidak cukup tidur.
Itu sudah cukup untuk Jimmy selepas apa yang kakaknya akan dilakukan di luar sana, terserah. Asalkan kakaknya kembali dalam keadaan hidup, untuk mencetak lebih banyak uang. Bukan menjadi adik benalu, hanya saja dirinya ingin menghormati keputusan tulang punggung keluarga.
*
"Bagaimana tanggapanmu tentang foto-foto yang beredar?"
"Apa benar kamu menyukai sesama jenis?"
"Ada kabar dulu kamu melecehkan anak di bawah umur benar?"
Kerumunan wartawan menyergapnya segera setelah turun dari mobil. Menghela napas kasar, William berusaha lebih semangat lagi. Duduk di ruang ganti, membaca beberapa e-mail melalui tab-nya.
Kemudian kembali berjalan ke panggung. Baru saja dirinya akan mulai bernyanyi penonton meneriakinya, melempar dirinya dengan botol minuman dan telur. William menghela napasnya turun dari panggung.
Di area belakang panggung, Corrie sudah bersiap-siap membawakan tissue basah untuknya."Sudah aku bilang tidak usah tampil dulu."
"Namanya juga pekerjaan, setelah ganti baju aku akan kembali naik ke panggung. Omong-ngomong apa ada job lain setelah ini?" tanya William.
"Tidak ada orang yang ingin memakai mu. Kariermu sebentar lagi akan tamat!" peringatan dari Corrie.
Seperti tidak kenal lelah, pemuda itu kembali menaiki panggung setelah berganti pakaian. Tidak peduli orang-orang yang melemparkannya menggunakan botol minuman plastik atau telur. Dirinya hanya ingin tetap bernyanyi hanya itu. Beberapa orang fansnya di bagian belakang penonton tetap ikut bernyanyi, walaupun sudah banyak berkurang, lebih banyak orang yang menghujatnya dari pada bertahan menjadi fansnya.
Hingga pekerjaannya hari ini berakhir. William menghela napas kasar. Apa yang ada di otaknya? Tentu saja sedang apa Yesy saat ini?
"Besok ada pekerjaan ringan dengan bayaran tinggi." Ucap Corrie sembari menyetir.
"Perkejaan apa?" tanya William, menatap antusias.
"Bernyanyi di acara pernikahan pemilik Sandayu Group. Katanya pesta tertutup, tanpa resepsi. Tapi mereka ingin mengundangmu hanya untuk memeriahkan acara." Jawab Corrie masih konsentrasi menyetir.
"Tanpa penonton, aku tidak tertarik." William menghela napas kasar menatap jenuh.
"Tapi bayarannya 3 miliar. Yakin tidak mau? Ayolah..." Corrie membujuk.
"Tidak," jawaban tegas dari William.
Corrie menghela napas kasar."Tapi hanya ini tawaran untukmu. Mungkin akan ada produser yang hadir mengingat Sandayu Group memiliki relasi di dunia hiburan."
"Apa perusahaan mereka cukup besar?" tanya William santai membelah buah alpukat kemudian memakannya menggunakan sendok. Benar-benar terlihat seperti pria rupawan yang manis dan lugu.
"Besar, memiliki beberapa anak cabang, bergerak di berbagai bidang, mulai dari perbankan, distributor, importir, dan eksportir. Pemiliknya seorang wanita berusia 28 tahun. Dia yang akan menikah. Mempelai prianya aku tidak tahu pasti, karena kita hanya pengisi acara jadi tidak mendapatkan undangan." Jawab Corrie menghela napas kasar.
"Ini bukan acara resepsi? Jadi aku mengisi acara untuk apa? Bermain piano sambil bernyanyi saat mempelai wanita berjalan keluar?" tanya William ingin mengetahui pekerjaannya di rangakaian acara.
"Sepertinya begitu, bagaimana mau mengambil job sebagai pengisi acara pernikahan tidak? Jika kamu beruntung ada kesempatan untuk bangkit lagi. Jika sial, maka tamatlah sudah." Corrie mengenyitkan keningnya, sedikit melirik ke arah William.
"Aku ambil..." Jawaban dari William masih fokus pada phonecellnya mencoba menghubungi Yesy berkali-kali.
Dirinya tidak ingin menyusahkan atau meminta uang. Karena minimarket dan rumah semuanya memang dibangunnya khusus untuk Yesy. Tapi yang tidak dimengerti William, tiba-tiba Yesy mengirim kartu ATM nya lewat kurir.
Pemuda yang menghela napas kasar, sambil mengunyah alpukat di mulutnya. Jika begini bagaimana caranya mengirim uang? Apa Yesy dapat membayar gaji pembantu dan supirnya.
Entahlah, William hanya dapat menghela napas kasar mencemaskannya. Hingga tiba-tiba nomornya di blokir oleh Yesy.
"Kamu menghubunginya lagi? Daripada memberikan uang bulanan padanya lebih baik sumbangkan saja pada anak yatim. Dia itu lebih menjijikkan daripada ular, dia lintah jelek yang menghisap darah! Carilah wanita yang benar-benar mencintaimu! Jika sudah ketemu hamili dia, aku jamin setelah punya anak kamu akan melupakan Yesy!" tegas Corrie berusaha tersenyum. Padahal aslinya jengkel setengah mati.
"Hamili?" Dengan cepat William menoleh ke arah lain mengingat kata hamili. Benar-benar geram rasanya, syukurlah malam itu dirinya tidak sadarkan diri.
"Iya! Hamili, cari wanita yang cantik, pintar dan setara denganmu. Jika sudah bertemu, tanamlah jagung, maksudku menikahlah." Corrie tersenyum, sedikit melirik ke arah William.
"Tidak! Aku tidak akan menikah dengan wanita murahan!" geramnya, meraba bibirnya. Ingin lagi, tapi fikiran menolak. Giovani dengan kegilaannya, dirinya hanya dapat berdoa agar tidak dipertemukan lagi dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Bzaa
ati2 bucin bang
2024-06-24
0
im3ld4
adek gk ada ahlak
2023-04-03
3
Noveler
lanjutkan
2023-03-03
4