Cukup Sepadan

Jika kemarinnya Neli habis mendapatkan bonus hinaan dari bosnya, besoknya Neli akan cuti lebih tepatnya Neli lebih memilih untuk menyembuhkan luka hatinya untuk beberapa saat sebelum memperjuangkan cinta pertamanya kembali.

"Una kemana Neli?"

"Cuti, Om. Seperti biasa setelah dapat bonus Kak Neli akan libur."

"Tidak konsisten, wanita gila itu tidak pantas untukku." Kaisar mendengus.

Una mendengar dengusan Omnya dan mulutnya ikut gatal sehingga menjawab ucapan Omnya.

"Ya, yang pantas hanya Shifa, bukankan Om menyukainya? Sampai menolak perjodohan kalian." sindir Una.

"Diam kau. Kau hanya anak kecil tau apa kau tentang urusan orang dewasa." Kaisar meninggalkan Una dengan perasaan yang dongkol luar biasa.

.

Ke esokan harinya.

"Ibu."

Neli mengecup pipi ibunya yang tengah membuat sarapan.

"Galaumu sudah sembuh." Ibunya mengoda putrinya.

"Tentu saja."

"Neli, jika kau sudah berada di titik lelahmu. Kau boleh pergi, perasaan cintamu akan hilang seiring berjalannya waktu." ucap Ibunya sendu, sungguh ia tak tega melihat putrinya memperjuangkan cintanya seorang diri.

"Ya aku tau kapan titik lelahku akan datang."

.

Neli masuk kerja dengan hati cerah setiap pegawai lainnya Neli sapa dengan riang penuh senyuman. Meskipun senyuman itu langsung memudar saat melihat Kaisar datang dengan lengan yang di gandeng mesra oleh Shifa.

Sakitnya belum sembuh kini tersiram air garam. Neli berpura-pura tidak melihat sebisa mungkin wanita itu mengalihkan tatapannya kesembarang arah. Mereka tengah menunggu lift, jika biasanya Neli akan ikut memasuki lift khusus pemimpin yang hanya di pergunakan petinggi perusahaan, tapi kali ini Neli lebih memilih untuk menaiki lift karyawan.

Membuat Kaisar tersenyum penuh kemenangan, kita lihat sampai kapan Neli akan bertahan dengan perasaan sepihaknya.

Neli sudah beberapa jam berkerja, ia enggan memasuki ruangan atasannya, tapi ia membutuhkan tada tangannya tidak mungkin juga ia kembali meminta tolong pada Una kan? Akhirnya Neli memutuskan untuk masuk.

Tokk ... Tok ...

Tidak ada sahutan, akhirnya Neli memberanikan diri untuk memasuki ruangan atasannya. Dan saat membuka pintu Neli mematung di tempatnya dengan wajah yang terkejut luar biasa, dampai dokumen di genggamannya ikut terjatuh.

Neli melihat Kaisar tengah berciuman dengan Shifa, entahlah Shifa atau Kai yang mencium lebih dulu. Neli melihat tidak terlalu jelas yang pasti Kaisar dan Shifa sedang berhadapan tanpa jarak.

"Lancang sekali kau." Shifa berteriak marah, sedang Kaisar masih dengan posisi awalnya.

"Ma-maaf, aku tidak sengaja, a,a,aku tidak melihat apapun." suara Neli sudah bergetar menahan tangis, sumpah demi apapun Neli ingin menangis meraung-raung saat ini. Neli langsung pergi berlalu dari sana dan segera memasuki kamar mandi, untuk menumpahkan lukanya di sana. Apakah ini akhirnya ia harus menyerah, apakah ini saatnya ia berhenti memperjuangkan cinta pertamanya.

Neli menangis di kamar mandi selama lima belas menit, membasuh wajahnya sampai bersih untuk menyamarkan sisa-sisa air mata di mata sembabnya.

Kaisar sudah menunggu di mejanya.

"Dari mana kau?"

"Dari toilet pak." Neli menundukan wajahnya ia tak berani menatap netra kelam yang baru saja menancapkan duri tajam di hatinya.

"Mana berkas yang harus ku tanda tangani.?"

Tanpa berkata lagi Neli menyerahkan berkasnya, Neli masih menundukan kepalanya. Kaisar bisa membaca apa yang terjadi pada wanita yang lebih dari sebelas tahun mengejar cintanya. Dan sepertinya Neli akan menyerah kali ini.

Sore harinya, tepat beberapa menit lagi menuju jam kantor Neli mendatangi ruangan Kaisar tentu saja dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ada apa? Kau ingin menumpang lagi?" Kaisar mengira jika Neli akan kembali memberi alasan konyol hanya agar bisa menumpang pada dirinya.

"Bukan Pak. Saya bisa pulang sendiri."

"Lalu?" Kaisar sudah membenahi meja kerjanya bersiap untuk pulang juga.

"Ini." Neli mengulurkan surat pengunduran dirinya, setelah beberapa waktu berpikir dan memutuskan hal besar ini.

"Apa?"

"Saya mengundurkan diri dari perusahaan bapak?" ucap Neli lirih.

"Apa alasannya?"

"Em." Neli kebingungan menjawab tidak mungkin bukan jika ia mengatakan jika Neli sakit hati dan terluka karna perlakuan Kai tadi siang.

"Anu Pak." Belum sempat Neli menjawab surat itu sudah Kaisar robek di hadapan wajah Neli.

"Aku menolak pengunduran dirimu." Kaisar pergi dari ruangannya meninggalkan Neli yang berdiri mematung.

"Sepertinya akan sangat menyenangkan jika melihatmu terus cemburu padaku Neli, dan akan ku pastikan rasamu padaku selama belasan tahun akan lenyap tak tersisa." Kaisar tersenyum sumir.

Bagi Kaisar cukup sepadan jika ia membalas rasa malunya di kejar cinta Neli selama bertahun-tahun dengan cara membuat Neli terus menerus tersiksa dengan rasa cemburu. Karna sebagian orang mengatakan cemburu adalah rasa sakit terdalam seorang wanita, dan Kaisar berniat membuktikannya.

Terpopuler

Comments

Rahma Q

Rahma Q

menarik sekali, tidak mau dikejar Neli, tapi Neli minta berhenti ga mau aneh,

2023-04-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!