Seorang wanita cantik memasuki ruangan Kaisar, Kaisar, Una dan Neli tengah mengadakan diskusi mengenai rapat nanti siang.
"Kaisar." wanita dengan baju kekurangan bahan itu menhampiri meja Kaisar.
Neli akui wanita itu cantik dengan tubuhnya yang ramping dan seksi, berbanding terbalik dengan tubuh Neli yang hanya berbalut pakaian kerjanya membungkus tubuhnya yang tidak seberapa.
"Ku lihat tanganmu masih sehat, sangat bisa untuk sekedar mengetuk pintu." Sindir Neli pada wanita cantik yan kini, menyampirkan tangannya di bahu Kaisar, membuat mata Neli membulat penuh.
"Aku di suruh calon mertuaku. Untuk menemui calon suamiku."
Apa-apaan wanita itu seenaknya menyentuh miliknya, ingin sekali Neli menghempas atau mematahkan tangan tangan ramping nan putih itu, tapi tunggu duli siapa yang di makdud oleh wanita itu dengan kata calon suami.
Brakk
Neli menggebrak meja membuat Una dan Kaisar ikut terkejut.
"Siapa yang kau maksud calon suami?" Neli sudah mendekat dan menghempas tangan wanita itu dari bahu Kaisar.
"Tentu saja Kaisar." ujar Shifani.
"Kai apa maksud wanita ini?" Neli bertanya pada Kaisar, serta tatapan memohon agar Kaisar menyangkal jika wanita itu calon istrinya. Tapi sepertinya itu hanya tinggal harapan saja saat Kaisar berdiri dan meraih pinggang wanita itu untuk merapat ke arahnya.
"Ya, dia adalah calon istriku namanya Shifani. " Kaisar tersenyum mengejek netra Neli yang kini mulai mengembun.
"Aku tidak percaya." Meski mengatakan demikian hidung Neli kembang kempis menahan amarah.
"Terserah aku tidak memakasamu untuk mempercayaiku." ucap Kaisar dingin tangannya masih melingkar di pinggang ramping wanita itu.
Una yang merasa kondisi ruangan tak terkontrol segera mengundurkan diri tanpa pamit.
"Terserah." Neli keluar dengan membanting pintu dengan keras.
Blamm.
"Lepas." Kaisar menghempas tangan Shifa dari lengannya, Kaisar juga mendorong tubuh wanita di hadapannya.
"Ingat perjanjian kita." Tegas Kaisar.
Ruangan Neli terletak di luar ruangan Kaisar.
Sampai di mejanya Neli mengepalkan kedua telapak tanganannya dan memukul mejanya beberapa kali.
Neli meraih dua botol dan meneguk sebotol air putih hingga tandas. Melempar secara asal botolnya, seakan tak puas Neli kembali membuka tutup botolnya dan menyiramkan seluruh isinya keatas kepalanya hingga membasahi wajah dan dadanya. Setidaknya air itu sedikit membantu mendinginkan otak Neli yang terasa mendidih.
"Terserah kau Kaisar, mau seberapa banyak betinamu aku tidak akan menyerah sebelum kau memiliki akta nikah." Neli tidak main-main dalam ucapannya.
"Kenapa kau?" Kaisar muncul di hadapannya, bertanya ringan tanpa dosa sama sekali.
"Tidak aku tidak papa." Jawab Neli datar, sebisa mungkin ia menetralkan perasaannya dengan cara mengambil nafas pelan-pelan.
"Kenapa kau basah?" Kaisar melihat Neli bacah terutama di bagian wajah dan dadanya, membuat Kaisar sedikit kegerahan.
"Kena air. Ada apa? Jika tak ada urusan pergilah dulu aku sedang menata emosiku." Neli lebih memilih mengambil botol yang ia lempar tadi dan memasukannya pada tong sampah.
"Hey, di sini aku bosmu."
"Ya aku tau. Lalu kau ingin apa? Kemana calon istrimu?" Neli masih kesal karna pengakuan Kaisar beberapa menit lalu.
"Ada dia sedang tidur di ranjangku." Kaisar berbohong ia membuat Neli semakin cemburu dan menyerah untuk mengejarnya.
"Oh, begitu." ujar Neli datar, sebisa mungkin ia tidak terpengaruh, meskipun nafasnya sudah memburu.
"Hm. Jangan lupa copy datanya sesuai jumlah orang yang ikut rapat. Ketuk pintuku jika masuk ke ruanganku, jangan lancang di dalam ada calon istriku." Tekan Kenan.
"Hm." Neli terlihat mengetatkan rahangnya, dan Kaisar menyadari itu. Pria itu menipiskan bibirnya tanpa Neli sadari.
"Tunggu." Neli menghentikan langkah Kaisar membuat Kaisar mengernyitkan keningnya dalam.
"Ada apa?"
Neli membuka lacinya, dan meraih sebungkus balon ajaib berasa stawberry ya sebuah pengaman. Kaisar membulatkan matanya terkejut dari mana gadis di hadapannya mendapatkan benda itu.
Neli melangkah mendekat, meraih tangan Kaisar dan menaruh benda itu ke telapak tangan Kaisar.
"Bermain aman! Jangan sampai ada tuyul haram karna kau melupakan ini." Neli ingin kembali ke tempatnya. Tapi tangannya di cekal oleh Kaisar.
"Darimana kau mendapatkan benda sialan ini Neli?" Respon Kaisar, Neli rasa berlebihan untuk seorang pria dewasa seperti Kaisar.
"Bukan urusanmu. Benda itu di jual bebas di pasaran sangat mudah untuk mendapatkannya." Neli berusaha melepas cekalan Kaisar.
"Jawab aku Neli, dari mana kau mendapatkannya." Semakin kencang bentakan Kaisar, sampai Una mendekat ke arah mereka.
"Ada apa Om?"
"Lihatlah Una. Wanita yang selalu mengaku mencintaiku memberikan benda itu padaku." Kaisar melempar pengaman itu keatas meja.
"Ish. Jika tidak mau tidak apa, biar kusimpan untuk ku pakai nanti." Neli meraih benda itu dan memasukannya ke saku blezernya, dengan tangan kirinya karna tangannya masih di cekal oleh Kaisar.
Kaisar semakin mencengkram lengan Neli dengan kasar.
"Dengan siapa kau akan menggunakan benda sialan itu?"
"Tentu saja dengan seorang pria, mana mungkin dengan Una, apa lagi dengan dirimu." Neli menepis tangan Kaisar dan mengusap tangannya sendiri yang memerah.
"Jangan coba-coba Neli!" Kaisar berteriak. Sampai Neli dan Una repleks menutup telinga.
"Kenapa kau berlebihan seperti itu? Kau cemburu? Katakan jika kau cemburu Kaisar?" Neli sudah berbinar cerah.
"Cih, dalam mimpimu saja."
"Ada apa?" Shifa keluar dari ruangan Kaisar.
"Kau tanyakan saja pada calon suamimu." Neli berlalu dari sana.
"Kak Neli kau mau kemana?" Una berteriak.
"Aku akan mengeringkan bajuku, kau tak lihat payu dara ku basah?" Ucap Neli santai. Sampai Kaisar melihat kearah da da Neli yang basah kuyup mencetak nyata bentuknya. Kaisar menelan salivanya susah payah, saat pikirannya berkelana.
"Jangan sampai kau telat meeting Neli, atau aku akan memecatmu."
Neli tak menyaut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Rahma Q
lumayan menarik,
2023-04-01
1
Sardi Hartadji
up
2023-03-30
1