Tidak terasa sudah kembali senja..
Lampu-lampu jalan mulai menampakkan dirinya. Tapi langit cukup cerah untuk bisa menikmati bintang yang akan mulai nampak.Tak luput Embun, yang menikmati angin dan langit senja indah yang tidak akan di lewatkan.
Wanita itu berjalan menyusuri anak jalan dekat kontrakan nya karena setelah beberapa saat berkendara dengan taksi online Embun meminta untuk berhenti beberapa ratus meter dari rumah kontrakan nya itu untuk menghirup udara segar karena perjalanan yang memakan waktu karena padat nya jalan.
Saat berjalan beberapa meter, Embun memutuskan untuk sekalian mampir ke Restauran dekat rumah kontrakannya supaya nanti ketika sampai di rumah kontrakan tidak perlu lagi memasak atau keluar untuk mencari makan.
Embun memutuskan untuk mampir di tempat makan langganan nya yang dekat dengan tempat tinggal nya, ketika Embun memasuki pintu utama, ada sepasang mata yang tidak berhenti memandangi nya.
Embun yang masih memakai pakaian kerja stelan rok bawah lutut dan blazer nampak sangat anggun dan cantik meskipun terlihat lelah namun tetap masih terlihat rapi.
"Embun.. " panggil pria usia sekitar lima puluh tahunan yang masih terlihat gagah dan berwibawa itu.
Sosok yang dipanggil pun reflek mencari sumber suara dan melihat siapa yg memanggilnya.
"Om Hartono" ucap Embun terkejut dan menghampiri pria paruh baya itu yang ternyata adalah Om Hartono, ayah dari teman sekelasnya waktu di bangku SMP di Kota kelahiran Embun.
Tapi setahu Embun keluarga Om Hartono sejak dulu memang tinggal di Kota Besar ini, hanya Juan saja yang sempat tinggal di Kota kecil Embun sampai lulus SMP.
"Apa kabar om? " tanya Embun lagi pada om Hartono sambil bersalaman.
"Om baik nak.. apa kabarmu? Sudah lama sekali om tidak pernah bertemu denganmu" jawab om Hartono sambil menepuk pundak Embun
"Saya sehat dan baik om. Syukurlah kalau om sehat" jawab Embun.
"Kau tinggal dimana nak? Ohh sebentar.. mari kita panggil pelayan dan pesan makanan terlebih dahulu" instruksi Om Hartono sambil membimbing Embun duduk di salah satu sudut tempat makan tersebut dan mencari meja kursi yang kosong dan nyaman untuk mereka makan dan berbincang.
"Ayo duduklah" bimbing om Hartawan, Embun hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Jadi.. kau tinggal dimana nak? Kenapa kau bisa di Kota ini" lanjut om Hartawan
"Saya ada rumah kontrakan di dekat sini om, sejak sekitar lebih dari satu tahun yang lalu saya pindah di kota ini untuk bekerja" jelas Embun
"Lantas, kau bekerja dimana nak? " tanya om Hartawan
"Saya bekerja di GF Group om, " jawab Embun menjelaskan.
"Oh GF Group. Hebat kau nak" ucap om Hartono tersenyum tulus pada Embun.
"Terimakasih banyak om" jawab Embun. Percakapan terhenti karena pelayan datang ke meja mereka untuk menanyakan pesanan.
" Selamat malam, silakan tuan dan nona menunya" kata pelayan sopan.
"Saya minta Beef Tongue Steak dengan Blackpepper Sauce nona dan satu juice mix sayur" pesan om Hartono pada pelayan setelah beberapa saat membaca buku menu yang telah disediakan.
"Saya Chicken Cordon Bleu dan Ice Lemon Tea" sahut Embun menambahkan pada pelayan yang segera mencatat pesanan mereka berdua dan kemudian pamit undur diri untuk menyiapkan makanan yang mereka pesan.
"Oh ya Embun.. bagaimana kabar ayah dan ibumu? Sudah lama aku juga tidak berkomunikasi dengan mereka" tanya om Hartono sambil menerawang seperti mengingat masa dulu. Tante Nadia sendiri dan Ibu Embun dahulunya adalah seorang sahabat kecil karena mereka berasal dari Kota yang sama.
"Ayah ibu sehat om. Dan tante Nadia bagaimana kabar nya om? " tanya Embun pada om Hartono.
"Syukurlah, senang mendengarnya. Nadia juga sehat dan baik. Juan juga sehat dan baik Embun, kau tidak mengingat nya? " Jawab Om Hartono sambil tersenyum penuh arti.
"Oh Syukurlah om. Tentu saja saya ingat om" jawab Embun tidak peka terhadap senyuman om Hartono.
"Ha ha ha.. Aku hanya bercanda. Kau berkunjung lah ke rumah dan berbincang lah dengan Nadia, pasti dia akan sangat senang melihat mu" ucap om Hartawan berharap.
"Baiklah om saya akan mengunjungi tante Nadia jika nanti libur" kata Embun.
"Baiklah Embun. Oh makanan telah datang, cepat sekali. Mari kita makan terlebih dahulu" kata om Hartawan melihat makanan yang telah datang.
"Baik om. Selamat makan" kata Embun pada om Hartawan yang disambut dengan anggukan.
Kemudian mereka menikmati makanan mereka dengan lahap. Dan ternyata barulah Embun mengerti, disini adalah tempat makan favorit om Hartono dan tante Nadia saat masih kuliah.
Setelah beberapa waktu berlalu mereka menyelesaikan makan malam dengan obrolan yang ringan hingga makanan mereka telah habis tak tersisa sedikitpun.
Setelah beberapa saat mengobrol ringan, mereka memutuskan untuk menyudahi acara makan malam yang tidak di sengaja itu.
Dan setelah mereka menyelesaikan tagihan di kasir yang sempat diwarnai perebutan karena Om Hartono dan Embun yang sama-sama ingin menyelesaikan tagihan mereka alias mentraktir satu sama lain yang akhirnya om Hartono lah yang membayar tagihan mereka malam itu.
Setelah mengucapkan terimakasih kemudian mereka saling berpamitan satu sama lain sambil berjalan keluar tempat makan untuk melanjutkan aktivitas masing-masing dan berakhir dengan saling bertukar nomor ponsel.
Sesampai nya di pinggir jalan yang akan memisahkan mereka, Embun terkejut oleh seorang yang dulu nya dia kenal masih anak remaja, kini terlihat dewasa dan sangat tinggi dan tampan.
"Juan.. " ucap Embun terkejut dengan keberadaan Juan yang sudah di depan mata dan menatap tajam ke arah mereka berdua.
"Juan, sapa lah Embun. Papa tidak sengaja bertemu dengannya disini" jelas om Hartawan.
"Halo Ju.. apa kabarmu? " sapa Embun terlebih dahulu sambil mengulurkan tangannya pada Juan.
"Halo.. aku baik " jawab Juan menyambut uluran tangan Embun dengan senyuman tipis yang menambah ketampanan nya, tapi kemudian mereka diam bingung melanjutkan percakapan apa.
"Sudah? Apakah begitu saja cara kalian anak muda bertegur sapa? " tanya om Hartawan keheranan pada kedua muda-mudi itu sambil menatap Embun dan Juan bergantian.
Melihat tidak ada jawaban dari mereka akhirnya om Hartawan yang mengakhiri pertemuan mereka dan memutuskan untuk berpamitan satu sama lain.
Setelah Om Hartawan melambaikan tangan pada Embun sambil memasuki mobil bersama Juan, wanita itu kembali berjalan ke arah kontrakannya yang tidak terlalu jauh dari restauran favoritnya itu.
Sungguh pertemuan yang tidak di duga dengan Om Hartawan dan Juan teman sekolah lamanya, batin Embun.
Tapi dari kejauhan, tanpa mereka semua sadari nampak seseorang yang sedang memperhatikan mereka semua. Sosok pria menggunakan motor sport dengan jaket hitam dan kacamata hitam mengawasi mereka sejak tadi.
"Bagaimanapun caranya aku tidak akan melepaskan wanita itu sebelum dia menjadi istriku dan ibu dari anak-anak ku"
"Awasi dia terus, aku masih ingin tahu banyak hal tentang dirinya, termasuk siapa saja yang ingin mendekatinya" perintah pria itu pada sambungan telepon di sebrang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments