Awal dari permusuhan.

"Aauhh..." Keysa mencubit pipinya sendiri. menyadari apa yang dialaminya sekarang bukanlah mimpi, Keysa berharap jika ini mimpi, Keysa tak ingin bangun dan terus bersama dengan pangeran dalam mimpinya.

"Kapan aku bisa bertemu dengan mu lagi pangeranku... akan ku kejar dirimu dimana pun kamu berada, sekarang kamu menjadi tujuan hidupku, semangat Keysa, kamu pasti bisa." Keysa menyemangati dirinya sendiri. Terlihat sinar kebahagiaan di wajah gadis berusia dua puluh tahun itu.

Tak jauh dari tempatnya berada, sebuah mobil BMW terparkir di tepi taman, pengemudi segera keluar dan berjalan mendekati Keysa yang duduk termenung seorang diri.

Tangan kekar pria paruh baya itu menyentuh pundak Keysa, membuat sang empu terloncat kaget, "Ayah..."

"Sedang apa kamu di sini, ayo pulang ini sudah malam, tidak baik anak gadis berkeliaran di taman seorang diri." Dirga mengandeng Keysa menuju mobilnya.

"Ayah seb_"

"Sudah, kita bicarakan ini di rumah."

Setelah pembicaraan terakhir itu, tak ada yang memulai obrolan, keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

🌾🌾🌾🌾

"Daddy, apa sebaiknya kita jodohkan saja putra kita ya, mommy pengen kayak teman-temen mommy yang sudah pada gendong cucu, tadi aja pas reunian mereka pada bawa cucunya, hanya mommy yang nggak bawa!" ucap Mommy Maya sendu.

"Itu terserah pada putra kita Mi, ya kalau belum nemu yang sreg apa boleh buat, kalau sudah jodoh pasti mereka bakalan bertemu, kita tinggal tunggu kapan tanggal mainnya saja." jawab Daddy Brian santai.

"Kalau nunggu kelamaan, daddy!" mommy Maya kesal karena suaminya tak mendukung keinginannya.

Zain yang sebenarnya sudah berada di ambang pintu menghentikan langkahnya, kala mendengar obrolan orang tuanya. "Hah...Kalau aku masuk pasti bakalan di serang sama pertanyaan laknut itu."

Daddy Brian yang mengetahui jika putranya menguping spontan memanggil untuk ikut bergabung dengan mereka.

Zain menjatuhkan bobotnya di samping Mommy Maya.

"Zain, kamu kan sudah besar, kapan kamu bakalan kasih mommy mantu?"

"Zain masih belum nemu yang cocok Mom, berikan Zain waktu, lagipula Zain masih ingin bersenang-senang dan untuk terikat dalam sebuah hubungan pernikahan sepertinya Zain belum siap." ungkap Zain jujur apa adanya.

𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘥𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘭𝘢 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘬𝘪𝘯𝘪. Zain membatin.

Sungguh tak ada tempat untuk mencintai, luka yang di dapat Zain dari kejadian masa lalunya sudah menguasai hatinya hingga menutup seluruh jalan untuk yang namanya cinta.

Mungkinkah ada sedikit celah untuk seorang gadis dapat masuk dalam kehidupan Zain? Ataukah Zain akan selamanya sendiri bertemankan dendam dan kesepian?

"Mommy dengar sendiri kan apa kata putra kita ini." daddy Brian memang sudah mengetahui tujuan putranya membelanya dari mommy Maya.

Bukanya Daddy Brian tak mau membantu Zain, tapi Zain lah yang tak mengizinkannya melakukan itu. Zain ingin melampiaskan dendamnya dengan caranya sendiri, sesuai janjinya pada kedua orang tuanya dan Daddy Brian menghargai itu.

Maya kini hanya bisa menghela nafas panjang, menerima perkataan suaminya yang selalu membela Zain dengan lapang dada.

"Yah... sepertinya mommy harus menunggu lagi!" Maya memilih meninggalkan ayah dan anak itu.

"Apa mommy marah dad?"

"Tak perlu di pikirkan ucapan mommy tadi, oh ya bagaimana sola penyusup itu?" daddy Brian menganti topik pembicaraan.

"Oh itu, penyusup itu sudah menjadi makanan lezat untuk harimau kesayanganku!"

"Lalu mengenai informasi yang di bawa?"

"Dia mengaku berasal dari klan mafia Deorge, dad."

"Mafia Deorge, kamu tahu siapa nama pemimpinnya?"

"Dari data yang aku dapatkan, nama ketuanya Digo, Dad!"

"Rupanya dia belum menyerah, justru mengibarkan bendera perang pada kita."

"Bukankah itu klan Mafia yang baru satu tahun berkembang dad, lalu bagaimana mungkin dia menjadi musuh kita, aku bahkan tak pernah bertatap muka dengannya, ataupun menyerang klan Mafia miliknya." jelas Zain binggung.

"Kamu memang tak pernah melakukan apapun kepadanya, semua itu memang berasal dari masa lalu!"

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙣

Di sebuah caffe, tampak seorang pria tampan sedang menunggu kawan barunya, sudah hampir lima belas menit Brian menunggu Digo di sana.

"Ck,! lama sekali, jika aku tak butuh teman curhat pasti sudah aku abaikan dia, sialnya hanya Digo yang aku percaya saat ini." Brian mengerutu menunggu kedatangan kawan barunya itu.

Tak banyak orang bisa mendekati Brian Miller, posisinya sebagai ketua Mafia membuatnya pilih-pilih dalam pertemanan. Memang tak semua orang itu buruk, tapi terkadang kita yang terlena akan kebaikan yang di berikan oleh musuh justru menganggap yang buruk adalah baik.

"Bri, sorry lama nunggu, tadi aku pekerjaan yang nggak bisa aku tunda." ucap Digo membuyarkan lamunan Brian.

"It's oke."

"Em..., aku mau cerita, lo tahu kan kalau aku nggak sembarang percaya sama orang lain, cuma kamu yang aku percaya, kamu bahkan hanya hitungan bulan biasanya jika sudah kenal bertahun-tahun aku baru bisa bagi rahasiaku ini."

"Memang ada apa, bri, rahasia apa yang kamu maksud?" tanya Digo polos.

𝘈𝘺𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘰𝘳𝘨𝘢𝘯𝘪𝘴𝘢𝘴𝘪𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘴𝘢𝘢𝘵-𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘮𝘢, 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘧𝘢𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘵𝘶𝘢𝘴𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘔𝘢𝘧𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘢𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦s𝘦𝘳𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘵𝘢 𝘮𝘶, 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘪𝘣𝘢. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘫𝘶𝘵 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘱𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨, 𝘬𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘵𝘶𝘯𝘵𝘢𝘴 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘭𝘢𝘯 𝘔𝘢𝘧𝘪𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘬𝘶, 𝘔𝘢𝘧𝘪𝘢 𝘤𝘰𝘴𝘢 𝘕𝘰𝘴𝘵𝘳𝘢 𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢. Digo bersorak dalam hatinya.

"Kamu janji ngak akan cerita ini pada siapa-siapa!"

"Iya aku janji, ayolah aku sudah penasaran ini."

"Sebenarnya aku adalah seorang Mafia, lebih tepatnya ketua Mafia Dragon black. Aku saat ini sedang memiliki masalah pada dunia gelapku, kau tahu kan banyak sekali yang mengincar kedudukan itu, mereka menyerang secara sembunyi-sembunyi, bukannya aku takut, tapi aku hanya tak bisa jika harus melibatkan orang yang dekat denganku, terutama Maya, dia adalah tujuan hidupku, jadi aku minta bisakah kamu menjaganya selama aku menuntaskan pekerjaanku sebagai ketua mafia?" Brian terlihat serius saat mengatakan permintaannya.

"Memang kamu mau ngapain Brian, dan apakah kamu yakin jika gadismu itu akan aman bersamaku?" tanya Digo, ada serigai kecil di wajahnya, namun Brian tak mengerahui hal itu.

"Tentu aku yakin, hanya kamu sekarang yang aku percaya, jadi jangan kecewakan aku dan aku mohon jaga baik-baik gadisku itu, dia akan datang sebentar lagi."

"Apa gadismu itu tahu apa pekerjaanmu saat ini?"

"Tidak dia masih polos dan aku juga tak mau melibatkan dia dalam hal ini."

"Baiklah, akan ku lakukan dengan sepenuh hati." Brain merasa lega, Digo mau membantunya.

Apakah gadis Brian akan selamat di tangan Digo? apa Brian akan mengetahui kebusukan orang yang selama beberapa bulan ini di anggap sebagai kawan baik?

"Itu dia, kenalkan ini Maya marcello." Brian memperkenalkan kekasih hatinya.

Digo menatap Maya intens, kemudian tersenyum, "Kamu akan aman bersamaku tapi aku minta selama kamu bersembunyi di tempatku jangan pernah menghubungi Brian ataupun orang lain, bukan apa, takut mereka mengetahui keberadaan kekasih dari Brian Miller, bagaimana apa kamu setuju?" Digo langsung mengajukan persyaratan.

Maya mengangguk, ia percaya penuh pada sang kekasih hati.

Setelah pertemuan itu Brian kini telah siap untuk bertempur melawan klan Mafia Cosa Nostra.

Pertempuran tak dapat di hindari, Mafia Cosa Nostra telah dengan terang-terangan menyatakan perang melawan Mafia Dragon black.

Di sebuah gedung tua pingiran kota jakarta tepat pukul sembilan malam pertempuran akan di mulai.

"Hahaha... kau punya nyali juga Brian, aku pikir kau tak akan datang memenuhi tantangan ku!" ucap Digoza Matheo yang masih menggunakan topeng.

"Cih,! aku akan tetap datang untuk menjadi ahir dari perjalananmu dan pasukanmu yang tak seberapa itu." Brian sama sekali tida merasa takut, baginya menumpas musuh adalah kegiatan menyenangkan.

"Kita buktikan saja siapa yang akan bertahan dan akan menjadi penguasa satu-satunya dunia bawah tanah ini." ucap Digoza cumawa.

"Sepertinya kau terlalu banyak bermimpi tadi malam, hingga khayalanku setinggi langit, mungkin jika terjatuh rasanya pasti sangat menyenangkan. Hahaha...." ejek Brian.

"Brengsek kau Brian, akan ku bunuh kau, hari ini aku lah yang akan menang."

"Kita buktikan saja siapa yang membunuh dan siapa yang terbunuh!" Brian menanggapinya dengan santai.

Keduanya kali ini bertarung mengunakan pedang samurai.

crash...

wush...

crash...

Akhhh...

Sayatan kecil di dapat oleh Brian, "Hanya seperti itu kemampuanmu Brian?" tangan Digoza bergerak megejek Brian, meminta untuk bangun dan melawannya.

"Hahaha..., kau terlalu percaya diri Digoza, aku tadi hanya memberimu kesempatan rupanya kau tak pandai membaca keadaan. sekarang terimalah seranganku yang mematikan ini."

wush...

crash...

crash...

bugh...

Digoza jatuh, dengan lengannya mengalirkan darah segar.

"Bangunlah, hanya seperti itukah kemampuanmu Digoza?"

𝘚𝘪𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘉𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘰𝘣𝘢𝘵 𝘣𝘪𝘶𝘴 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯𝘦𝘯.

Digoza menyunggingkan senyum devilnya, memberi isyarat agar anak buahnya membawakan apa yang digoza inginkan.

Dengan mata tertutup seorang gadis dibawa ke tengah pertarungan mereka.

Crash...

samurai milik Brian terjatuh, Brian sangat terkejut mengetahui hadis itu adalah Maya.

"Maya...," ucapnya lirih.

"Hahah... bagaimana hadiah manis dariku, kau menyukainya?" ejek Digoza.

"Tolong aku kak, aku takut!" terlihat sorot mata murka di wajah tampan Brian, " Brengsek kau, siapa kau sebenarnya, bagaimana bisa kau membawa Maya dalam urusan kita?" Brian tak Terima dengan kecurangan yang dilakukan lawan.

"Curang atau tidak, akulah pemenangnya."

Bantuan datang dari Daddy Brian, pasukan Digoza yang bertempur di luar sudah dikalahkan sekarang hanya menyisakan Digoza Matheo seorang." Kau sudah terkepung, Digoza, sekarang lebih baik kau menyerah atau kau akan lenyap saat ini juga." ucap Morgan Miller.

"Semua pasukanmu sudah aku lumpuhkan, kini hanya tersisa kau seorang, jadi berikan jawabanmu sekarang."

"Hahaha... lihatlah siapa sekarang yang tertipu, aku atau kau?"

𝘚𝘪𝘢𝘭 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘶𝘩 𝘣𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘯𝘦𝘨𝘳𝘪? Digoza berucap dalam hati.

Melihat kesempatan datang, Brian menarik Maya ke sisinya,membuat posisi gadis itu aman di belakangnya.

Anak buah Brian mendekat ke arah Digoza, yang sudah terkapar lemas di tanah.

"Buka topengnya!"

"Digo...." kejutan satu lagi didapat oleh Brian, kawan yang ia percayai adalah musuh sejatinya.

"Kau ingin menghabisinya atau memberikan hukuman lain padanya?"

"Dia pernah menjadi tan ku, daddy, biarkan dia hidup, cukup buang dia ke tempat terpencil saja, tempat yang tidak ada penghuninya sama sekali, agar Digo merasakan penderitaan yang tiada henti.

"Baiklah, sesuai keinginanmu putraku." Daddy Morgan memeluk putranya, senyum kemenangan terlihat jelas di wajah kedua pria itu.

𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛

Terpopuler

Comments

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

Brian dan Digoza

2023-07-16

1

mom_abyshaq

mom_abyshaq

aku datang untuk mu kakak.

2023-05-26

1

Chiisan kasih

Chiisan kasih

zain, dendam membuatmu semakin tak terarah

2023-05-16

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!