Tak mau ikut campur

Bruuggkk..

"Maya...!"

Maya dengan cepat masuk ke dalam ruang olah raga, setelah ia menabrak Ibrahim. Yang baru saja menyimpan bola basket ke ruangan itu.

Maya yang emosional, tak merasakan lagi, sakitnya tadi dadanya yang tersenggol bahunya Ibrahim saat mereka bertabrakan.

Ibrahim yang merasa aneh dengan sikapnya Maya, memutar tubuhnya, ia seret kakinya lagi ke ruang olah raga itu. Di pojokan Maya nampak duduk bersedih. Tangannya sibuk mengusap air mata yang terus saja mengalir tak terbendung. Ia malu, jikalau Ibrahim melihatnya menangis.

Dengan perlahan Ibrahim mendudukkan bokongnya di sebelah Maya. "Kamu menangis?" ujar Ibrahim lembut. Ia tatap lekat Maya yang sedari tadi berusaha membuang pandangannya, dari Ibrahim.

"Aku sedang tidak ingin diganggu. Ku harap Bapak keluar dari tempat ini." Jawab Maya tegas, tetap ia tak mau menunjukkan wajahnya kepada Ibrahim.

"Kalau ada masalah, ya aku mau koq jadi pendengar yang baik untukmu. Kalau aku bisa bantu masalahmu, aku akan bantu."

"Aku gak ada masalah. Lebih baik, bapak selesaikan masalah keluarga bapak di rumah. Jangan bawa masalah pribadi ke tempat kerja." Ujar Maya tegas. Ia bangkit dari duduknya. Malas sudah ia bicara dengan Ibrahim.

"May, kamu kenapa?" Ibrahim mengejar Maya. Ia tahan lengan Maya, sehingga wanita itu menghentikan langkahnya.

"Kenapa tadi bapak, gak urus istri bapak. Bukannya Doni sudah memanggil bapak?" tanya Maya menatap malas Ibrahim, yang nampak kaget dengan pertanyaan Maya.

"Ngapain kamu bahas urusan keluargaku?" tanya Ibrahim dengan muka jengkelnya.

"Gara-gara masalah keluarga bapak, aku kena imbasnya." Jawab Maya kesal, ia bicara sampai merapatkan giginya.

"Tadi, aku lagi kerja. Gak mungkin aku tinggalkan kelas." Jawab Ibrahim tegas.

"Aahhk.. Sudahlah..!" Ia hempaskan kuat tangan Ibrahim, yang berusaha menahannya. Dan Maya pun berlari ke parkiran.

Ibrahim menatap nelangsa kepergian Maya. Ia sesalkan sikap wanita itu, yang salah paham padanya. Ibrahim pun menyeret kakinya dari teras ruang oleh raga itu, disaat Maya sudah pergi dari area sekolah dengan naik motornya.

Ibrahim memilih pergi ke mushollah. Ia sedang kacau saat ini. Ia perlu menenangkan diri. Dia bukannya tak peduli dengan istrinya. Dia peduli, sangat peduli. Tapi, jika ia ikut-ikutan menenangkan sang istri yang lagi emosi. Maka, masalah akan semakin panjang. Sarifah, akan semakin ngamuk. Dan itu, hanya akan membuat ia dan istrinya jadi tontonan para guru.

Di tempat lain, tepatnya, di sebuah cafe yang menyunguhkan pemanangan kolam ikan yang indah.

Maya memasuki pekarangan cafe itu. Ia Pilih lesehan di pojokan yang jauh dari pandangan orang-orang pengunjung Cafe. Sebulan terakhir ini, ia jadi terbawa-bawa dalam masalah keluarganya Ibrahim dan Syarifah. Para guru-guru mengosipkan mereka. kalau Maya sedang mencoba menarik perhatian Ibrahim. Padahal sedikitpun ia tak ada niat menggoda Ibrahim dan merusak keharmonisan rumah tangganya Ibrahim dan Syarifah. Kedekatan mereka pure, soal kerjaan. Karena Maya dan Ibrahim, sama-sama guru penjaskes.

Saat meratapi nasibnya itu. Ponsel yang ada di saku celananya Maya bergetar. Ia rogoh ponselnya dengan malas.

"Ada Don?" tanyanya dalam sambungan telepon suara itu.

"Loe di mana Bu May?"

"Emang kenapa?" tanya Maya.

"Ini, kelasnya bu Sarifah kosong. Gak ada yang inval. Aku masuk kelas, guru piket lainnya juga ada kelas." Ujar Doni melapor.

Maya terdiam, ia sedang kacau saat ini. Jadi, ia tak mood lagi untuk ke sekolah. Apalagi nanti jika ia ke kantor, dan melihat muka Bu Darmi. Bisa emosi dia.

"Profesional loe, belum waktunya pulang. Loe ANS yang amanah kan?"

"Apaan sih loe Don? suruh aja guru lain, masuk kelasnya bu Sarifah. Aku gak bisa inval dia. Bu Sarifah guru matematika, aku guru olah raga, lagian aku mendadak sakit. Jadi, aku pulang bentar ke rumah." Jawabnya tegas, yang membuat Doni tidak berkutik.

"Iya deh, Sebentar, aku cek dulu guru yang kosong jam nya." Jawab Doni. Ia yang masih menelpon, sembari melihat roster, mencari guru free les dan mau gantikan Sarifah masuk kelas.

"Ya ampun... Tadi aku lihat Bu Sarifah duduk termenung sambil menangis di kebun sawit yang ada kuburannya!" tiba-tiba saja Bu Mirna, guru baru datang membuat laporan heboh.

"Apa..?" teriak para guru kaget.

"Don, bukannya kamu sudah lapor ke Pak Ibrahim, kalau isterinya kumat! " tanya Bu Darmi dengan kesal pada Pak Doni.

"May, aku matikan teleponnya!" Doni mematikan panggilannya kepada Maya.

Dan sebenarnya, Maya juga tadi lihat Bu Sarifah duduk di tanah kuburan itu. Tapi, ia yang tak mau ikut campur, gak mau samperin Bu Sarifah. Suaminya aja cuek.

***

Terpopuler

Comments

Puja Kesuma

Puja Kesuma

biarin jadi gila beneran tuh si sarifah biar jadi penghuni baru RSJ

2023-03-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!