Pindah Rumah

Semenjak di tinggal suaminya pergi berbulan madu, membuat Zahra menelan pil pahit setiap hari. Dia menjadi bulan-bulanan ibu mertuanya. Penderitaan Zahra semakin dalam ketika Viona mengirimkan foto mesranya bersama Rizal.

Sepertinya Viona sengaja mengirimkan foto itu agar Zahra cemburu dan sakit hati. Rizal juga sudah jarang menelepon istrinya. Dia disibukkan oleh Viona yang selalu melarang semua aktivitas yang berhubungan dengan Zahra.

Kini Zahra sedang sibuk menyiapkan semuanya, karena hari ini Rizal akan pulang dari Singapura. Zahra membersihkan kamar untuk Viona atas perintah ibu mertuanya.

"Zahra, kamu ke sini, pindahkan semua pot bunga ini di samping rumah dekat kolam. Cepat, satu jam lagi menantuku akan datang," seru Bu Silvi pada Zahra.

Zahra berjalan cepat menghampiri ibu mertuanya. "Ma, bolehkah aku istirahat sebentar. Kepalaku pusing sekali, Ma."

"Alah, alasan saja kamu. Bilang saja kalau kamu sedang malas. Cepat kerjakan, aku tidak mau dengar alasan apapun," sentak Bu Silvi tanpa perasaan.

Zahra pun menurut, wajahnya sangat pucat sekali. Dia memindahkan semua pot itu dengan sekuat tenaga. Satu jam kemudian, Rizal dan Viona datang. Mereka turun dari mobil dengan raut wajah yang bahagia.

Rizal yang melihat istrinya pun terkejut dan ingin menghampirinya, namun Viona melarang. "Kamu mau kemana, Sayang? Ayo kita masuk, aku sudah capek!"

"Aku mau menghampiri, Zahra. Dia terlihat aneh sekali," sahut Rizal dengan pandangan ke arah Zahra

Viona langsung menjawabnya sengit,"Ya jelas aneh, orang kucel kayak gitu? Mana bisa kamu bandingkan denganku. Sekarang kamu tahu kan, istri yang berkualitas itu seperti apa? Sudahlah biarkan dia menyelesaikan tugasnya, karena aku yang akan melayanimu, Sayang."

Rizal ditarik masuk ke dalam rumah oleh Viona. Zahra kembali menitikkan air mata, ternyata suami yang dirindukannya sudah tidak peduli sama sekali. Dia mengangkat pot yang terakhir dan langkahnya semakin berat dan matanya berkunang-kunang. Tubuh Zahra lemas dan hampir terjatuh, untung dia cepat mencari pegangan jadi tidak sampai jatuh.

Tiba-tiba terdengar suara Bu Silvi memanggilnya dengan keras. "Zahra, aduh ... kamu ini kerja lelet banget sih. Semua orang sudah kelaparan di dalam. Kamu mau membuat kita semua mati kelaparan, Ha?"

"Maaf Ma, aku tidak enak badan. Jadi kerjaku sedikit lambat," balas Zahra dengan bersandar dekat gazebo. Kepalanya terasa sangat pusing.

"Alasan terus, sana cepat masuk bantu Bi Surti memasak. Dasar menantu tidak tahu diri, alasan, alasan terus dari tadi. Kenapa kamu tidak pergi saja dari sini?" Bu Silvi terus mengumpat menantunya dengan kejam.

Zahra berjalan pelan menuju ke dalam. Badannya terasa panas sekali. Sesampainya di dalam, Zahra langsung masuk ke dapur. Dia tidak menoleh sedikitpun ke arah meja makan. Di dapur, Zahra segera membantu Bi Surti menyajikan makanan yang sudah matang.

"Non, sepertinya sedang sakit," ucap Bu Surti menegur Zahra.

"Tidak apa-apa Bi, aku masih kuat kok," balas Zahra, dia mengangkat mangkok yang berisi sayur lodeh panas.

Zahra keluar membawa mangkok itu ke meja makan. Dia berjalan dengan kaki gemetar, lalu tak sengaja Zahra tersandung dan mangkok itu terlempar hingga kuah panasnya menyiram lengan Viona.

Viona menjerit kepanasan, hingga membuat semua orang terkejut. "Dasar bodoh, kamu sengaja ya? Sini kamu!"

Viona menarik Zahra dan menamparnya dengan keras. Zahra terjatuh ke lantai, dia pingsan karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi. Rizal langsung berdiri dan menolong istrinya.

"Zahra kamu tidak apa-apa? Zahra bangun, Zahra. Astaga, badannya panas sekali!" ucap Rizal panik, dia langsung mengangkat tubuh Zahra dan membawanya ke kamar.

Perhatian Rizal pada Zahra membuat Viona kesal. "Sayang, lenganku sakit! Seharusnya kamu nolongin aku dong!"

Rengekan Viona tidak dihiraukan oleh Rizal. Dia tetap ke atas membawa Zahra yang tidak sadarkan diri.

"Ma, lihatlah! Rizal mulai mengabaikan ku. Aku tidak terima, Ma! Aku hanya ingin Rizal hanya memperhatikan aku," ucap Viona pada mertuanya.

Bu Silvi langsung berdiri menghampiri Viona yang sedang kesal. "Kamu sabar ya Sayang. Cepat atau lambat, dia pasti akan tidak betah dan menyerah."

"Ma, aku ingin rumah sendiri. Aku tidak mau serumah sama dia, Ma. Kalau aku stres, mana bisa cepat hamil."

Bu Silvi terdiam dia mencerna perkataan menantu kesayangannya itu. "Kamu benar juga, baiklah kalau begitu Mama akan belikan sebuah rumah untukmu. Nanti Mama akan bicara dengan Rizal ya. Sekarang kita obati dulu tanganmu ini, nanti cepat melepuh."

Bu Silvi mengajak Viona ke dalam kamar untuk mengobati lengannya yang tersiram kuah panas tadi. Di kamar lain, Rizal sedang merawat istrinya. Dia sangat prihatin melihat kondisi Zahra yang begitu memprihatinkan.

"Zahra, apa yang terjadi selama dua minggu ini? kenapa tubuhmu bisa sekurus ini? Apakah mama sudah keterlaluan terhadapmu?" ucap Rizal pada istrinya.

Tak lama kemudian, Zahra sadar. Dia menangis melihat suami yang dicintainya itu ada di depannya. "Mas, syukurlah kamu masih peduli denganku. Aku mengira kamu sudah lupa padaku, karena dua minggu ini kamu tidak pernah menghubungiku sekalipun. Apakah kamu sudah lupa dengan janjimu, Mas? Kamu bilang akan bersikap adil, tapi kenapa aku merasa kalau kamu sudah menjauh dariku."

Rizal menggenggam tangan istrinya. "Zahra, aku minta maaf sama kamu! Semua ini di luar dugaanku. Aku sangat ingin menelponmu, akan tetapi Viona selalu menggangguku. Apakah Mama terlalu keras padamu? Tubuhmu kurus sekali, seharusnya kamu bisa menolak perintah Mama jika tubuhmu sedang tidak sehat."

"Apa aku bisa menolak, Mas? Berbicara saja tidak boleh, aku sama sekali tidak punya hak di rumah ini. Aku tidak tahu sampai kapan aku kuat mempertahankan rumah tangga ini, Mas." Zahra terus mengungkapkan kesedihannya pada Rizal.

"Zahra aku ...." Perkataan Rizal terhenti karena ibunya masuk ke dalam kamar. "Rizal, kamu ini keterlaluan. Tangan Viona terluka tapi kamu malah enak-enakan di sini. Sana obati dulu istrimu. Kamu itu harus memberikan perhatian lebih pada Viona, karena dia harus dalam keadaan mood yang baik. Kalau Viona stres kapan dia bisa hamil."

"Tapi Ma, aku sedang menunggui Zahra," ucap Rizal menolak perintah ibunya.

Bu Silvi semakin marah, ternyata Viona berhasil memprovokasi mertuanya. "Rizal kamu sudah berani membantah Mama. Pokoknya kamu harus keluar dari kamar ini secepatnya. Lalu, Mama juga sudah memilihkan rumah untuk Viona. Mama tidak rela, menantu kesayangan ku stres hanya karena wanita bodoh itu."

"Kamu harus hidup berdua dengan Viona agar tidak ada yang menganggu waktu kalian. Setelah semua siap nanti kamu harus cepat pindah. Ingat kamu harus fokus agar cucu Mama cepat jadi."

Bu Silvi terus berbicara dan tak menganggap keberadaan Zahra. Dia berbicara seperti itu dengan cara yang sengaja karena tujuannya adalah mempengaruhi jiwa dan mental Zahra.

Terpopuler

Comments

Yati Syahira

Yati Syahira

isinya penyiksaan dan terinjaknya harga diri perempuan

2023-07-18

0

Hotma Gajah

Hotma Gajah

cerita gini mending nggak usah di lanjutin gini hari wanita mewek nggak zaman kaliii..kuat dan tsngguh🦾🦾🦾🤪🤪🤪

2023-07-11

0

Megabaiq

Megabaiq

klo ini sih crta novelnta kurang bguss,,,crta sinetron indosiar...

2023-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!