Episode - 3.

Episode Sebelumnya..

"Ayo, kita pergi!"

Setelah itu, ketiganya pun pergi meninggalkan laki-laki itu dan Anita yang sudah terlihat bergetar hebat. Ia dengan buru-buru melepaskan rangkulan laki-laki itu dan menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa kamu melakukan ini? Kita tidak saling mengenal, tapi kenapa kamu bilang kepada mereka. Bahwa aku adalah kekasihmu?" berbagai pertanyaan yang dilontarkan Anita pada laki-laki yang dirinya sendiri tidak tahu siapa nama laki-laki di hadapannya itu.

"Bukankah, seharusnya kamu berterima kasih kepadaku. Karena aku telah menolong mu dari gangguan mereka." ucap laki-laki itu.

Anita terdiam saat mendengar perkataan laki-laki yang sudah menolongnya itu. Lalu Anita pun menundukkan kepalanya. "Maafkan aku."

Laki-laki itu menatapnya dengan alis yang menurun. "Kenapa, kamu malah meminta maaf?"

"Maaf karena tidak seharusnya aku mengatakan hal seperti barusan. Dan seharusnya aku berterima kasih kepadamu karena kamu sudah menolongku. Terimakasih banyak." ucap Anita. Kemudian, gadis itu langsung menundukkan kepalanya kepada laki-laki itu.

Laki-laki itu terdiam saat gadis itu membungkukkan badannya tepat di hadapannya. Laki-laki itu dengan cepat mengangkat kedua bahu gadis itu dan menggelengkan kepalanya. "Aku mohon jangan seperti ini."

****

"Maafkan aku, jika kata-kata aku barusan menyakitimu." ucap laki-laki itu dengan raut wajah bersalah.

Anita yang melihat itu, menggelengkan kepalanya. "Tidak! Kamu tidak salah! Apa yang dikatakan oleh kamu itu benar. Seharusnya aku yang tidak mengatakan hal itu padamu, maafkan aku."

Setelah kejadian itu, keduanya pun sampai di rumah kediaman Anita. Laki-laki itu yang mengantarkan gadis itu sampai di depan rumahnya. Anita pun turun dari dalam mobil yang di Kendarai oleh laki-laki itu dengan menundukkan kepalanya, guna dapat melihat laki-laki itu yang masih di dalam tidak ikut turun.

"Terimakasih sudah mengantarkan ku." ucap Anita pada laki-laki itu dengan merendahkan lututnya agar dapat melihat laki-laki itu lewat jendela mobilnya.

Terlihat laki-laki itu menganggukkan kepala. "Sama-sama. Kalau begitu, aku pergi."

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada gadis itu. Laki-laki itu langsung menancapkan gasnya dan menghilang dari pandangan gadis itu. Anita yang masih di tempatnya dengan tas selempang nya menatap ke arah dimana laki-laki itu sudah menghilang.

"Laki-laki itu siapa ya? Dia bahkan tidak memberitahu siapa namanya." ucap Anita pada dirinya sendiri. Lalu, gadis itu pun memilih untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Halo! Bagaimana, apakah sudah ketemu alamatnya?" ucap laki-laki itu berbicara dengan seseorang di dalam ponselnya.

"Bagus! Tolong kirimkan alamat itu sekarang juga." ucapnya lagi dan langsung mematikan ponsel miliknya dan meletakkannya ke sembarang tempat.

Laki-laki itu terus melaju dengan kecepatan tinggi setelah mendapat apa yang di carinya. Ia langsung ngegas mobilnya agar sampai di tempat tujuannya. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, laki-laki itu telah sampai di sebuah kafe yang bernuansa serba biru itu. Dan ia masuk dengan mengedarkan pandangannya mencari sosok yang di carinya itu.

Setelah menemukannya. Laki-laki itu langsung menghampiri ketiga gadis yang sedang asyik mengobrol cantik dengan beberapa dessert dan minuman yang mereka pesan di kafe itu.

Ketiga gadis yang sedang asyik itu, menoleh bersamaan saat laki-laki itu telah berada di depan mereka dengan senyuman khasnya. Para gadis itu langsung saling bertatapan satu sama lain dan dengan cepat gadis yang berambut pirang itu berdiri dengan berlagak cantik itu membalas senyuman laki-laki itu.

"Ada apa kamu tiba-tiba datang menghampiri kita? Bukankah, seharusnya kamu bersama dengan Anita kekasihmu itu, hm?" ucap gadis berambut pirang itu.

"Itu, benar. Aku baru saja mengantarkannya pulang ke rumahnya." balas laki-laki itu dengan senyuman yang masih terpampang jelas.

"Oh, begitu rupanya. Lalu... apa tujuanmu mendatangi kami bertiga di sini? Apakah, kau ingin bergabung bersama dengan kita menikmati beberapa dessert di kafe ini?" ucap gadis satunya lagi.

"Sudah Lia. Sepertinya, dia datang kesini bukan untuk bergabung bersama dengan kita. Jadi... apa yang membuatmu datang menemui kita di sini tampan?" ucap gadis berambut pirang itu dengan tersenyum manis.

Laki-laki itu melirik ke arah ketiga gadis yang ada di sana secara bergantian. Sehingga laki-laki itu memilih duduk di antara mereka. "Apa yang dikatakan oleh si rambut pirang ini benar. Aku datang kemari bukan untuk bergabung bersama dengan kalian, melainkan ada hal yang ingin aku katakan kepada kalian yang ada di sini."

Gadis yang dikatakan rambut pirang itu nampak membenarkan rambutnya ke belakang. Dan kedua teman lainnya hanya menahan tawa saat mendengar perkataan laki-laki itu yang mengejek temannya itu.

"Jadi.. apa yang ingin kamu katakan kepada kita? Dan bagaimana kamu bisa menemukan kami disini?" tanya gadis yang bernama Lia.

"Aku bisa tau kalian ada di sini atas bantuan asisten ku yang melacak keberadaan kalian. Dan di sinilah aku sekarang duduk bersama dengan kalian." ujar laki-laki jujur.

"Lalu, apa tujuanmu mendatangi kami kesini? Apakah kami telah melakukan kesalahan kepadamu?" tanya gadis cantik yang sejak tadi hanya diam saja di tempatnya.

Laki-laki itu melirik ke arah gadis itu dan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada! Kalian tidak melakukan kesalahan apa-apa terhadapku. Tapi, kalian melakukan kesalahan kepada kekasihku."

"Kita melakukan kesalahan apa kepada kekasihmu itu, hah? Sampai-sampai kamu menuduh kami seperti itu!" ucap Lia yang langsung menggebrak meja. Dan langsung mendapatkan tatapan mata dari orang-orang yang ada di kafe itu.

"Lia duduk!"

"Tapi Natasha dia menuduh kita melakukan sesuatu kepada kekasihnya itu." ucap Lia yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya.

"Aku bilang duduk!" ucap gadis berambut pirang itu yang di sebut dengan Natasha itu.

"Cih!" Lia berdecih lalu duduk di tempatnya saat temannya Natasha yang menyuruhnya untuk duduk kembali ke tempatnya.

"Apa maksudmu berkata seperti itu kepada kami? Apakah, Anita menceritakan sesuatu yang jelek tentang kami kepadamu, hm?" tanya Natasha dengan tenang. Gadis itu bahkan terlihat lebih tenang daripada Desi temannya yang berada di sebelah Lia itu.

Laki-laki itu menggeleng. "Tidak! Ini aku hanya insting saja. Dan melihat sifat emosi dia yang meledak-ledak, aku menjadi sangat yakin. Jika selama ini kalian selalu mengganggunya.

Natasha melirik ke arah Lia yang tampak diam saat tatapan tajam Natasha tertuju kepadanya. "Mungkin kamu salah paham terhadap kita. Kita sama sekali tidak menggangu ataupun melakukan sesuatu kepada Anita. Justru, kami berteman dengan baik sama dia."

Laki-laki itu hanya memajukan bibirnya. "Benarkah? Tapi... rasanya aku tidak percaya dengan semua ucapan mu."

Natasha mengeratkan genggamannya mencoba untuk tidak terpancing emosinya. "Siapa namamu? Dan apa tujuanmu itu?"

"Namaku? Oh, iya sepertinya kita belum berkenalan ya. Baiklah, jika kalian ingin tau namaku siapa." ucap laki-laki itu dengan mengulurkan tangannya kepada Natasha yang ada di depannya itu.

"Tommy Kurniawan. Anak dari Ferdi Kurniawan pemilik perusahaan Mall terbesar yang ada di kota ini." sambungnya lagi dengan menyebut nama dirinya. Dan itu langsung membuat ketiga gadis itu saling bertatapan.

"Aku datang menemui kalian kesini hanya ingin memberitahu kalian untuk jangan mengganggu Anita lagi. Karena jika sampai aku melihat kalian berseliweran di dekatnya. Maka aku pastikan kalian di keluarkan dari kampus dengan secara tidak menyenangkan." kali ini laki-laki yang ia sebut dengan nama Tommy itu menatap ke arah ketiga gadis itu dengan tatapan tajam.

Ketiga gadis itu juga melihat rahang laki-laki itu mengeras seakan siap mencabik-cabik mereka tanpa ampun. Lia yang sedari tadi memperlihatkan emosinya otomatis langsung menciut saat melihat tatapan tajam laki-laki itu depannya itu. Terlihat sangat menyeramkan, berbeda dengan saat laki-laki itu datang beberapa saat yang lalu.

"Baiklah, sepertinya aku harus pergi." ucap laki-laki itu untuk pamit.

Namun, saat hendak berdiri. Laki-laki kemudian berucap kembali, sehingga membuat ketiga gadis itu mendongakkan kepalanya menatap ke arah laki-laki itu. "Aku ingatkan lagi! Jangan pernah mengganggu kekasihku, jika kalian masih menyayangi kuliah kalian."

Setelah itu, Tommy pun benar-benar pergi meninggalkan ketiga gadis itu. Dengan Natasha yang sudah mencengkram kerah baju Lia dengan erat. "Gara-gara kamu yang tidak mengontrol emosimu itu. Lihat sekarang! Kita tidak bisa lagi membully Anita."

Lia yang mencoba melepaskan cengkraman sahabatnya memukul-mukul pelan tangan Natasha. " Natasha lepas! Sakit."

Desi yang masih duduk melihat kedua sahabatnya berargumen itu berdiri untuk melerai nya. "Sudah hentikan! Kalian tidak malu di lihat orang-orang di sini, hah? Kalian itu nyadar gak sih, di sini yang salah siapa? Otak goblok kok di pelihara. Dasar kekanak-kanakan!"

Desi pun memilih untuk pergi meninggalkan keduanya yang masih di tempatnya masing-masing. Karena gadis itu juga pengen cepat-cepat pulang ke rumahnya. Karena seharian ini dirinya di buat sakit kepala oleh kedua sahabatnya itu.

.

.

.

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!