Episode - 4.

Episode Sebelumnya..

"Aku datang menemui kalian kesini hanya ingin memberitahu kalian untuk jangan mengganggu Anita lagi. Karena jika sampai aku melihat kalian berseliweran di dekatnya. Maka aku pastikan kalian di keluarkan dari kampus dengan secara tidak menyenangkan." kali ini laki-laki yang ia sebut dengan nama Tommy itu menatap ke arah ketiga gadis itu dengan tatapan tajam.

Ketiga gadis itu juga melihat rahang laki-laki itu mengeras seakan siap mencabik-cabik mereka tanpa ampun. Lia yang sedari tadi memperlihatkan emosinya otomatis langsung menciut saat melihat tatapan tajam laki-laki itu depannya itu. Terlihat sangat menyeramkan, berbeda dengan saat laki-laki itu datang beberapa saat yang lalu.

"Baiklah, sepertinya aku harus pergi." ucap laki-laki itu untuk pamit.

Namun, saat hendak berdiri. Laki-laki kemudian berucap kembali, sehingga membuat ketiga gadis itu mendongakkan kepalanya menatap ke arah laki-laki itu. "Aku ingatkan lagi! Jangan pernah mengganggu kekasihku, jika kalian masih menyayangi kuliah kalian."

Setelah itu, Tommy pun benar-benar pergi meninggalkan ketiga gadis itu. Dengan Natasha yang sudah mencengkram kerah baju Lia dengan erat. "Gara-gara kamu yang tidak mengontrol emosimu itu. Lihat sekarang! Kita tidak bisa lagi membully Anita."

Lia yang mencoba melepaskan cengkraman sahabatnya memukul-mukul pelan tangan Natasha. " Natasha lepas! Sakit."

Desi yang masih duduk melihat kedua sahabatnya berargumen itu berdiri untuk melerai nya. "Sudah hentikan! Kalian tidak malu di lihat orang-orang di sini, hah? Kalian itu nyadar gak sih, di sini yang salah siapa? Otak goblok kok di pelihara. Dasar kekanak-kanakan!"

Desi pun memilih untuk pergi meninggalkan keduanya yang masih di tempatnya masing-masing. Karena gadis itu juga pengen cepat-cepat pulang ke rumahnya. Karena seharian ini dirinya di buat sakit kepala oleh kedua sahabatnya itu.

...****...

Desi menghempaskan tubuhnya di ranjang empuknya. Saat gadis itu sudah sampai di rumahnya. Helaan nafas panjang yang keluar dari mulut gadis itu serasa begitu sesak di dadanya. Ia pun bangkit dari tidurnya menuju ke arah dispenser air.

Di teguknya air yang baru saja ia ambil, hingga gelas air itu sudah kosong di genggamannya. Ia pun lalu meletakkan gelasnya di atas meja dan gadis itu kembali menuju ke tempat tidurnya. Fyi gadis itu tinggal di sebuah apartemen elit di kota itu atas pemberian Natasha untuk dirinya tinggali.

Saat tubuhnya sudah berada di kasur empuknya. Sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. Gadis itu lalu mengambil ponsel tersebut di atas mejanya dan melihat siapa yang sudah mengirimkan pesan kepadanya.

- Buka pintunya, aku ada di depan apartemenmu!

Desi terlihat menghembuskan nafasnya berat saat membaca isi pesan tersebut. Ia pun lagi-lagi bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah pintu, untuk membukakan pintu kepada orang yang baru saja mengirimkan pesan untuknya.

Saat pintu itu telah di buka, seorang laki-laki berada di depannya itu menatapnya sembari tersenyum dengan buah-buahan yang ada di genggamannya.

"Halo! Baby...," ucap laki-laki itu saat gadis itu telah membukakan pintu untuknya.

"Masuklah!" balas Desi dengan mempersilahkan laki-laki itu masuk. Lalu, laki-laki itu pun masuk dan gadis itu langsung menutup kembali pintu apartemennya.

"Ngapain, kamu datang kemari?" tanya Desi kemudian saat laki-laki itu telah duduk di sofa ruangannya.

"Tidak ada! Aku datang kesini karena hanya merindukanmu saja. Itu saja apalagi," jawab laki-laki itu dengan santai.

Desi memutarkan bola matanya jengah saat mendengar jawaban dari laki-laki itu. Ia pun ikut duduk di samping laki-laki itu dengan posisi tangannya berada di kepala sofa itu. "Tidak usah basa-basi cepat, katakan! Apa yang kamu inginkan dariku? Aku ingin istirahat capek baru pulang!"

"Ayo, beb! Kenapa kamu jadi begini saat kekasihmu datang kemari, hm? Harusnya kamu menyambut kedatanganku dengan baik dong. Kita kan sudah lama tidak berjumpa, apakah kamu tidak merindukanku, seperti aku yang selalu merindukanmu?" ucap laki-laki itu dengan berbagai godaannya. Laki-laki itu juga mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Sehingga jarak keduanya pun sangat dekat.

Desi yang melihat laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya dengan dirinya. Hanya diam di tempatnya tanpa mengalihkan pandangannya. Gadis itu bahkan diam saat benda kenyal milik laki-laki itu telah bertengger di bibirnya.

Iya, laki-laki itu telah mencium bibir Desi dengan begitu lembut. Sangat lembut meskipun laki-laki itu telah memperdalam ciumannya. Desi yang sudah terbuai dengan perlakuan laki-laki itu yang begitu lembut kepadanya pun akhirnya membalas ciuman tersebut.

Sehingga, keduanya pun saling membalas ciuman itu dengan perasaan mereka masing-masing. Perasaan? Sepertinya tidak! Itulah yang terlintas di pikiran Desi.

Sepersekian menit kemudian pun berlalu. Mereka masih dengan posisinya yang saling menautkan kedua bibir mereka dengan ciuman yang membuat keduanya mulai berkeringat. Desi tiba-tiba langsung menghentikan aktivitasnya saat laki-laki itu sudah berada di ujung tanduk.

"Kenapa sih, beb! Tanggung loh!" ucap laki-laki itu dengan kesal. Laki-laki itu juga mengusap wajahnya dengan kasar, hingga terlihat memerah di wajahnya.

"Sebentar, aku mau menghidupkan AC-nya dulu. Memangnya, kamu tidak merasa panas apa? Kita sudah berkeringat loh ini." ucap gadis itu dengan menyalakan AC apartemennya.

Setelah AC-nya telah menyala. Laki-laki itu dengan cepat langsung menarik tangan Desi hingga kepala gadis itu menghantam dada bidang laki-laki itu. Dan sesaat kemudian, laki-laki itu langsung mengangkat dagu Desi dan mereka kembali berciuman dengan mesra di ruangan itu.

"Eum!" lenguh gadis itu saat laki-laki itu telah mengangkat tubuhnya ke atas pangkuannya. Sehingga, gadis itu kini berada di atas paha laki-laki itu.

"Aldi...," ucap Desi menyebut nama laki-laki itu. Saat laki-laki itu telah berpindah tempat ke leher gadis itu dan memberikan tanda merah di sana.

Dan karena ciuman mereka berdua semakin dalam. Tangan laki-laki itu mulai menelisik masuk ke belakang gadis itu. Di elus-elusnya punggung mulus Desi dan sesaat kemudian, laki-laki itu mulai membuka pengait bra gadis itu satu persatu.

Desi yang mulai tersadar dari buaian nya, langsung mendorong tubuh laki-laki itu dan menghentikan aktivitas mereka. Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf... sepertinya aku kebablasan." ucap laki-laki itu dengan perasaan bersalahnya.

Desi dengan nafasnya yang memburu, langsung membenarkan pengait bra-nya dan langsung berdiri dari tempatnya dan pergi meninggalkan laki-laki itu di ruang tengahnya sendirian.

Desi langsung membanting pintu kamarnya saat gadis itu sudah masuk ke dalam kamarnya dengan tarikan nafas yang berulang kali. "Ah! Ah! Ah!"

Kemudian, gadis itu masuk ke dalam kamar mandinya dan segera membasahi wajahnya yang nampak gelisah. Setelah itu gadis itu menatap bayangannya sendiri di kaca wastafel dengan pandangannya yang kosong.

"Hampir saja, aku celaka!" ucapnya sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang masih basah.

"Sadarlah Desi! Dia hanya menjadikanmu mainannya saja." ucapnya lagi dengan masih menutup matanya. Setelah beberapa menit gadis itu berdiam diri di dalam kamar mandi. Akhirnya, gadis itu pun keluar.

"Aldi...," panggil Desi saat gadis itu sudah keluar dari kamarnya.

Aldi yang menundukkan kepalanya, mendongakkan kepalanya menatap wajah gadis itu. Kemudian, laki-laki itu berdiri dan menghampiri Desi dengan meraih tangan gadis itu.

"Desi maafkan aku. Sungguh, aku tidak sadar melakukannya." ucap laki-laki itu sembari mengeratkan genggaman tangannya pada gadis itu.

Desi hanya menggelengkan kepalanya. "Iya, tidak apa-apa kok."

"Sekali lagi, maafkan aku."

Desi mengangguk kecil. "Sebaiknya, kamu pergi. Aku juga ingin beristirahat karena kepalaku mulai pusing."

Aldi pun hanya mengangguk kecil dan melepaskan tangannya pada gadis itu. "Yaudah, kalau begitu. Aku pulang ya, kamu istirahatlah. Jangan lupa juga minum obatnya."

Desi pun langsung menganggukkan kepalanya. "Iya."

Setelah itu, laki-laki atau pun pergi dari apartemen gadis itu dengan Desi yang mengantarkannya ke depan pintu. Lalu, laki-laki itu pun pergi dengan Desi yang sudah menutup pintu apartemennya.

"Ah, kenapa kepalaku semakin berdenyut seperti ini," ucap Desi dengan memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu. Kemudian, gadis itu memilih untuk kembali ke dalam kamarnya saat dirinya sudah meminum obat pereda sakit. Dan menidurkan tubuhnya dengan menutup kedua matanya.

Dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Gadis itu pun terlelap di balik selimut tebalnya.

Sedangkan di dalam mobil. Aldi mencoba mengatur nafasnya yang memburu. Lalu, ponselnya yang ada di dalam sakunya berdering. Ia pun langsung mengambilnya dan langsung mengangkatnya. "Halo!"

"Iya, sayang. Aku akan segera ke sana! Kamu tunggu di sana ya." ucap laki-laki itu saat mengangkat telpon dari seseorang.

"I love you too sayang." ucapnya lagi sembari memberikan kecupan manis pada seseorang lewat ponselnya yang masih tersambung itu. Laki-laki itu kemudian mengembalikan benda pipih itu ke dalam sakunya lagi dan ia pun segera pergi dari parkiran apartemen Desi.

.

.

.

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!