WKS. Merasa Terabaikan

Dua hari di Negara B membuat Safira tidak tenang walaupun beberapa kali Jio meyakinkan Safira jika Ibunya akan baik-baik saja karena dia sudah mengirim orang untuk mengawasi Ibunya itu. Namun tetap saja Safira tidak tenang dan khawatir. Apalagi Jio selalu meminta melayani selayaknya seorang istri. Padahal mereka tidak memakai alat kontrasepsi.

"Sayang ... udah aku bilang kalau aku akan menikahimu. Kalau hamil juga nggak masalah. Usia kita udah sangat pantas untuk punya anak, jadi ... jangan murung terus, hm?" kata Jio seraya memeluk tubuh Safira yang masih polos.

Tentu saja mereka baru saja selesai melakukan permainan panas, padahal hari sudah pagi. Namun Jio benar-benar tidak bisa menahan hasratnya itu jika melihat tubuh Safira. Dan lagi mereka tidur satu kamar dan satu ranjang.

Walaupun tidak ada keterpaksaan dalam diri Safira untuk melakukan hubungan itu, tetapi hatinya masih gelisah memikirkan keadaan Ibunya. Sedangkan dia tidak berani untuk pulang duluan.

"Aku cuma khawatir sama keadaan Ibu, Mas. Dia pasti kesepian di rumah sendiri. Apalagi dia nggak tau tujuan utamaku kesini."

"Kamu mau pulang duluan?"

"Nggak mau. Aku maunya pulang sama kamu," jawab Safira seraya mengeratkan pelukannya pada Jio. Hal itu membuat Jio semakin gemas dan seolah apa yang telah tidur kembali bangun.

Sayangnya ponsel Jio berdering sebelum miliknya itu kembali bangun. "Ish ... siall sekali. Padahal mau nambah," gumam Jio terpaksa meraih ponselnya yang ada di atas nakas dan menjawab panggilan tersebut. Tentu saja itu panggilan telepon dari Erlan.

Beberapa saat keduanya mengobrol lewat panggilan telepon, Jio bergegas masuk ke kamar mandi dengan wajah serius.

"Mas! Kenapa? Ada masalah apa?" tanya Safira yang khawatir dengan raut wajah dan langkah kaki Jio yang buru-buru.

"Sayang, aku mau mandi duluan. Setelah itu kamu juga harus mandi dan bersiap karena kita akan pulang," jawab Jio segera masuk kamar mandi.

Tentu saja dia buru-buru mandi sendiri karena kalau harus mandi dengan Safira, pekerjaannya tidak akan segera dia kerjakan sebab miliknya pasti akan benar-benar bangun.

Safira senang bisa segera pulang, walaupun dia belum tahu kenapa pulang secara tiba-tiba. Apalagi Jio terkesan buru-buru.

...***...

Jio dan Safira bergegas ke lobby utama untuk melakukan cek out sekaligus mengurus penerbangannya juga menunggu Erlan yang masih ada di kamar hotelnya. Kabar yang dia dapat adalah sang Nenek masuk rumah sakit karena serangan jantung. Jio yang telah lama mengabdi pada Erlan tentu ikut sedih dan paham bagaimana perasaan Bosnya yang ingin segera pulang.

Untungnya juga segala keperluan penerbangan Safira telah selesai dibantu oleh asisten Tuan Frendik. Begitu juga dengan mucikari dan urusan salah sasaran di negara B itu. Semuanya telah Jio selesaikan dan bisa dipastikan nanti tidak akan menggangu bagaimana kehidupan Safira kedepannya.

"Mas, kamu belum jelasin kenapa kita pulang mendadak? Bukannya masih dua harian lagi kita disini?" tanya Safira masih heran karena Jio belum memberikan penjelasan apa-apa.

Jio yang sejak tadi tertunduk dan sibuk dengan ponselnya, segera menatap Safira. Tangannya terangkat kemudian di elusnya sebelah pipi Safira diiringi sebuah senyuman hangat.

"Neneknya Tuan Erlan masuk ruang sakit karena serangan jantung, jadi kita harus segera pulang."

"Astaga ... pantas aja. Semoga Neneknya baik-baik aja ya, Mas."

"Sayang ... mungkin di pesawat nanti ... kamu nggak bisa aku temani. Aku tau betul gimana Tuan Erlan dan aku minta maaf mungkin kita nggak bisa langsung menikah setelah tiba nanti karena aku harus fokus dengan urusan Tuan Erlan dulu,"

"Iya, Mas. Aku mengerti."

Sebenarnya Safira ingin langsung mengenalkan Jio pada Ibunya begitu tiba. Namun sayang harus ada masalah seperti ini. Walaupun Safira sedikit takut jika dia hamil dan Jio masih belum bisa menikahinya, maka ... dia akan membuat malu sang Ibu dan bisa saja keadaannya semakin buruk.

"Maaf ya? Tapi kamu jangan khawatir. Kalau kamu hamil, aku akan mengutamakan kamu, Sayang. Segera kabari aku kalau ada tanda-tanda kamu hamil. Urusanku akan cukup rumit nanti, kamu harus rajin-rajin kabarin aku ya walaupun aku nggak bisa langsung balas pesan kamu nantinya. Kamu bisa fokus dulu dengan kesembuhan Ibu, hm?"

Safira hanya mengangguk paham. Jio benar jika dia harus fokus dengan kesehatan ibunya. Uang juga sudah diterima dan itu lebih dari cukup untuk pengobatan penyakit yang diderita sang Ibu. Walaupun sedikit berat hati karena mungkin dia akan kesulitan bertemu dengan Jio, tetapi Safira harus memaklumi pekerjaan Jio.

Beberapa saat kemudian, orang yang ditunggu akhirnya tiba. Erlan datang dengan menyeret koper dan terlihat habis menangis, tetapi raut wajahnya yang dingin berhasil menutupi rasa sedihnya.

Jio segera meraih koper milik Erlan dan bicara beberapa kata lalu mereka berjalan keluar dari hotel itu kemudian masuk taksi untuk segera menuju bandara. Jio dan Erlan duduk di belakang tanpa ada obrolan lagi. Sedangkan Safira duduk di depan di sisi kemudi.

...***...

Berjam-jam di dalam pesawat tanpa perhatian dari Jio dan bahkan dibiarkan pulang ke apartemen milik Jio, membuat Safira sedikit kecewa. Namun Jio sudah minta maaf terlebih dahulu membuat Safira mau tidak mau harus menunggunya.

Jio memang sama sekali tidak fokus dengan Safira yang dia suruh untuk pulang ke apartemennya dengan mengendarai taksi. Walaupun ada rasa bersalah, tetapi dia lebih mengutamakan Erlan karena itu memang sudah tugas dan kewajibannya.

Tempat tinggal Safira terlalu jauh untuk kembali, jadi Safira hanya menurut untuk pulang ke apartemen Jio dengan jarak yang lebih dekat setelah kepulangan dari negara B. Hal itu juga bisa membuat dia istirahat lebih lama untuk memulihkan rasa lelah dan rasa tidak nyaman karena Jio masih terus meminta jatah pada Safira selama di negara B.

"Aku benar-benar merasa enakkan. Udah lama banget aku nggak merasakan bangun tidur seperti ini. Syukurlah! Sepertinya aku akan benar-benar jatuh cinta sama kamu, Serjio," gumam Safira saat bangun tidur. Dia pun meregangkan otot tubuhnya dengan begitu enaknya.

"Bukan sepertinya ...." Safira syok mendengar suara Jio. Ternyata laki-laki itu ada di sisi tempat tidur dan dirinya tidak menyadari hal tersebut. "Aku akan buat kamu benar-benar mencintaiku, Safira!" lanjut Jio membuat seutas senyum manis di bibir Safira.

"Bikin kaget aja, sih! Sejak kapan ada disitu, hm?" tanya Safira dengan nada begitu menggemaskan.

"Belum lama. Baru beberapa menit aja. Kamu lelap banget sampe nggak sadar aku duduk disini," jawab Jio segera mendekati Safira. Jio pun duduk seraya mendekap tubuh Safira dan menghirup bau badannya yang benar-benar membuat hidungnya plong.

"Dasar nakal! Aku bau, belum mandi sejak datang tadi karena aku sangat lelah," kata Safira hendak melepaskan pelukannya. Tentu saja Jio tidak membiarkan hal tersebut.

"Kamu sangat wangi. Aku suka baumu," jawab Jio masih dengan posisi yang sama.

"Dasar tukang gombal! Aku mau mandi dulu, habis itu aku buatin kamu makan ya?" Jio tidak langsung menjawab. Dia malah semakin mengeratkan pelukannya dan merasakan hangatnya pelukan tersebut seolah Jio sedang melepas semua beban pikirannya untuk sementara waktu. "Hei, kenapa diam?" lanjut Safira heran dengan sikap Jio yang diam saja.

"Tapi aku lebih ingin memakan mu, Safira!" Tentu saja Safira yang polos malah terkejut dengan ucapan Jio.

"Astaga, apa kamu kanibal?" sahut Safira membuat Jio terkekeh.

"Ck, maksudnya bukan makan daging kamu. Kenapa kamu begitu lugu, usia kita hanya beda dua tahun, Safira." Jio melepaskan pelukannya dan duduk menyilang kaki tepat di depan Safira dengan wajah yang amat senang.

Safira sedikit salah tingkah dengan sikap Jio. Namun dia ikut senang melihat wajah laki-laki tampan berkacamata itu.

"Memang apa maksudnya makan aku kalau kamu bukan kanibal? Memang ada gombalan seperti itu? Aku belum pernah dengar." Lagi-lagi sikap Safira membuat Jio kembali terkekeh.

"Maksudnya ... aku ... ingin bercinta denganmu, Sayang!" Tanpa pikir panjang lagi Jio menindih tubuh Safira.

"Ish ... kamu! Kita belum menikah, kenapa kamu terus menerus ingin tidur denganku? Kita menikah dulu, baru ak-" Safira tidak bisa meneruskan ucapannya karena mulut Jio sudah membungkam mulutnya hingga menciptakan ciuman menggairahkan.

"Tunggu urusan Bos aku selesai dulu ya? Aku janji nggak akan lama karena aku juga nggak sabar mau menikah denganmu. Aku butuh tenaga, tolong ... puaskan aku sebentar saja."

"Liar banget sih, kamu! Aku mau mandi dulu. Aku nggak pede kalau kayak gini."

"Kita mandi bersama, mau? Sekalian main-main juga di bawah guyuran shower, hm?"

"Dasar nakal!"

"Tapi kamu suka?"

"Hm."

"Baiklah, aku akan membawamu ke kamar mandi." Jio pun membopong tubuh Safira ke kamar mandi dan dia mendapatkan imunnya di dalam sana.

........

Terpopuler

Comments

Falisha Wijayanti

Falisha Wijayanti

semangat terus KK nulis nya aku sallu nungguin kelanjutan nya.

2023-03-08

0

Aretha18✨

Aretha18✨

Asyik banget deh safira sama serjio cepet nikah yaa jangan ninuninu tanpa ada ikatan SAH itu dosaa gituu🤣🙏

2023-03-07

0

Gusliantini

Gusliantini

lanjut thor yg semgat up nya💪💪💪💪

2023-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!