Chapter 2

...CHAPTER 2...

...BYE BYE JULIAN...

"kau mau membawa tas ini?"

Julian mengangkat sebelah alisnya saat Rosaline meminta tas yang pernah ia pakai saat pertama kali ia datang ke rumah keluarga Vreaa di Indonesia. Dia menyodorkan tas ransel berwana biru dengan garis-garis kuning itu kepada Rosaline.

"Ya. Terima kasih, Julian," Ucapnya tersenyum manis.

Julian mengangguk dan mendudukkan dirinya ke lantai sambil memperhatikan kedua saudara kembar itu yang tengah memasukkan barang-barang mereka ke dalam koper.

"Kenapa kau mau membawa tas itu? Tas itu sudah lusuh mungkin sebentar lagi akan putus," Papar Julian. Dia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Masih banyak waktu kalau mereka ke pusat perbelanjaan sekarang.

"Lebih baik kita beli yang baru," Sambungnya.

Ketika Julian mencoba mengambil tasnya dari Rosaline, gadis itu menepisnya. Dia menggelengkan kepalanya cepat tak memperbolehkan pria itu mengambil tasnya kembali.

"Ini masih bagus, Julian. Lihat," Rosaline menunjukkan tiap jengkal tas tersebut yang terlihat baik-baik saja, "selama ini kau merawatnya dengan baik, mana mungkin tiba-tiba putus."

Akhirnya, setelah lama berdebat, Julian membiarkan gadis itu membawa tasnya dan memasukkan beberapa barangnya ke dalam sana.

Toh apa yang gadis itu katakan ada benarnya. Selama ini dia merawat tas itu dengan baik. Dia menyimpannya di dalam lemari setelah membungkusnya dengan lapisan plastik yang sangat tebal.

"Dan kau kenapa tiba-tiba ingin membawa sweater ku juga?" Dia berbalik melihat ke arah Reagan yang sekarang sedang mengobrak-abrik lemarinya, mencari sweater yang ingin dia bawa ke Inggris nanti.

"Punya ku terlalu sedikit dan kau punya banyak sweater."

"Aku bisa membelikan mu yang baru. Tidak perlu pakai punya ku," Tawarnya sedikit kesal, kenapa pula dua bocah kembar itu tiba-tiba ingin sekali membawa barang-barangnya ke Inggris.

"Kau saja yang beli baru. Aku malas berada di keramaian apalagi bersama mu. Bisa-bisa kita tiba-tiba menggelar fansign, bukan membeli sweater."

Mendengar perkataan anak asuhnya barusan, Julian hanya terkekeh kecil. "Bilang saja kalau kau iri dengan ketampanan ayah asuh mu ini," Ucapnya sombong. Seringaian licik di wajahnya tidak pernah berubah semenjak satu dekade terakhir.

Reagan berdecih, "as if I'm envy with that," serunya dengan putaran mata malasnya.

Dia mengambil lima sweater Julian dari lemarinya dan memasukkannya ke dalam koper, sementara Julian. Dia hanya bisa tersenyum pasrah melihat anak itu mengambil lima sweater-nya sekaligus, terlebih lagi anak itu memilih sweater kesayangannya.

"My lovely sweater," Lirihnya sedih.

Usai berkemas, Rosaline dan Reagan langsung pergi ke dapur, menemui Julian yang sedang bersiap untuk memasak makan malam.

"Any requests for the dinner?" Tanyanya sambil memakai apron.

Keduanya serentak meneriakkan ayam panggang dan Julian mengangguk. Selang beberapa menit kemudian, dengan bantuan Rosaline dan juga Reagan, satu porsi ayam panggang tersaji di meja makan. Mereka bertiga duduk mengelilingi meja makan, langsung menyantap ayam panggang tersebut.

"Selama kalian di Inggris, kalian bisa tinggal di sini."

Rosaline dan Reagan memperhatikan ke arah secarik kertas yang disodorkan oleh Julian di meja makan. Tanpa mengambilnya, mereka berdua melayangkan pandang ke arah Julian bertanya-tanya maksud secarik kertas itu.

"Dia adalah kenalan ku. Kalian bisa mempercayainya," jelasnya, "dan dia juga punya kafe jadi kalian bisa bekerja di sana. Dengan begitu kalian tidak perlu lagi membayar sewa rumah."

Rosaline mengambil kertas berisi alamat kenalan yang Julian maksud dan membacanya sebelum memberikannya kepada Reagan, menyuruh sang kakak untuk menyimpannya.

Setelah makan malam, Julian tak langsung kembali ke kamarnya seperti biasa. Pria itu pergi ke balkon rumah bersama satu batang rokok di tangannya sambil berbicara dengan seseorang di telpon.

"Kau tahu, Julian meminta orang ini untuk mengawasi kita."

Rosaline menoleh ke arah Reagan yang sekarang sedang bermain rubik. Pria itu hanya menyodorkan kertas berisi alamat kenalan Julian tadi dan menunjuknya.

"Dia meminta orang ini untuk mengawasi kita."

"Kenapa?" Tanyanya.

"Mana ku tahu," jawab Reagan ketus, "yang jelas orang ini akan mengawasi kita selama di Inggris."

"Entah kenapa mendengar kata 'mengawasi' dari mu agak sedikit tabu di pendengaran ku. Mungkin kau salah dengar Reggie, pasti maksud Julian merawat, bukan mengawasi."

"Entahlah. Itu lah yang ku dengar saat dia menelpon pria ini semalam."

"Pria?" Seru Rosaline terkejut.

"Ya. Sesuai apa yang ku dengar dari Julian semalam, pria ini bernama Daniel Evan Smith."

"Tapi kalau pria ini adalah kenalan Julian, berarti kita tidak perlu khawatir, kan?" Dia menatap lekat wajah Reagan, membuat Reagan akhirnya mengangkat pandangannya. Menatap balik iris emerald Rosaline yang ia dapatkan dari sang ibu.

"Aku harap begitu. Tapi bukan itu yang ku pikirkan sekarang."

"Lalu apa?" Rosaline mengangkat sebelah alisnya. Apa lagi yang mengganggu pikiran kakaknya itu.

Dengan helaan napas berat dan panjang. Reagan melirik ke arah luar, memastikan Julian masih sibuk berbicara dengan seseorang di teleponnya sebelum berbalik melihat Rosaline lagi.

"Dengar Rosie, apa kau tidak penasaran kenapa Julian melarang kita menyebut nama keluarga Vreaa dan Torres di sana? Kalau memang mereka dipenjara karena pencurian, seharusnya dia tidak perlu sekhawatir itu. Mereka dipenjara jauh dari sebelum kita lahir, mana mungkin ada orang Inggris yang mengingat kasus pencurian mereka kecuali yang bersangkutan."

Dengan itu, Rosaline menjadi diam.

...•—— ⁠✿ —— •...

"I'm gonna miss you, Julian."

Rosaline melompat ke pelukan Julian, membuat pria itu dengan cepat melingkarkan tangannya ke pinggang Rosaline agar ia tak jatuh terjerembab ke belakang.

Julian terkekeh geli merasakan deru nafas Rosaline saat gadis itu membenamkan seluruh wajahnya ke ceruk lehernya, menghirup dalam-dalam aroma lemon dan mint yang selama ini ia sukai sejak kecil hingga dewasa seperti ini.

"Me too, Rosie," Ucapnya menepuk-nepuk punggungnya lembut sebelum mengelus pucuk kepalanya seiring pelukan hangat itu terlepas.

Julian. Dia mengalihkan perhatiannya ke arah Reagan yang menatapnya dengan datar. Dia mengulurkan tangannya dan membawa laki-laki muda itu ke dalam dekapannya. Sama seperti Rosaline tadi, dia mengelus pucuk kepala Reagan juga dengan lembut.

"Well aku bisa mempercayai kalian berdua, kan? Remember my warning? Jangan pernah menyebutkan—"

"Nama keluarga Vreaa dan Torres di sana," Potong mereka serentak dengan putaran mata malas.

"Kau sudah mengatakan itu lebih dari lima puluh kali hari ini, Julian. Bagaimana bisa kami melupakan itu," Protes Rosaline dengan bibir yang mengerucut ke depan.

Julian tertawa kecil melihat rengutan di wajah Rosaline. Yah jangan salahkan dia karena menjadi se-paranoid itu. Mengingat dia tidak akan ada di sana untuk mengawasi mereka berdua.

"Kalau begitu pergilah. Aku tidak mau membeli tiket pesawat lagi kalau kalian terlambat masuk ke dalam."

Setelah memberinya pelukan hangat sekali lagi, Rosaline dan Reagan berjalan masuk ke dalam bandara. Reagan menarik kopernya beserta koper sang adik, sementara Rosaline masih sibuk melambaikan tangannya ke arah Julian yang berdiri di luar bandara.

"Berhentilah menangis. Aku bersumpah semua orang di sini ketakutan karena melihat wajah mu yang jelek itu," ejek Reagan, memutar bola matanya ketika melihat adik perempuannya yang tengah sesenggukan di sebelahnya.

"Diamlah! Dasar perusak suasana! Kau mengganggu saja, sialan!" Marah Rosaline berlari kecil untuk menendang Reagan namun pria itu bisa dengan mudahnya mengelak.

"Come on, pull yourself together. Kita hanya pergi beberapa tahun, Rosie. Jangan bertindak seolah-olah kita tidak akan pernah kembali dan melihatnya lagi!" Seru Reagan dan Rosaline hanya mengangguk sembari mencoba menghilangkan sesenggukannya.

Setelah pesawat berada di ketinggian 38.000 kaki, Reagan menoleh ke arah sang adik yang sekarang sudah terlelap di pundaknya sambil mendekap erat tas ransel milik Julian yang ia bawa dari rumah.

Nah, biarkan dia istirahat. Pada akhirnya mereka tidak pernah tahu, apa saja yang akan mereka hadapi di Inggris sana sambil mencari kebenaran yang membuat ayah mereka dan Julian di penjara.

Terpopuler

Comments

Meykeila zivara

Meykeila zivara

bagus cerita nya KK aku suka

2023-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!