Merelakan

Pagi Hari.

Zahra bangun pagi-pagi sekali, untuk sholat subuh. Dia membangunkan suaminya untuk sholat jama'ah tapi, Rizal menolaknya. Akhirnya Zahra bangun dan sholat sendirian. Selesai sholat, Zahra harus memasak untuk sarapan pagi. Dia turun ke bawah untuk menuju ke dapur. Kebetulan, di dapur ada Viona yang sedang mengambil minum.

Viona hanya diam saja ketika Zahra masuk ke dapur. Dia hanya melirik sinis Zahra. "Sayang sekali, hidupmu di sini tidaklah beruntung. Kalau aku jadi kamu, aku memilih pergi dari sini. Malu lah sama diri sendiri yang tidak bisa memberi kebahagiaan pada pasangannya. Kasihan sekali Rizal membuang waktunya hanya demi wanita sepertimu."

Zahra diam tak menjawab. Dia tak menghiraukan perkataan Viona yang sengaja memprovokasinya. Melihat Zahra yang tidak berekspresi membuat Viona kesal. Dia sengaja menyenggol tangan Zahra yang sedang mengiris sayuran. Perbuatan Viona itu membuat Zahra terkena pisau hingga jarinya berdarah.

"Aww, sssh! Kamu sengaja ya?" seru Zahra, dia menatap Viona dengan tatapan marah.

Viona tertawa mengejek. "Kalau iya kamu mau apa? Protes, marah, mau membalas ku? Mimpi saja kamu, seharusnya kamu itu bercerai dari Rizal. Biar hidup Rizal itu tenang tanpa beban," ucap Viona dengan kasar.

Setelah itu Viona pergi dengan perasaan bangga, sedangkan Zahra mencuci jari telunjuknya yang berdarah. Kemudian, Zahra melanjutkan lagi memasak untuk sarapan pagi.

Satu jam kemudian, Zahra selesai memasak. Semua orang turun untuk sarapan. Rizal juga sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Mereka duduk di kursi dan memulai sarapan.

"Viona kamu duduklah di sebelah Rizal, dan kamu Zahra silakan bertukar tempat dengan Viona. Mulai hari ini, Viona yang akan melayani keperluan Rizal," ucap Bu Silvi dengan tegas.

Zahra langsung berdiri dan bertukar tempat dengan Viona. Melihat istrinya tertindas membuat Rizal tetap diam, dia hanya memeperhatikan saja. Viona langsung duduk di samping Rizal dan segera melayaninya.

"Besok adalah hari pernikahan Rizal dan Viona. Aku harap kamu bersikap baik dan tidak membuat drama. Kamu mengerti kan, Zahra?" ucap Bu Silvi.

"Iya Ma, Zahra mengerti," jawab Zahra dengan menatap wajah suaminya. Ingin rasanya menangis, namun sebisa mungkin Zahra menahan air matanya.

"Baguslah kalau kamu mengerti." Bu Silvi melanjutkan sarapannya dengan penuh kemenangan. Akhirnya dia bisa mewujudkan keinginannya.

Sarapan pagi berlangsung dengan obrolan yang renyah antara Bu Silvi dan Viona. Pernikahan suaminya yang akan berlangsung besok membuat Zahra tidak bersemangat. Dia merasa lemas dan tidak bertenaga.

Selasai sarapan dan merapikan semuanya, Zahra langsung mengurung diri di kamar. Suami dan ibu mertuanya seharian pergi untuk mempersiapkan pernikahan besok. Sejak Zahra memberikan izin, dia jarang berkomunikasi dengan suaminya. Rizal semakin sibuk dengan persiapan pernikahannya bersama Viona.

Keesokan harinya.

Pagi hari keadaan rumah tampak ramai. Banyak kerabat dari keluarga Narendra berdatangan. Pernikahan kedua Rizal tanpa ayah dan juga kakaknya, karena mereka masih di luar negeri.

Zahra sudah bersiap dengan kebaya yang dia kenakan 5 tahun silam. Kini dia memakainya kembali namun dengan tema yang berbeda. Zahra menjadi tamu undangan di acara pernikahan suaminya sendiri.

Penghulu sudah bersiap di kursi tempat berlangsungnya ijab kabul. Rizal dan Viona juga sudah duduk bersampingan. Zahra pun ikut duduk di belakang suaminya. Hatinya hancur berkeping-keping melihat orang yang dicintainya mengikat janji suci dengan orang lain.

Zahra harus terlihat kuat, dia terus menahan air matanya agar tidak menetes karena sang mertua sudah berpesan sebelumnya.

Penghulu memulai acara dengan mengucapkan ijab kabul. Setelah itu giliran Rizal menjawab ijab kabul itu hingga kata SAH terucap dari bibir semua orang. Terpancar kebahagiaan di mata Viona dan juga ibu mertuanya.

Kata SAH itu membuat Zahra tidak dapat membendung lagi air matanya. Janji suci yang dikatakan Rizal waktu dulu, kini dikatakan juga pada orang lain. Setelah ijab kabul selesai, kedua pengantin meminta doa restu dengan melakukan sungkeman.

Zahra menghapus air matanya, ketika Rizal dan Viona tiba di depannya. Rizal memeluk istrinya dan berbisik pelan. "Terima kasih atas keikhlasanmu, Zahra. Aku tahu ini berat setelah ini aku akan tetap bersikap adil padamu."

Zahra tersenyum tipis dan menghapus air matanya. Dia menganggukkan kepala tanpa menjawab ucapan Rizal. Setelah itu, giliran Viona memeluk Zahra. Wanita itu juga mengucapkan sesuatu. "Hari ini adalah awal penderitaan mu dimulai. Kamu pikir aku mau berbagi suami? Jangan bermimpi, karena aku lah yang akan memiliki Rizal seutuhnya. Aku akan menyingkirkan mu pelan-pelan dari rumah ini, Zahra."

Viona tersenyum bangga setelah memeluk Zahra dan mengungkapkan maksud hatinya. Dia ingin membuat Zahra sakit hati dan menyerah menjadi istri Rizal.

Selesai ijab kabul, Rizal dan Viona langsung berencana pergi berbulan madu ke luar negeri. Mereka ingin pergi ke Singapura untuk merayakan pernikahannya.

Di acara ini Bu Silvi lah yang merasa bahagia. "Sayang, akhirnya kamu menjadi menantu dari keluarga ini. Semoga bulan madumu ini nanti kamu cepat hamil dan melahirkan seorang cucu untuk keluarga ini," ucap Bu Silvi dengan penuh suka cita.

"Tentu dong, Ma. Aku akan memberikan oleh-oleh cucu buat Mama," balas Viona dengan lirikan mata ke arah Zahra.

Rizal yang sudah bersiap pergi pun berpamitan pada istrinya. "Zahra aku pergi dulu ya. Baik-baik di rumah, karena aku akan satu bulan di Singapura. Aku tahu persaanmu seperti apa? Tapi aku hanya ...."

"Stop, Mas. Kamu pergilah berbulan madu dengan tenang. Semoga kepulanganmu nanti membawa perubahan di keluarga ini. Sebagai istri yang banyak kekurangan, aku hanya bisa berdoa semoga kebaikan tetap menyertaimu, Mas! Insyaallah, aku akan ikhlas menjalani ini semua," ucap Zahra dengan hati yang tegar.

Bu Silvi merasa tidak senang melihat ketegaran Zahra. Sebenarnya dia ingin membuat menantunya itu menyerah namun tidak bisa. "Rizal, sudah waktunya kamu berangkat. Sopir sudah tiba di depan," seri Bu Silvi dengan sengaja.

Rizal menoleh, lalu dia mengecup dahi Zahra sebagai tanda perpisahan. "Aku pergi, Zahra. Jaga dirimu ya! Assalamualaikum."

Zahra mengangguk. "Waalaikumsalam, hati-hati Mas."

Setelah itu, Rizal berangkat ke Singapura bersama dengan Viona. Zahra mengantarkan kepergian suaminya itu dengan perasaan hancur. Melihat Zahra menangis membuat Bu Silvi tidak senang. Dia membentak menantunya itu di hadapan semua orang.

"Hei, menantu tidak tahu diri. Tidak usah berlagak tersakiti ya di sini karena bagaimana juga tidak ada yang mempedulikan mu. Harusnya kamu itu ikut berbahagia, karena Rizal akan segera mendapatkan keturunan. Coba saja kalau kamu jadi wanita itu normal, pasti tidak akan ada kejadian Rizal menikah lagi. Sudahlah nikmati saja takdirmu menjadi istri yang tidak berguna di rumah ini. Sekarang kamu masuk dan bantu Bi Surti membereskan gelas dan piring kotor. Jangan jadi pemalas dan benalu di rumah ini."

Bu Silvi memarahi Zahra tanpa memikirkan lagi perasaan menantunya. Dia mempunyai niatan untuk membuat Zahra menyerah dan merelakan pernikahannya dengan Rizal.

Terpopuler

Comments

Jumiah

Jumiah

klo gk bisa adil gk usah poli gami...
suami yg gk adil ,akan dilaknat allah..
dunia ahirat ,gk akan mencium bau surga ...

2025-02-04

0

Endang Oke

Endang Oke

lama amat bln madu sampai sebulan. ada aturannya thor klu poligami. terus istri pertama ditinggalkan beguru selama 1 bln.
buat aturan agama poligami ada aturannya. jika istri keduanya msh gadis dan perawan suaminya satu minggu bersama.
namun jika istri keduanya seorang janda hanya 3 hari. hari ke 4 ke istri pertama nya.

2023-07-11

0

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

amit² ketemu mertua model begini..

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!