Malam ini Embun hanya berdiam diri di dalam kamar karena hari ini cukup melelahkan. Menjelang hari H acara peringatan HUT kantor membuat Embun dan semua karyawan sangat sibuk.
Belum lagi kejadian sore tadi yang membuat Embun takut dan khawatir jika ada niat buruk dari seseorang kepada nya. Apalagi di kota ini wanita itu hanya hidup sendiri tanpa ada keluarga yang lain, hanya Juan dan keluarga nya lah yang Embun kenali dari dulu.
Mendadak Embun jadi merasa kesepian dan merasa takut tinggal di kota Besar ini, bahkan terbesit ingin keluar saja dari pekerjaan nya dan pulang ke kotanya.
Embun khawatir jika ada orang-orang itu di luar sana yang masih berusaha mengintainya dan mengawasi semua pergerakannya. Lebih parahnya lagi dirinya takut jika mereka ingin mencelakai dirinya.
Sungguh apa yang terjadi sebenarnya sama sekali belum bisa di mengerti maksud dan tujuan mereka melakukan ini semua pada Embun.
Dan siapa dalang dibalik orang-orang suruhan itu sama sekali membuat Embun dibuat ketakutan.
Sampai beberapa waktu Embun masih belum terlelap karena memikirkan kejadian itu, hingga setelah beberapa waktu berkutat dengan pikirannya dan kelelahan barulah perlahan Embun memejamkan mata dan terlelap dalam tidur nya.
***
Keesokan harinya..
Pagi ini Embun bersiap-siap lebih awal karena harus segera berangkat menuju ke kantor untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dan harus mempersiapkan ruangan kantor karena kemungkinan besar akan ada kunjungan langsung ke cabang oleh para petinggi perusahaan seperti direksi dan komisaris.
Embun mempersiapkan diri seperti biasa, menggunakan make up yang tipis dan rambut di gerai sebahu yang rapi dengan kemeja kerja warna hitam dipadukan celana kerja warna hitam pula dan sepatu hak tinggi warna coklat susu. Penampilan yang sederhana, tapi sangat anggun ketika di kenakan wanita itu.
Setelah selesai bersiap, Embun mulai memesan taksi online untuk menuju ke kantornya, bahkan Embun belum sempat sarapan pagi ini karena harus segera sampai kantor.
Embun mulai berjalan keluar rumah untuk mengunci pintu rumah itu, tapi entah kenapa hatinya seperti gelisah tapi wanita itu berusaha mengabaikannya dan melanjutkan kegiatannya mengunci semua pintu dan jendela.
Kemudian Embun berjalan melewati halaman yang tidak terlalu besar tapi memiliki taman kecil yang cantik itu menuju pintu gerbang minimalis nya. Tapi ketika sampai di gerbang rumah kontrakan ada dua orang yang berlari kearahnya secara tiba-tiba dan membekap mulutnya.
Embun yang tidak siap berusaha sekuat tenaga untuk meronta dan melepaskan diri dari cengkraman para pria itu. Wanita itu berusaha berteriak tapi mulutnya sudah dibekap dan tiba-iba dia mencium bau menyengat yang membuat penciuman nya seperti tertusuk hingga kepalanya terasa sakit dan mata berkunang.
Entah apa yang dilakukan oleh orang itu sehingga membuat Embun merasa tidak berdaya dan akhirnya pingsan. Para pria itu akhirnya bisa membawanya masuk dalam mobil tanpa perlawanan.
Karena kondisi rumah Embun yang berada masuk di dalam jalan kecil sehingga kegiatan mereka tidak menarik perhatian orang dan karena situasi kesibukan pagi membuat orang di sekitar rumah itu tidak menyadari sedang terjadi penculikan.
Embun sedikit bisa mendengar ketika di dalam mobil tapi tubuhnnya sama sekali tidak bisa bergerak dan kembali tidak sadarkan diri.
***
Di ruangan Kamar yang gelap
Setelah entah berapa lama Embun tidak sadarkan diri, dirinya merasa ada seseorang yang menepuk pipinya perlahan dan membuatnya membuka mata.
Ketika terbangun Embun sudah dalam posisi tangan dan kaki yang terikat, ketika mengedarkan pandangannya dirinya tahu bahwa ini adalah sebuah kamar karena terlihat remang-remang sebuah tempat tidur yang berukuran besar.
Cahaya temaram yang dilihatnya dan mata berkunang yang membuat Embun tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja orang-orang yang berada di sekitarnya. Di dalam ruangan itu tidak ada yang bersuara.
"Kau sudah sadar? " tanya seorang pria tiba-tiba entah darimana asalnya dengan suara berat sambil mengelus rambut Embun dari belakang.
Embun bergidik ngeri membayangkan sosok yang memegang rambutnya itu dan ketakutan menjalar dalam dirinya.
Embun tidak mau menjawab, dan mencoba melihat siapa pria itu. Karena tangan dan kaki Embun terikat membuat Embun kesulitan membalikkan badannya karena pria itu tepat ada di belakang Embun.
"Siapa kau, lepaskan aku! " gertak Embun dengan suara lantang.
"Aku tidak berniat jahat padamu, aku hanya ingin kau berada di sisiku" jawab pria itu tenang.
"Siapa kau? Aku tidak mengenalmu" jawab Embun lagi.
"LEPASKAN AKU!!!!" teriak Embun lagi.
"Jangan terlalu berteriak, lehermu akan sakit. Karena sekencang apapun tidak akan ada orang yang akan mendengarkan mu" jelas pria itu memperingatkan.
Embun mulai berontak sekaligus terisak, dia menangis. Mencoba seberani apapun, Embun tetaplah wanita dan dia mempunyai rasa takut.
Pria itu hanya berdiam diri melihat wanita itu berusaha melepaskan ikatannya dan menangis meraung-raung ketakutan. Entah apa yang dipikirkan pria itu.
"Aku sedang tidak melakukan apapun padamu, berhentilah menangis. Aku hanya ingin berbicara padamu" kata pria itu lagi. Spontan Embun diam dan mendengarkan pria itu berbicara.
"Aku menginginkan mu, aku hanya ingin memilikimu dan menjagamu" kata pria itu.
"AKU TIDAK MAU!!!! Aku tidak mengenalmu!!!! Aku tidak mau" teriak Embun.
Kemudian pria itu tanpa menjawab berjalan menuju pintu keluar yang ada di belakang wanita itu. Setelah itu Embun hanya sendirian di kamar tersebut menangis meraung-raung.
Setelah beberapa saat ada seorang pria lain masuk memberikan Embun minuman Jus. Bukankah terlalu mewah untuk seorang tawanan?
Saat Embun diminta untuk minum, dirinya menolak karena meskipun haus ia tahu sedang menjadi tawanan dan tidak menutup kemungkinan terdapat racun di dalamnya.
Tapi ketika pria itu menyodorkan minuman, Embun menggigit tangan pria itu dan berusaha lari dengan posisi tangan dan kaki terikat, saat belum sempat berlari Embun sudah terjatuh.
Pria itu emosi dan marah kemudian menampar Embun, juga menendang kaki dan dada Embun. Seketika wanita itu kesakitan bahkan tidak bisa mengeluarkan suara karena dadanya terasa sesak.
Beberapa saat kemudian masuklah pria misterius itu lagi sambil berlari di ikuti lima orang anak buahnya dan langsung menendang dada dan menghajar pria berkepala plontos yang menampar dan menendang Embun.
"SIAPA YANG MENYURUHMU MEMUKULNYA HAA????" teriak pria misterius itu sambil terus memukul pria plontos itu membabi buta. Kelima anak buah yang lain hanya diam dan menyaksikan bosnya mengamuk.
"Ampun tuan, wanita itu berusaha melarikan diri dan menggigit tanganku" ucap pria itu sambil menahan sakit di perutnya.
"TIDAK ADA YANG AKU PERBOLEHKAN MENYAKITI ATAU MEMUKULNYA, AKU HANYA PERINTAHKAN KALIAN MENJAGANYA" teriam pria misterius itu setelah selesai menghajar pria plontos itu kepada semua anak buahnya dengan suara nafas yang tidak teratur.
"Meskipun wanita ini melakukan perlawanan atau berusaha menyerang kalian, kalian tidak berhak menyakitinya. PAHAM??" kata pria itu lagi lantang yang membuat anak buahnya semua bergidik ngeri.
Embun mendengar suara pria itu samar-samar dan mencoba melihat siapa pria itu, tapi hanya siluet sosok tinggi berjas lengkap yang dilihatnya, karena pencahayaan yang kurang dan keadaan Embun yang setengah sadar akibat dari pukulan pria b***ab itu. Setelah beberapa saat kemudian Embun benar-benar kehilangan kesadaran dengan darah mengalir dari ujung bibirnya.
Aku tahu kau akan terluka dengan sikapku ini, tapi aku tidak tahu lagi bagaimana cara mendapatkan mu. Aku harap kau mengerti dan memaafkan ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments