Pelangi Setelah Badai

Pelangi Setelah Badai

BAB 1. PENGKHIANATAN

Di dalam ruangannya, Pelangi terus mondar-mandir sambil menatap layar ponselnya. Hari ini entah sudah berapa kali ia mencoba menghubungi nomor Devano kekasihnya, namun tidak mendapat jawaban. Bahkan terakhir kali ia bertemu Devano satu bulan lalu setelah ia menandatangani surat penanaman modal usaha pada kekasihnya itu, dan hingga hari ini ia belum juga mendapat kabar pengembangannya.

"Apa aku susul saja ya ke kantornya?" Pelangi bermonolog, lalu meraih benda kecil yang terdapat dua garis merah diatas meja kerjanya. Kemudian segera beranjak keluar dari ruangannya. Pelangi tidak bisa menunggu lagi. Terlebih kekhawatirannya setiap kali berhubungan badan dengan Devano kini benar terjadi.

Begitu sampai di kantor Devano, ia segera menuju ruangan kekasihnya. Pintu yang tak tertutup rapat membuatnya berpikir sebaiknya langsung masuk saja.

Baru saja akan mendorong daun pintu, namun ia urungkan ketika mendengar percakapan Devano dengan seseorang melalui sambungan telepon.

Panggilan sayang yang diucapkan Devano kepada lawan bicaranya di seberang telepon membuat Pelangi bertanya-tanya sehingga memilih untuk menguping pembicaraan kekasihnya.

"Iya Sayang, aku akan segera datang, oke tunggu aku. Aku juga mencintaimu."

Pelangi merasa jantungnya disayat dengan belati yang tajam. Seketika dadanya sesak seakan tak ada ruang untuk bernafas. Dalam hitungan detik kedua bola matanya sudah menganak sungai.

Mungkinkah Devano telah mengkhianati dirinya?"

"Iya, aku jalan sekarang."

Ketika Devano memutuskan sambungan teleponnya dan beranjak keluar dari ruangan kerjanya, Pelangi segera bersembunyi dibalik tembok pembatas ruangan. Beruntung Devano tak melihat keberadaannya.

"Dev, aku berharap hanya salah dengar." Lirihnya.

Setelah menyeka air mata yang sialnya terus mengalir tanpa henti, Pelangi bergegas pergi dari tempat itu.

Mobil Devano baru saja meninggalkan pelataran kantor, Dan Pelangi pun segera memasuki mobilnya lalu segera mengikuti Devano dengan jarak yang aman.

Tak berselang lama, mobil milik Devano berhenti didepan bangunan berlantai. Apartemen elite yang hanya ditempati oleh orang-orang sekelas sultan.

Pelangi memarkirkan mobilnya di seberang jalan agar tak terlihat oleh Devano.

Pelangi merasakan kedua kakinya lemas ketika mengikuti Devano berjalan masuk menyusuri bangunan berlantai itu. Ia berharap dalam hati jika Devano hanya ingin menemui rekan kerjanya di tempat ini.

Namun, Pelangi kembali dibuat terkejut ketika melihat Devano berhenti didepan sebuah pintu, seorang wanita yang tak asing dimatanya keluar dan langsung memeluk Devano dengan mesra. Tak hanya itu, Devano pun membalas pelukan wanita itu tak kala mesra bahkan dengan lugasnya mencium bibir wanita itu dengan penuh kelembutan.

"Silvi?"

Pelangi sampai mengucek kedua matanya, wanita yang ditemui oleh kekasihnya ternyata adalah Silvi, sepupu Devano sendiri. Namun, mengapa mereka terlihat bukan seperti saudara sepupu, melainkan seperti sepasang kekasih?

"Aku pikir Kamu tidak akan datang." Ucap Silvi.

"Mana bisa aku tidak menemui mu, servis mu benar-benar luar biasa dan selalu membuat aku ketagihan." Devano kembali mengecup Silvi dengan mesra.

"Jadi bagaimana? Kapan kita akan mendepak Pelangi keluar dari perusahaannya? Ini sudah satu bulan, semua hartanya sudah berada ditangan kita tanpa dia ketahui."

"Oh Silvi Sayang, kau sangat tidak sabaran rupanya. Biarkan dia beberapa hari lagi menikmati singgasananya, setelah itu kita akan melemparkannya ke jalanan. Dan sekarang ayo kita bersenang-senang."

Dengan posisi saling berpelukan, Devano dan Silvi pun masuk kedalam apartemen. Ketika akan menutup pintu, Devano terkejut saat tiba-tiba saja seseorang menerobos masuk.

"Pelangi?"

Kelopak mata Devano melebar melihat keberadaan kekasihnya. Ia tiba-tiba terlihat gugup, berbeda dengan wanita tak tahu malu disampingnya. Silvi justru tampak santai dengan menampilkan senyum sinis.

"Pe-langi, bagaimana bisa tiba-tiba kamu ada disini?" Tanya Devano dengan nada yang gugup.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan disini?" Balas Pelangi dengan sorot mata yang tajam.

"Apa? Ini apartemen Silvi, kamu tahu sendiri kan aku memang selalu menjemput Silvi." Ucap Devano.

"Tidak usaha berpura-pura lagi, Dev. Aku sudah mendengar semuanya! Kenapa kamu tega melakukan itu padaku? Padahal aku sudah memberikan segalanya untuk Kamu!"

Devano terdiam, kedua matanya menatap Pelangi dengan lekat, namun beberapa saat kemudian tawa renyah menggelar yang membuat Pelangi tersentak.

"Baguslah kalau kamu sudah tahu semuanya. Jadi kurasa aku tidak perlu berpura-pura lagi. Baiklah akan aku beri tahu, sebenarnya Silvi ini bukanlah sepupu ku tapi dia adalah calon istriku." Ucap Devano menekankan di akhir kalimatnya.

"Dan Kamu, hanya wanita bodoh yang mau-maunya saja tertipu dengan bujuk rayuku." Lanjutnya.

Dunia Pelangi seakan runtuh mendengar kalimat yang terucap dari bibir kekasihnya. Devano yang sangat dicintainya ternyata selama ini telah mengkhianatinya dengan tanpa perasaan, bahkan telah menipunya.

Tanpa Pelangi sadari, kini Silvi sudah berdiri di hadapannya. Memperlihatkan surat pengalihan nama atas perusahaan Pelangi dan kini telah menjadi milik Devano. Tak hanya itu, bahkan seluruh harta Pelangi telah berpindah tangan pada dua pengkhianat dihadapannya itu. Ia jadi teringat saat menandatangani surat investasi tanpa membacanya terlebih dahulu.

"Bersiap-siaplah, sebentar lagi kamu akan jadi gelandangan."

Seluruh tubuh Pelangi bergetar hebat. Air matanya kembali mengalir dengan deras. Benda kecil yang akan ia tunjukkan pada Devano ia genggam dengan erat sehingga terlihat buku tangannya yang memutih.

Pelangi bergerak maju, tiga tamparan beruntun ia berikan ke wajah Devano sehingga meninggalkan bekas memerah lalu melemparkan alat tes kehamilan itu tepat diwajah Devano. Tanpa melihat apa reaksi Devano, Pelangi langsung saja pergi dari sana dengan perasaan yang benar-benar hancur.

"Bagaimana dia bisa hamil, Dev? Kenapa kau ceroboh sekali!" Silvi sangat marah mengetahui jika Pelangi telah hamil dengan Devano. Alat tes kehamilan yang dilemparkan Pelangi ke wajah Devano ia remuk dalam genggamannya.

"Kau urus itu, Dev, aku tidak mau tahu! Jangan sampai kehamilan Pelangi menjadi bumerang untuk kita!" Ucap Silvi lalu memberikan alat tes kehamilan itu pada Devano, kemudian ia langsung saja masuk kedalam kamar nya meninggalkan Devano yang masih mematung ditempat nya berdiri. Gairah yang tadinya berkobar kini padam begitu saja.

Dan setelah Silvi berlalu dari hadapannya, Devano menatap dengan ekspresi tak terbaca pada benda kecil di tangannya yang terdapat dua garis merah. Pelangi hamil anak nya, itu lah yang terucap dalam hati Devano.

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

makanya jangan terlalu percaya sama laki2

2025-03-25

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sungguh tega nya hati mu Devano... sehingga harta nya kau kuras habis

2024-02-16

0

Ita Sinta

Ita Sinta

pelangi kamu telah terbujuk rayuan maut😒

2023-08-01

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 53 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!