“Tapi pa…”
“Ini perintah, mutlak. Tidak terbantahkan.” Ellena menghelai nafasnya panjang, membatah pun gadis itu tidak punya kuasa. Apa yang keluar dari mulut Adams adalah hal yang tak terbantahkan. “Lagi pula kamu anak gadis, mau jadi apa kamu nanti El?”
“Jadi pembalap cewek pa.” Balas gadis itu pelan
Elvano menatap tajam adiknya, memberi isyarat agar tetap diam.
“Ellena kau benar-benar ya. Papa lihat ada tiga motor sport di bagasi. Singkirkan itu Vano!”
“Baik pa.”
“Jagan! Papa.” Ellena langsung memeluk lengan Adams memohon. “Jangan lakukan apapun bada bayi-bayiku, aku mohon papa.” Tak ada jawaban apapun dari Adams, pria itu hanya menatap lurus enggan melihat manik emerland milik putrinya. Jika itu terjadi pertahanan seorang Adms benar-benar akan runtuh. “Apapun Lena lakukan yang penting papa dan Kak Vano tidak menyentuhnya.”
“El, apa motor-motor itu sangat berarti bagimu?” Tanya Elvano menatap heran adiknya. Ellena tipe gadis yang cuek tapi tidak dengan motor-motor kesayangannya
“Mereka napas Ellena kakak.” Balasnya, Ellena mengembalikan pandangannya pada Adams dengan tatapan penuh kepiluan. “Apapun yang papa katakan kau akan menuruti. Tanpa protes atau pemberontakan?” Tanya Adams sekali lagi.
Ellena mengangguk cepat. “Ya.”
“Baik. Ini kemauanmu kan, papa tidak memakas sama sekali?”
Ellena kembali mengangguk mengiyakan. “Iya ini kemauan Lena, jangan di buang ya. Tidak! Papa tidak boleh menyentuhnya atau memindahkam dari sana.”
“Okey, papa setuju. Minggu nanti, pukul 07 malam temui putra teman papa. Namanya Raja Oliver.”
Ellena terdiam sesaat berfikir sejenak. “Raja Oliver?” Gumamnya pelan. “Hanya menemuinya saja kan?”
“Hemm…” Adams mengiyakan
Detik kemudian kata-kata yang keluar dari bibir gadis itu membuat Adams juga Elvano tidak percaya. “Oke, Lena akan temui dia.”
Gadis itu bangun dari duduknya, melepaskan genggaman pada lengan Adams. Tak lupa Ellena meraih tas kecil juga jaket kulit yang sempat ia gantung di kursi. “Raja Oliver, dimana aku pernah mendengar nama itu.” Ellena menggumam pelan.
“Nanti janjiannya dimana pa? Jangan tempat ramai Lena males”
“Plaza Athena.”
Mata gadis itu sontak membulatkan mata sedikit kaget ketika mandengar naman tempatnyang benar-benar memiliki harga fantastik itu. Kadang gadis itu berfikir, orang bodoh mana yang mau menghabiskan uanganya ditempat itu hanya untuk sebuah makanan.
”Gila tempat itu mahal banget pa, apa nggak sayang? Apa lagi belakangan ini Tempat itu benar-benar viral karena salah satu artis holiwood pernah berkunjung disana, pasti sangat sulit jika melakukan resevasi. Lena nggak suka yang ribet-ribet, kalau mau dirumah atau di cafe aja.”
Adams mengangguk, tidak masalah dimana pun asal putrinya yang sedikit aneh itu setuju. “Papa akan kembali bicara dengan teman papa nanti.”
“Okey papa. Apapun itu selama kalian tidak mengusir bayik-bayiku dari garasi.”
“Mereka akan aman.” Balas Adams.
“Plazea Athena? Gila.” Gumam gadis itu lalu sedikit bersenandung. Suara Ellena kian menghilang siring gadis itu keluar dari kediaman Adams Hazelt.
Elvano menatap heran pada ayahnya.
“Semudah itu?”
“Bagaimana tadi akting papa? Bagus?”
Elvano menggeleng. “Jangan lakukan lagi. Menggelikan pa, untung mama tidak melihatnya.”
“Vano!!!”
•••
Dia tidak bisa bahkan untuk sekedar berkedip. Ibarat sebuah perjanjian, Ellena sudah meletakkan stempel persetujuan diatas materai bertandatangan. Dia tidak mungkin menolak untuk saat ini, sejak kecil Ellena diajarkan menjadi gadis yang bepergang teguh pada janjinya dan menjaga nama baik keluarga besaranya.
“Tapi papa bilang hanya menemuinya. Kenapa sekarang mengatakan ini perjodohan?”
“Waktu itu papa ingin mengatakannya tapi kamu langsung setuju. Jadi untuk apa menjelaskan secara detail. Kamu juga tidak mempermaslahkannya.” Bela Adams.
“Ahhh… papa Lena nggak mau. Nggak mau nikah pa.” Rengek gadis itu. “Lena setuju ketemu tapi tidak mau dijodohkan, apa lagi menikah.” Rengekan gadis itu semakin menjadi-jadi, sampai susah payah Adams menahan celana yang hampir melorot karena tarikan putrinya sangat kuat.
“El, celana papa.”
Ellena menggeleng. “Batalin dulu perjodohannya, baru Lena lepas.”
“Kan kamu sendiri yang setuju El, ini bukan salah papa.”
“Aaaaa…” rengek gadis itu
“Ellena.” Hanin melerai keributan itu pada saat ia kelur dari kamar. “Lagi pula apa masalahnya? Pada akhirnya kamu juga akan menikah kan. Mama sama papa hanya mempercepatnya saja.
“Apa? Tapi Mama, nggak gitu konsepnya.”
“Mama yakin kamu pasti suka, Raja tampan juga baik. Dulu sebelum mereka pindah kalian sering bermain bersama.”
“Ha?”
Hanin mengangguk sambil menyerahkan gaun super indah, gaun yang tidak pernah terpikirkan oleh Ellena untuk memakainya.
“Raja, namanya Raja. Kau ingat dia kan? Dulu aja kalian tidak mau pisah bahkan sampai tidur bareng.”
Ellena berfikir keras, seolah membuka semua lembar nama pria yang ada dikepalanya. Namun, tak satupun pria bernama Raja yang bisa ia ingat. “Tidur bareng? Siapa? Lena?” Tunjuk Ellena ke wajahnyanya sendiri yang diangguki Hanin.
“Tapi itu kan dulu. Bahkan aku sudah lupa namanya
“Ya sudah kamu bisa kenalan lago nanti. Kamu Pakai gaun ini! Mama sama papa akan menunggu mu.” Ucap Hanin seraya mendorong putrinya ke kamar.
“Tapi ma…”
“Udah, ganti! Kita udah telat El, nggak baik buat orang nunggu lama.”
“Akhh…”
Untuk sesaat gadis itu menatap gaunnya sebelum menapaki tangga. Ellena terus merutuki nasibnya yang sudah tak tertolong lagi. Menikah diusia muda, terlebih dengan laki-laki yang tidak di kenal. Apa itu masuk akal?
“Akkkhhh…” Ellena mengerang frustasi saat menatap wajahnya dari pantulan cermin. Gaun polos warna peach dengan renda bagian bawahnya terlihat sangat kontraks dengan kulit Ellena yang putih bersih. Gadis itu tidak tau jika dia secantik ini saat memakai gaun. Ellena sengaja mengepang rambutnya yang panjang agar lebih sejuk, riasan wajah seperti biasanya tipis namun kali ini gadis itu memakai lipglouse pink agar wajahnya terlihat lebih segar.
Begitu turun dari lantai atas Semua terperangah melihat kecantikan bunga keluarga Hazelt, Hanin bahkan lupa kapan ia melihat putrinya mengenakan sebuah gaun.
“Mama sampai pangling lihat kecantikan kamu El.”
“Iya sih cantik ma, tapi nggak pake sepatu kets juga kali. Mana cocok.” Tukas Elvano menunjuk kebawah. Sontak semua pandangan mereka mununduk pada kaki Ellena.
“Ahhh.. mama hampir lupa.” Hanin segera berlari menuju kamarnya, tak lama kemudian wanita cukup berumur itu keluar dengan sepatu hels lima centi warna beigh di tangannya.
“Pakai ini, pasti tambah cantik.”
Ellena menghelai nafasnya panjang, gadis itu terlihat sangat tertakan. Bukan hanya karena pertemuan ini akan tetapi juga dengan pakaiandan hels yang harus gadis itu pakai.
“Mama, kalau dilihat-lihat Ellena masih cocok jadi anak SMA ya. 5 tahun lebih muda kalau pakai pakaian cewek.”
“Benner kan kak, ini jelek. Mama, Lena ganti ya pake jeans aja, lebih nyaman ma.”
Hanin menggeleng cepat. “Cantik kok, itu karena kamu sering pakai jeans jadi seperti anak cowok. Udah ayo! Kita udah telat.” Hanin memutar kepalanya mencari keberadaan suaminya. “Papa mana?”
“Udah ke mobil ma.” Jawab Vano.
“Kak Vano nggak ikut.”
“Ngapain, kamu yang mau dijodohin. Bukan aku.”
“Ihhh jahat.”
“Aku capek El, besok harus ke lur kota lagi.”
“Kak…”
“Udah sana jalan! Nanti mama sama papa marah kalau kamu kayak gini.”
Meski tidak menyetujui perjodohan ini Ellena masih mengangkat kakinya mengikuti sang-ibu. Gadis itu sangat menyayangi dua malaikat yang selama ini merawatnya penuh cinta, bagaimana bisa Ellena menciptakan raut kesedihan diwajahnya jika dia menolak. Lagi pula laki-laki itu belum tentu menyukainya kan.
“Mama, tunggu!” Teriak Ellena. “Aku benneran cantik?”
“Iya.”
“Cantik banget ya?
“Iya El.”
“Kaya mama kan?”
“Nggak.”
“Ha? Ellena lebih cantik.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
PANJUL MAN
ceritanya sejauh ini sangat menarik dan lucu sampai tertawa sendiri
2024-02-03
0
Fajar Fitri
aku suka ceritanya
2023-05-12
0