Bab 2

“Ellena.”

Gadis berambut hitam lurus sepunggung sedikit ikal bagian bawahnya menoleh cepat. Ia terpaksa menghentikan tangannya yang sejak tadi mengotak atik motor kesayangannya dibawah sana. Gadis itu bangkit setelah beberapa jam bergelut dengan alat-alat perkakas motornya.

“Ada yang nyari lo.”

Salah satu alis gadis itu terangkat penuh tanya. Begitupuny pria tampan berwajah dingin dibelakang Ellena, sorot matanya tajam tak bisa di artikan.

“Siapa Gas?”

Belum sempat pria bernama Bagas itu membalas pertanyaan Ellena, seorang gadis mungil dengan manik indah itu berjalan pelan mendekat kearahnya. Sontak membuat Ellena mundur selangkah, beberapa bulan berlalu soda dingin yang gadis itu lempar kewajahnya masih terasa setiap kali ia melihat wajah Arabella

”Akhh, aku datang dengan kedamain. Tidak ada insiden kaleng soda lagi.” Ucap gadis itu seketika menghentikan langkahnya

Ellena semakin mengenyerit penuh tanya, gadis angkuh yang beberapa bulan dia temui bahkan mengubah cara bicaranya.

“Masih ingat aku kan.”

Ellena mengangguk. “Sodanya juga masih inget.”

Tanpa aba-aba atau kesiapan Ellena, Bella memegang tangannya . Menggenggamnya erat. “Aku kesini datang untuk meminta maaf dengan tulus, hari itu aku benar-benar melakukan kesalahan. Jadi mohon maafkan aku El!”

Sekali hentak Ellena menarik tangannya. “Hey, kau gila? Apa kesambet penghuni pohon belimbing itu.”

“Tidak. Aku waras kok kak, aku datang dengan kedua kakiku meminta maaf dengan tulus. Lupakan kesalah pahaman kita waktu itu. Aku ingin mulai menjalin hubungan baik dengan mu.” Meski Arabella mengucapkannya penuh kesungguhan tapi entah mengapa wajahnya terlihat lucu. Ellena sampai menggigit bibirnya untuk tidak tertawa.

“Kenapa tiba-tiba sih.”

“Jangan tanya! Aku kesini benar-benar dengan hati yang tulus meminta maaf.”

“Iya. Sejak awal aku sudah maafin kok, kamunya aja yang selalu ngehindar di kampus.”

“Aku tidak menghindar, hanya mengambil jalan lain.” Elak Arabella.

“Jadi dimaafin kan.”

“Iya.”

Sebuah senyuman manis terbit diwajah Arabella, ada kelegaan di rongga dasa gadis itu. Jika suatu saat Ellena berhasil meluluhkan hati kakaknya dan menjadi iparnya maka tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka lagi.

“Serius.”

“Ya, tapi aku masih ingat soda dingin yang kamu lempar diwajahku Bel.” Balas Ellena sedikit meledek, detik selanjutnya dia tertawa ketika wajah Bella berubah sayu. “Tidak , aku hanya becanda kok. Di maafkan.”

Arabella menatap lamat wajah Ellena yang cantik, sungguh gadis itu memang sangat cantik. Mata bersinar juga hidung yang mancung, bibir berisi semerah buah cery bahkan tanpa bantuan lipglouse disana.

“Aku yakin kali ini kakak ku tidak akan kabur lagi.” Disaat kata-kata itu keluar dari mulut Arabella suara bising sebuah motor yang baru saja datang membuat Ellena kesulitan mendengarnya.

“Apa? Kamu bilang apa?” Tanya Ellena sekali lagi

Arabella menggelang pelan dengan sentuman. “Tidak, bukan apa-apa kok.“ Arabella kemudian melirik jam kecil yang melingkar dipergelangan tangannya. “Aku senang karena kita udah nggak ada masalah, mulai hari ini aku mau kita jadi teman atau aku jadi adik untuk kak Ellena.”

“Aaa… Apa? Kak Ellena, adik? Oh tidak. Aku sudah maafin kamu bukan berarti kamu jadi adik aku ya.”

Ellena tersenyum. “Tapi aku yakin Sebentar lagi kita akan jadi adik kakak.” Kata-kata Arabella berhasil membuat seribu tanya dibenak Ellena. Sebelum gadis itu benar-benar meninggalkan bengkel yang menjadi markas AEROX Arabella memeluk Ellena

“Bella. Nggak ada pelukan.” Refleks gadis itu melepas pelukannnya.

“Sorry.” Ucapnya sambil berlari bahkan hampir menabrak seseorang saat ingin pergi.

“Dia lucu tapi sediki aneh.”Ellena tersenyum tipis, ia menggeleng pelan. Tidak mengerti dengan kerandoman gadis itu.

.

.

.

“Dia cewek yang nyiram lo kan di area balap tempo hari.”

Akselio , pria berwajah datar juga dingin namun memiliki paras yang sangat rupawan itu adalah ketua dari geng motor AEROX. Selama ini Aksel begitu dingin dan tertutup namun semenjak kehadiran Ellena yang saat ini menjabat jadi wakilnya perlahan laki-laki mencair dan jauh lebih hangat dari sebelumnya.

“Iya. Namanya Arabella. Dia Junior aku juga dikampus.”

“Ngapain dia dateng? Mau nyiram lo lagi?”

“Nggak, dia dateng minta maaf karena kejadian tempo hari.”

“Beneran hanya karena itu?”

Ellena mengangguk, gadis itu kembali meraih sebuah kunci yang sempat ia letakkan tadi. “Kenapa nanya-nanya? suka?”

”Nggak lah, dia bukan tipe gue.”

“Semuanya bukan tipe kamu. Emang cewek yang kamu suka kayak giman? Nggak bosen apa jomblo terus?”

Akselio terdiam dalam waktu yang lama, tiba-tiba saja dia tertarik memerhatikan wajah cantik Ellena dengan wajah tanpa tersentuh makeup sedikitpun. Akselio terpaku setiap kali gadis itu mentapnya, perasan yang sungguh indah namun tak bisa terungkap sampai detik ini.

Tanpa sadar, laki-laki itu mengucapkan kata yang tidak seharusnya dia ucapkan hari ini. “Kayak lo.”

“Ha?”

Ellena mengerjabkan mata, menatap Akselio dengan raut tidak percaya. Sementara laki-laki itu sontak memalingkan wajahnya. Aksel meruntuk-ki ke bodohannya. Apa yang tadi dia katakan, apa benar-benar keluar dari mulutnya? Tidak, untuk saat ini Ellena tidak boleh tahu perasaannya yang sesunggunya.

“Bilang apa tadi?”

Refleks Akselio menggeleng. “Nggak. Lo belum pulang?” Tanyanya tiba-tiba gugup.

“Mau. Entar jam empat.”

“Udah jam lima El.”

Ellena melotot, ia segera mengambil ponselnya yang ter-charger dibelakang Akselio. Kali ini matanya bahkan hampir meloncat keluar. Dua belas panggilan tak terjawab dari ayah, tujuh dari ibu dan sebuah pesan dari Elvano kakaknya.

‘Ellena kau dimana? Pulang sekarang! Papa mencarimu.’

‘Ellena kau dimana?’

‘’Sekedar info aja, papa menuju ketempat itu.’

“Shit. Kenapa baru bilang Aksel? Kalau udah jam lima?” Protes Ellena, gadis itu segera bangkit hendak membersihkan tangan, namun langkahnya terhenti saat sepasang sepatu hitam kini memblokir jalanya. Ellena mendongak dengan senyum memaksa.

“Papa!” Gumamnya pelan.

“Kau tidak pulang jadi papa yang datang menjemputmu.” Ucap Adams rendah.

“Lena baru mau kok pulang pa. Ini mau cuci tangan.”

Adams tertegun saat melihat tangan putrinya yang lembut penuh dengan cairan oli. Sepertinya kali ini pria itu harus percaya jika kepribadian tertukar benar adanya. Ellena yang seharusnya tinggal dirumah memasak, bermain boneka tapi malah Elvano yang lebih banyak menghabiskan waktunya didapur.

“Papa kenapa? kok bengong? Bukannya mau pulang? Ayo!!!” Ellena menarik tangan Adams agar cepat pergi dari sana, ia sedikit tidak nyaman dengan tatapan beberapa orang yang melihatnya.

“Xel, motor aku beresin ya.” Bisik Ellena saat berbalik diselah langkahnya untuk pergi.

Aksel mengangguk pelan.

...****************...

“Apa?”

Mulut Ellena menganga tidak percaya. Kalimat yang keluar dari mulut Adams berhasih membuat jantung Ellena berdegub kencang. Ia melempar tatapannya pada sang ibu yang sudah membawa sebuah gaun yang sangat indah ditangannya.

“Kenapa kaget El? Bukannya kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya?”

Ellena kembali menarik tatapannya pada Elvano-kakaknya. Setelah beberapa hari berlalu akhrinya pria itu kembalai dari perjalanan bisnis

“Kapan? Perasan nggak pernah.”

“Sebelum kakak keluar kota, ingat?”

Ellena menarik kembali memorinya beberapa hari yang lalu. Gadis itu melangkah turun dengan melodi dibibirnya, memainkan kunci motor di jari telunjuk. Pagi, itu Ellena melihat ketegangan di wajah Adams juga Elvano. Namun Ellena tidak ambil pusing, paling permasalahan mereka menyangkut pekerjaan kantor dan Ellena sama sekali tidak tertarik akan hal itu.

”El, apa kau sedang dekat dengan seseorang?” Tanya Elvano tiba-tiba, sendok ditangan Ellena seperti memiliki rem cakram, berhenti tepat di depan bibirnya. “Aksel, Bagas, Rubi dan anak-anak kampus lainnya Lena lumayan dekat. Kenapa?”

”Bukan cowok seperti itu maksud kakak. Pacar atau gebetan misalnya.”

“Hee? Kakak nggak percaya sama Lena? Selama ini Lena hanya main di bengkel itupun disana kita udah kayak saudara. Apaan sih?”

Adams meletakkan cangkir tehnya secara kasar, ia menatap putrinya tajam. “Kamu masih aktif di geng motor itu El?”

Ellena tesenyum, merayu sang Ayah. “Iya pa, tapi Lena kan udah janji nggak akan terluka dan nggak akan merusak nama baik keluarga. Ini hanya sekedar hobby.”

“Hobby? Seharusnya hobby anak gadis itu memasak, danda dan semacamnya. Tapi kamu malah sebaliknya. Nggak. Papa tidak setuju El, Hentikan kegiatan tidak berguna itu.” Tegas Adams

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

🤣🤣🤣🤣

2023-11-26

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Cih saat udah tau akan jadi calon kakak iparnya,baru mau Baikan..wkwkwk...

2023-11-26

0

YuWie

YuWie

lha ngidam nya dulu bgmn kok busa tertukar2 hibby anak2nya

2023-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!