Hatinya terus merasakan gelisah, tak hentinya Spring menatap ke arah pintu. Berharap Winter segera muncul dari pandangannya. Terlalu takut baginya, bila yang sedang di alaminya hanyalah sebuah mimpi.
Hingga seketika Lucy menepuk pundak Spring. "Hey Spring. Sepertinya kamu sedang menantikan seseorang, hingga membuatmu tak mau lepas menatap ke arah pintu."
"Aku sedang menunggu Winter," jawab Spring tanpa menatap Lucy.
Lucy menggeleng. "Untuk apa kamu menunggu Winter, dia pasti kembali."
"Bagaimana bila dia tak kembali."
"Masih ada dua mata pelajaran di kelas, Winter tak mungkin bolos, secara dia murid paling pintar dan rajin di kelas kita. Bila tak kembali pun, kamu masih dapat bertemu dengannya. Karena rumahmu bersebelahan dengan rumahnya Winter."
Dengan gelisahnya, Spring menghela nafasnya. "Aku masih tak mengerti dengan apa yang ku alami ini. Aku sangat takut bila ini semua hanyalah mimpi."
Seketika Lucy mencubit lengan Spring, hingga membuat Spring pun sampai harus mengusap lengannya.
"Bukankah cubitanku terasa sakit. Kamu tidak sedang bermimpi, ini nyata." Lucy berdecak. "Ck.. Aku sangat yakin bila kepalamu bermasalah setelah tadi tertimpa oleh bola. Apa perlu aku meminta wali kelas untuk menghubungi orang tuamu, agar mereka berdua menjemputmu pulang."
Spring menggeleng cepat kepalanya sambil melambai-lambaikan tangannya. "Tidak... Tidak perlu. Aku baik-baik saja."
"Tapi kondisimu sepertinya sedang tak baik-baik saja. Sedari tadi kamu tampak gelisah, dan aku juga merasa bingung dengan sikapmu yang sangat aneh."
Spring menghela. "Aku sangat sehat, jadi kamu tak perlu repot-repot meminta wali kelas untuk menelpon ayah atau ibuku."
Hingga tak lama Spring menunggu, akhirnya Winter datang ke kelas. Namun, datangnya Winter malah membuat Spring kesal. Karena Winter datang bersama wanita yang paling Spring benci. Yaitu Jinny, dia adalah wanita yang selalu mebututi Winter. Karena Winter merupakan pria yang cukup populer di sekolah, selain karena kepintarannya, Winter juga memiliki paras yang tampan. Begitu pun dengan Jinny yang merupakan saingan terberat untuk Spring. Berwajah cantik dan banyak di gandrungi oleh kaum adam. Dan Jinny merupakan salah satu wanita yang menyukai Winter.
Karena melihat pria yang di sukainya di tempeli wanita genit seperti Jinny, akhirnya Spring pun beringsut dari tempat duduknya, menghampiri Winter, lalu menariknya hingga membuat Winter menyingkir jauh dari Jinny.
"Apa kamu seorang penguntit yang selalu mengikuti kemana pun Winter pergi," lontar Spring kepada Jinny.
Jinny membuang nafasnya. "Hah, apa maksudmu? Biasanya kamu tak mempersalahkanku bila aku mendekati Winter. Kenapa hari ini kamu sangat marah saat aku mendekatinya."
Dulu Spring memang tak mempermasalahkan bila Winter di tempeli Jinny, karena dulu Spring merasa minder bila harus memisahkan Winter dari Jinny. Secara banyak orang di sekolahnya, yang menyebut Jinny sangat serasi dengan Winter. Tapi sekarang, Spring tak akan lagi menghindar ketika sahabatnya di tempeli oleh Jinny. Karena mulai sekarang Spring akan mematahkan prinsiv persahabatannya dengan Winter. Tak ada hubungan yang hanya sebatas sahabat saja, tapi Spring menginginkan hubungan yang lebih spesial dari sekedar persahabatannya.
Spring melipat lengannya sambil menatap tajam mata Jinny. "Sepertinya Winter tak suka bila terus kamu tempeli. Seperti anak ayam saja yang mengikuti induknya."
Winter tergelak. "Benar apa yang di katakan Spring. Aku merasa risih ketika kamu mengikutiku."
"Dan lebih baik kamu segera kembali ke kelasmu, karena di sini bukanlah kelas yang harus kamu masuki," timpal Spring.
Jinny membuang nafasnya dengan wajahnya yang sangat kesal setelah di berikan ucapan tajam dari Spring. "Dasar menyebalkan," ucapnya sembari melangkah pergi.
Winter lalu merangkul pundak Spring. "Aku sangat suka dengan sikapmu itu. Biasanya kamu membiarkanku bila aku sedang di buntuti Jinny. Dan kamu sering mengatakan bila aku cocok dengannya, padahal Jinny bukanlah tipe idealku."
"Aku berkata seperti itu karena banyak orang yang mengatakan bila kamu cocok dengannya. Tapi sekarang aku tersadar, bila kamu tak cocok dengannya, kamu malah lebih cocok denganku."
Winter mengerutkan alisnya. "Cocok denganmu? Apa kamu menyukaiku."
Spring menelan salivanya, ia malah berkata yang seharusnya tak di ucapkan. Spring memang berniat akan menyatakan perasaannya, tapi bukan di waktu yang tidak tepat seperti di kelas yang banyak orangnya.
"I...ya kamu cocok denganku sebagai sahabatku kan. Bila Jinny terus menempelimu, aku takut posisiku yang sebagai sahabat akan tergantikan oleh Jinny," ucap Spring terbata-bata.
Winter tersenyum. "Aku pikir kamu menyukaiku sebagai pria pada umumnya." Winter lalu menarik Spring duduk ke tempat duduknya.
Di saat pelajaran berlangsung, tak hentinya Spring memandangi wajah Winter. Terasa menenangkan dan sangat menyenangkan, ketika menatap wajah yang selalu di rindukannya setelah bertahun-tahun lamanya tak di lihat.
"Spring, bisakah kamu berhenti menatapku. Kamu harus memperhatikan guru yang sedang menerangkan."
"Untuk apa aku memperhatikannya, lagi pula dari dulu aku sangat tak suka pelajaran matematika."
Winter menghela. "Biarpun kamu tak suka, pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk nilai rapot. Syarat untuk masuk ke universitas terbaik, nilai dari semua mata pelajaranmu harus bagus, termasuk dengan pelajaran matematika."
Hingga tiba-tiba saja guru matematika yang sedang menerangkan itu memanggil Spring.
"Nona Spring Scott."
Sontak saja Spring pun langsung mendongkak ke arahnya.
"Bisakah kamu kerjakan soal di papan tulis."
"Baik, miss." Spring beringsut dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah depan untuk mengisi soal di papan tulis.
Saat soal matematika sudah berada di depan matanya, entah mengapa soal yang akan di kerjakannya itu tampak sangat mudah. Padahal dulu Spring tidak pintar dalam mata pelajaran matematika, entah karena mungkin ia pernah mempelajarinya sebelumnya. Hingga ketika ia mengerjakannya, Spring cepat menyelesaikannya.
"Saya sudah selesai mengerjakannya," ucapnya sembari mengembalikan spidol kepada guru tersebut.
"Soal yang kamu jawab benar walau kamu tidak memperhatikan saya. Tapi kamu harus lebih memperhatikan saya ketika saya sedang menerangkan, walau kamu sudah tahu dengan materi yang saya terangkan."
"Baik, miss." Spring kembai duduk ke tempat duduknya.
Winter tersenyum. "Spring yang pemalas terhadap pelajaran matematika, akhirnya bisa menjawab benar soal matematika."
"Karena aku tak mau kalah darimu," ucapnya sambil membalas senyuman Winter.
***
Setelah dua pelajaran berakhir, akhirnya semua murid di sekolah pulang. Tapi ketika Spring akan hendak pulang, Winter menarik lengannya dan membawanya pergi ke arah yang bukan jalan pulangnya.
"Kemana kita akan pergi? Ini bukan ke arah jalan kita pulang."
"Aku ingin memastikan sesuatu."
"Memastikan apa, Winter?"
"Jangan banyak bertanya, nanti setelah sampai kamu akan tahu kemana aku membawamu pergi," ucap Winter yang tak melepaskan tangan Spring dari tangannya.
Hingga ketika sampai di tempat tujuan, Spring terheran-heran ketika menatap tempat tujuan yang di datanginya bersama Winter.
"Bukankah ini rumah sakit."
"Iya, ini rumah sakit."
"Untuk apa kamu membawaku kesini. Apa kamu sedang sakit hingga aku harus menemanimu kesini."
"Bukan aku yang kamu temani. Tapi akulah yang menemanimu ke rumah sakit ini. Aku harus memeriksamu ke dokter, untuk memastikan kondisi kepalamu."
Seketika Spring menghempaskan tangannya dari genggaman Winter. "Aku baik-baik saja, lebih baik kita pulang sekarang."
Winter kembali meraih tangan Spring. "Tidak, aku ingin memastikan kondisi kepalamu." Winter menarik paksa Spring memasuki gedung rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
alterna.nas
semangat menamatkan dan update-nya, yaaa, Kak. aku pantau terus nih
2023-03-09
1
ayu
msih sepi novelnya, pdahal bgus
2023-03-03
0
kai
terossss
2023-03-03
0