"Ayo Neli kau pasti bisa, lupakan Kaisar! Tak ada yang baik darinya selain wajahnya. Ayo Neli semangat buka hatimu untuk pria lain." Neli menyemangati dirinya sendiri melalui kaca spion yang menggantung di atas kemudi.
"Hai Jo, nanti siang kita makan siang bareng ya." Neli menyapa seorang pria muda, sekitar dua puluh tiga tahun yang bekerja sebagai karyawan biasa.
"Serius Neli?" Johan bertanya seakan tak percaya, ia butuh memastikan jika telinganya masih berpungsi denhan baik. Hoki sekali pikir Johan, seorang Neli sekertaris pimpinan perusahaan mengajaknya makan siang.
"Aku serius."
"Tapi aku hanya memiliki sepeda motor, itupun dapat kredit aku tidak setara dengan Pak Kaisar." ucap Johan lemah, ia mengingatkan jika dirinya bukannya orang berada seperti atasannya.
"Hey kita hanya makan siang bukan mau membahas kekayaan." Nelipun berlalu tanpa hendak membahas lebih jauh ia tak ingin membuat Johan tersinggung.
Gosip tentang Kaisar yang sudah memiliki calon istri menyebar ke seluruh perusahaan, dan itu artinya Neli tidak akan seberani sebelumnya. Maka seluruh pria lajang memiliki kesempatan untuk bisa bersanding dengan gadis kaya yang nampak sederhana.
"Pagi Pak. Pagi Nona." Neli menyapa Kaisar dan calon istrin Kaisar katanya, Neli juga tidak tau kebenarannya.
"Hm. Antarkan jus jeruk keruanganku calon istriku butuh yang segar." Kaisar berujar tegas.
"Baik Pak."
Setelah beberapa saat Neli mengetuk pintu ruangan bosnya, dan masuk dengan jus jeruk juga membawa cemilan.
Tidak terlihat Shifa di sana. Hanya ada Kaisar di ruang kerjanya, entah kemana Shifa pergi, toilet atau room lain yang biasa Kaisar gunakan untuk beristirahat, sungguh Neli tidak tau.
"Maaf Pak, minumnya mau di taruh di mana?"
"Letakan di atas meja sana." Kaisar menunjuk meja sopa dekat jendela.
Jatung Neli seakan di renggut secara paksa saat tiba-tiba melihat banyaknya pengaman di atas meja meski masih lengkap dengan bungkusnya.
"Kontrol, dan kondisikan emosimu Neli." Neli mensugesti dirinya meski amarah dan cemburu tengah berkobar di matanya yang memerah. Terutama di bagian hidung Neli tak dapat mnyembunyikannya jika ia tengah mati-matian menajan emosinya.
Kaisar yang menyadari perubahan raut wajah Neli. Merasa menang.
"Kena Neli? Apa ada masalah?"
Neli masih mematung berdiri didekat meja dengan mata yang membara menatap benda di atas meja, tubuhnyapun tiba-tiba merasa kaku.
"Neli."
"Neli."
"Ya, Pak, ada apa?" Neli menyahuti setelah bisa menguasai diri. Neli menyimpan nampan di atas meja tanpa menyingkirkan benda memalukan itu.
"Apa ada masalah?"
Bisa-bisanya Kaisar bertanya seperti itu. Padahal Nelin yakin benar jika Kaisar sangat tau apa yang Neli rasakan.
"Kau sengaja melakukan ini?" tanya Neli.
"Maksudmu?" Kaisar berpura-pura menjadi anak itik yang dungu.
"Kau sengaja melakukan ini, agar kau bisa melukaiku begitu, agar aku cemburu." tuding Neli tepat sasaran.
"Kau terlaslu percaya diri Neli. Siapa kau? Sampai aku harus melakukan ini agar kau cemburu padaku? Cih ... Jika kau tidak tau malu harusnya kau sadar diri dan sadar posisi." lagi-lagi Kaisar melukai Neli.
"Ya aku sadar, permisi." Neli lebih memilih undur diri dari pada kembali di hina oleh Kaisar.
Harusnya bukan repon ini yang Neli lakukan, biasanya Neli akan menunjukan kepemilikannya atau Neli akan dengan percaya diri mengatakan jika Kaisar adalah jodohnya.
Siang harinya.
Saat makan siang Kaisar keluar ruangan dengan Shifa, Una menghampirinya untuk mengajak makan siang bersama.
"Una kemana sekertaris Neli?"
"Dia sudah pergi makan siang dengan temannya Kak."
"Tumben."
Di perjalanan menuju restoran Una memelankan mobilnya. "Kak, Neli kena motornya di dorong?"
"Ini, Una. Motor Johan bannya pecah."
"Butuh tumpangan?" una menawarkan. Yapi Kaisar berdecak keras.
"Tidak usah Una, kami jalan saja." tolak Neli.
Pada akhirnya Neli makan siang di pinggir jalan dengan Johan sambil menunggu motor pria itu ganti ban.
"Maaf Neli, kau jadi susah."
"Tidak papa."
.
"Pak ada berkas yang harus bapak tanda tangani." setelah ketuk pintu Neli masuk keruangan bosnya, baru dua langkah sudah Kaisar hentikan.
"Berhenti di sana kau sangat bau. Aku mual mencium baumu." ucap Kaisar. "Mandilah dulu."
Neli kembali keluar.
"Una tolonglah antar berkas ini pada Ommu, dan tunggu dia menandatanganinya."
"Memangnya kenapa Kak Neli tidak menyerahkan berkasnya sendiri?"
"Kata Ommu aku bau, dan dia menyuruhku untuk mandi. Tapi nanggung bentar lagi juga balik." ujar Neli cengengesan.
Saat Una akan pergi Neli menghentikan langkahnya.
"Una. Tunggu."
"Ada apa Kak?"
"Em, bayar denda finalty pembatalan kerja sama berapa?"
"Sekitar dua milyar dalam dua tahun, tergantung lama kontrak yang di batalkan."
"Oh begitu. Terimakasih. Una."
Sepertinya wanita jelek dan bau ini tak pantas tetap berada di sini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Rahma Q
tunggu kau kaisar, kau kena penyakit bucin akut, hahahaha 😂😂😂🥰
2023-04-01
1