Bab 4

Raja menatap datar layar ponselnya, membaca pesan singkat yang dikirim Julian. Ia mengadah frustasi, pena yang sejak tadi melekat dikedua sisi jarinya terjaruh diatas meja. Edwar-sahabat sekaligus rekan kerjanya melempar pandangannya pada Leo-sekertaris Raja yang juga tidak mengerti dengan situasi ini.

Drttt…

Drttt…

Drttt..

Untuk ke tiga kalinya Raja mengabaikan panggilan dari Julian. Laki-laki itu enggan menganggkatnya selama Julian masih bersekukuh menjodohkannya lagi

”Nggak lo angkat? Itu Om Julian.”

Untuk sesaat Raja diam dengan mata tertutup masih dengan posisi kepalanya mengadah ke atas.

“Lo ada masalah?” Tanya Edwar lagi

Raja menghelai nafasnya panjang, ia kemudian kembali membuka lembar demi lembar tumpukan kertas diatas mejanya. “Ayah jodohin gue lagi.”

“Tumben lo frustasi, biasanya nggak. Selama ini lo berhasil lolos dari segal macam cara. Bahkan kamrin lo berani banget nolak anak Tuan William, gue sampai budek dengerin makian dia.”

“Kali ini beda. Ayah yang turun tangan langsung.”

“Serius? Wah, seruh ni. Kali ini anak siaapa? Tuan Lois, Darren atau Felicia anak perdana mentri yang sempat chat lo beberapa bulan yang lalu.”

Raja menggeleng. “Mana gue tau, makanya gue pusing nggak ada rencana supaya bisa kabur lagi.”

“Fix gue yakin kali ini lo nggak bisa lolos. Jadi, penasaran cewek yang akan jadi istri lo kayak gimana. Laura speek model internasional aja lo tolak. Pasti cantik.”

Plak

Edwar langsung menghindar saat sebuah map terbang kearahnya. “Diem njir. Sampai gue nikah sama tu cewek. Sumpah gue buat dia nyesel.”

“Jangan sembarang ucapin sumpah! Bisa jadi lo yang dibuat nyesel nantinya.”

“Lo temen gue bukan sih? Gue pecat juga lo.” Edwar menggeleng pelan dengan senyuman tipis. Ancaman Raja hanya seperti nanyian tidur untuknya.

Drtt…

Drtt…

Drtt…

Lagi-lagi suara getaran ponsel terdengar. Namun, kali ini bukan berasal dari ponsel Raja melaikan ponsel milik Leo sekertarisny

“Iya Tuan.” Jawab laki-laki itu pelan. kemudian menatap Raja yang terlihat masa bodo.

“BERIKAN PONSELNYA PADA ANAK SIALAN ITU.” Suara penuh amarah dari seberang sana terdengar lantang bahkan tanpa bantuan speaker.

“Tuan…”

“Katakan gue sibuk.” Potong Raja cepat

“Dasar anak sialan.” Suara Julian kembali terdengar, kali ini Leo sendiri yang mengambil inisiatif menyalakan Spiker. “Jika detik ini kau tidak pulang, maka ayah akan menghentikan aliran dana pada pembangunan resort mu dipulau itu.”

Mata Raja sontak membulat sempurna bahkan hampir meloncat keluar. “Ayah, pembangunan itu tidak ada hubungannya dengan perjodohan ini.”

“Kata siapa? Ayah tau kau membuat pulau itu karena wanita itu kan. Kali ini ayah tidak akan mengancammu, ayah muak sama kelakuan kamu Raja. Detik ini juga semua dana pada proyek pembangunan itu ayah tarik.”

“Tapi ay…”

Tuttuttut… panggilan terputus

“Sial.” Raja mengumpat sembari meninggalkan kursinya, ancaman Julian berhasil membuatnya panik. Laki-laki itu jelas tahu bagaimana watak sang ayah. Kali ini Julian sanagt serius dengan kata-katanya. Ia kemudian meraih jas maron yang tergantun di sudut ruangan, ponsel juga dompetnya yang hampir terlupa.

“Periksa kembali semua laporan ini, dan file kerja sama dengan Mrs Anet kirim di email gue. Ada beberapa poin yang mau gue lihat.” Ucapnya sebelum keluar.

“Lalu bagaimana dengan rapat hari ini tuan. Minggu lalu kita sudah menunda rapat dengan tuan Crush.”

“Apa rapat itu lebih penting sekarang? Batalkan.”

Leo mengangguk pelan, kemudian meraih ponselnya mengetik sesuatu diatas sana. “Tuan, sayaa yang akan mengantar anda.” Ucapnya kemudian.

Raja menarik mundur langakahnya, melupakan sesuatu. “Tidak. Tetap disini bersama makluk itu. Dia akan pergi jika ditinggal semdiri.”

“Berikan Kunci mobil!” Leo masih berusaha meraih kunci mobil didalam saku namun terhenti ketika telunjuk Raja mengarah pada Edwar. “Kunci mobil lo?”

“Mobil gue? Kenapa sama mobil lo.”

“Gue ngirit.”

“Ha? Gila, orang kaya perhitungan lo.”

“Itu alasan gue kaya sampai sekarang. Buruan!”

Edwar berdegik kesal sambil menyerahkan sebuah kunci pada Raja. “Hati-hati jangan sampai nabrak. Itu mobil kesayangan gue.”

“Nggak janji.”

“Raja, gue serius” Teriakan Edwar diabaikan begitu saja, Raja berlari bahkan sampai didepan lobi perusahaannya.

•••

Ellena meremas kedua jarinya, gadis itu sedikit menunduk. Sesekali tersenyum ketika dilempari pertanyaan oleh Julian.

“Apa ini Ellena? Gadis kecil yang selalu aku gendong dulu?” Ucap Julian saat melihat Ellena dan mengembangkan senyuman.

“Iya Julian dia putriku.”

“Aku tidak menyangka sekarang Ellena tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.”

“Itu karena putriku mewarisi ketampananku.” Sahut Adams diselingi tawanya.

Kedua orang tua Ellena tersenyum, mereka bertiga larut dalam pembicaraan nostalgia masa muda mereka yang membuat gadis itu sedikit bosan. Ellena melihat sekeliling, rumah mewah yang lebih mirip sebuah istana, begitu sepi hanya ada beberapa pelayan dan…

Bola mata Ellena membola ketika sorot matanya melihat sosok gadis yang sangat tidak asing keluar dengan nampan berisi minuman juga cemilan.

“Dia kan?” Batin Ellena, gadis itu mendekat, melempar senyuman pada Ellena.

“Hay kak El.” Sapa Arabella. “Tante, om.” Lanjutnya meraih kedua tangan orang tua Ellena silih bergati.

“Kenalkan ini putriku Arabella adiknya Raja.”

Ellena menatap tidak percaya. “Jadi, ini alasannya dia datang minta maaf tempo hari?”

“Ellena, aku mohon maafkan aku”

Sorot kedua mata gadis itu seolah berbicara satu sama lain.

••

“Dimana Raja? Aku tidak melihatnya sejak tadi.”

Pertanyaan Adams membuat Julian dan Arabella terdiam untuk sesaat. Bella yang tidak tahu tentang situasi ini hanya bisa gelisah menunggu kedatangan kakaknya.

“Sebentar lagi dia akan datang. Aku pastikan itu.”

Julian dan Hanin tampak percaya, lagi pula mereka baru tiba lima menit yang lalu, tidak terlalu lama menunggu. Setidaknya sambil menunggu kedatangan Raja ketiganya memiliki waktu yang lama bernostalgi

“Bella kau ingat gadis yang sering papa ceritakan, dia gadis ini. Ellena.”

Arabella sedikit terkejud. “Gadis yang sering ayah panggil anak kedua? Dia juga kan yang nggak mau jauh-jauh dari kakak?” Julian mengangguk.

‘Kapan, aku kayak gitu?’

“Oh iya kalau tidak salah kalian satu kampus kan di universitas Athena?” Tanya Julian.

“Iya pa. Kak Raja juga masih kuliah dikampus yang sama, meski menyebalkan juga dingin tapi kakakku pria baik dan bertanggung jawab.” Ucap Arabella berusaha mempromosikan kakaknya dan berharap gadis itu tidak akan menolak perjodohan ini. Semenjak kesalah pahaman tempo hari Arabella sangat menyukai Ellena, gadis itu terlihat keren saat di arena balap.

Setelah menit-menit berlalu sengan beberapa perbincangan ringan, sesekali Julian melirik jam dipergelangan tangannya kemudian menghembuskan napas pelan. Semakin lama pria itu mulai khawatir. Beberapa kali ia menyuruh Arabella mengirim pesan dan panggilan kepada Raja namun, tak satupun ada jawaban dari putranya itu.

“Ini sudah setengah jam, Julian. dimana Raja? Apa dia baik-baik saja dalam perjalan?” Tanya Adams mulai khwatir. Lain halnya dengan Ellena gadis malah senang dan berharap Raja tidak datang.

“Tunggu sebentar lagi Adams! Aku kan…”

“Maaf saya terlambat.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!