Yang Terlupakan

Di apartemen sederhana tempatnya sekarang tinggal, Arana beserta kedua anaknya terlihat baru saja selesai membokar barang bawaan mereka. Untungnya bawaannya tak terlalu banyak jadinya tidak membutuhkan waktu lama untuk memindahkan barang-barang itu dari koper ke lemari.

"Fiuh capeknya...!" Ucap Aran sambil mengkretakan sela-sela jemarinya.

Tak lama kemudian datang Risa yang kebetulan juga tetangga Aran, membawakan jus dingin untuk Aran dan kedua anaknya.

"Asyik bibi bawa jus!" Seru Jia tampak senang sekali.

"Aku tahu kalian pasti masih kelelahan setelah pindah dan belum sempat punya apapun di kulkas, jadi kubawakan jus ini."

"Kau baik sekali Risa, terima kasih ya... Anak-anak ayo ucapkan terima kasih pada bibi Risa."

"Terima kasih bibi Risa..." Ungkap kedua anak lalu menengguk jus tersebut dengan nikmatnya.

"Hemmm enak! Jia suka jus apel!"

"Risa sekali lagi terima kasih ya sudah membantuku mencarikan tempat tinggal, maaf aku jadi banyak merepotkanmu."

"Oh ayolah Aran, kita ini kan teman jadi santai saja. Lagipula aku senang kok bisa membantumu dan kedua anakmu yang lucu-lucu ini."

Aran benar-benar merasa bersyukur bisa punya teman sebaik Risa. Terlebih dirinya yang sama sekali belum pernah tinggal dikota ini merasa sangat terbantu dengan adanya Risa.

"Oh iya kalian sudah makan malam atau belum, kalau belum bagaimana kalau aku pesankan pizza?"

"Jia suka pizza!"

"Theo kau suka pizza kan?"

"Aku suka."

"Aran kau juga mau kan?"

Aran mengangguk..

"Baiklah kita makan pizza malam ini!"

Pizza pesanan pun akhirnya datang, setelah puas makan pizza. Theo dan Jia pun diminta mamanya untuk segera bersih-bersih dan bersiap tidur. Setelah memastikan kedua anaknya tidur pulas, Aran kembali ke ruang tengah dan mengobrol dengan Risa sambil minum. Keduanya tertawa mengingat kenangan masa muda mereka dulu saat masih di Kelvari.

"Jadi sampai usia segini kau belum juga punya pacar Risa?"

"Jangan meledek! Tipeku itu tuan Ruka, jadi laki-laki biasa tidak masuk kriteriaku hiks," ucap Risa setengah becanda.

"Kau ini, dari tadi tuan Ruka terus, memang dia sekeren apa sih?"

"Dia itu pria paling tampan, paling keren, paling segalanya di negeri ini. Lagipula memang kau tidak tahu sama sekali soal tuan Ruka?"

Aran menggeleng.

"Ah, memang di Kelvari tidak ada internet atau  TV?"

"Tentu saja ada, tapi khusus buatku yang jarang sekali nonton TV atau update berita media sosial, mana aku tahu soal tuan Ruka idolamu itu."

"Huft payah! Sudahlah lupakan itu, sekarang tolong jelaskan padaku kenapa kau menikah sampai punya anak tidak beritahu aku, kenapa?!"

"Soal itu..." Aran mendadak tidak bisa bicara banyak. Bukan maksud dirinya menutupinya dari Risa, namun bagi Aran mengingat kenangannya bersama sang suami dan perpisahan itu hanya akan membuat lukanya yang belum sembuh semakin parah.

"Aran, hei kenapa kau malah bengong dengan mata berkaca-kaca begitu? Katakan, apa suamimu itu sudah meninggal, atau jangan-jangan suamimu itu selingkuh dengan wanita lain. Katakan saja Aran..."

"Um— sebenarnya aku dan suami— maksudku mantan suamiku, kami sudah berpisah beberapa tahun yang lalu."

"Apa?! Lalu pria itu sekarang dimana?"

Arana menggelengkan kepalanya.

"Kurang ajar! Pria macam apa dia itu, sudah meninggalkan istrinya masih menelantarkan dua anak yang masih kecil pula. Dasar pria sinting! Tenang saja Aran, aku disini akan membantumu kok, aku yakin kau tetap bisa bertahan membesarkan kedua anakmu yang manis itu seorang diri."

Aran tersenyum kecil, "Ya aku pikir juga begitu— hoam...! Risa maaf, sepertinya aku sudah mengantuk, maaf tapi seperti aku harus istirahat, kebetulan besok aku masih harus pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan keperluan rumah tangga."

"Yasudahlah kalau begitu aku pulang dulu."

Risa menepuk pundak Aran. "Ingat ya, aku akan selalu ada buatmu jadi jangan sungkan ceritakan apapun, padaku okey?"

"Okey!"

"Bye Aran!"

"Bye!"

Senyum palsu Arana seketika menghilang saat Risa pergi. Sejujurnya tiba-tiba luka dihatinya kembali perih setelah menceritakan tentang suaminya kepada Risa. "Sudah tiga tahun berlalu, tapi aku tetap saja tidak bisa lupa semua kenangan itu. Pria itu dia cinta pertamaku, orang yang dengan lantang melamarku, ayah dari anak-anakku, tapi aku tidak bisa memilikinya. Entah sedang apa dan bagaimana kabarnya saat ini. Yuka... apa kau masih ingat aku? Atau sebaliknya kau sudah lupa denganku? Kau bahkan belum tahu kalau kau punya anak perempuan yang sangat cantik dan menggemaskan."

Aran hanya bisa tersenyum getir mengingat itu. "Kalau saja waktu itu ibumu tidak datang dan mengancamku agar aku berpisah darimu, mungkin saat ini kita akan tetap jadi keluarga yang bahagia."

Aran tersenyum pilu. "Dasar bodoh, untuk apa kau melukis diatas air Aran? Itu sama saja kau mengharapkan sesuatu yang mustahil."

...🌸🌸🌸...

Keesokannya, Aran dan kedua anaknya pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

"Maaf ya aku tidak bisa menemanimu belanja soalnya aku tidak boleh ambil cuti dadakan lagi," pungkas Risa setelah sampai mengantar Aran sampai kedepan supermarket.

"Tidak masalah, lagipula kemarin kau sudah izin kerja juga kan untuk membantuku pindahan ke apartemen."

"Oke kalau begitu aku pergi dulu bye Theo, bye Jia..."

"Bye bibi..."

"Bye bibi Risa...," Balas Jia sambil melambaikan tangannya.

...----------------...

Aran dan kedua anaknya pun mulai berbelanja kebutuhan sehari-hari mereka, dari mulai membeli tisu sampai ke bumbu masak dan lain-lainnya. Aran yang tengah berada di area tempat buah dan sayur pun terlihat sedang membandingkan harga. Sebagai ibu tunggal yang belum punya pekerjaan tetap, tentunya ia harus bisa mengelola uang dengan sehemat mungkin. Apalagi Theo sudah harus masuk sekolah minggu depan, jadi mau tidak mau pengeluaran Aran harus jelas agar tidak buang-buang uang.

"Ternyata harga sayur dan buah di kota ini memang lebih mahal." Wortel yang dulu biasa Aran beli seharga 5 dolar disini harga persatuannya hampir 10 dolar. Tak hanya wortel, bahkan brokoli yang biasa didapatkan dengan harga 15 dolar disini bisa sampai 25 dolar.

"Apa aku bisa bertahan ya dengan keuanganku saat ini?"

Tiba-tiba Theo dan Jia datang menghampiri Aran dan berkata ingin makan kari daging. Akhirnya Aran pun dari tempat sayuran menuju ke area tempat jual daging dan ikan. Aran langsung dibuat takjub melihat  semua daging segar terpampang disana. Tapi tetap saja fokus utama Aran adalah banderol harganya. Disana tertulis danging kualitas medium harganya yang termurah 200 dolar/500gr. Sementara daging grade A harganya yang termurah harganya 450 dolar/500 gr.

Harga daging termurah saja bagi Aran lumayan mahal. Tapi melihat anaknya yang ingin sekali makan daging akhirnya ia pun membeli daging medium termurah.

Setelah selesai membeli daging, Theo dan Jia minta izin kepada Aran diperbolehkan beli snack.

"Tentu saja, pergilah ambil beberap snack yang kalian suka."

Sementara kedua anaknya mengambil snack. Aran iseng melihat-lihat ikan segar yang dijual disana. Melihat ikan entah kenapa Aran jadi langsung teringat dengan mantan suaminya yang dulu suka sekali makan olahan ikan buatannya. Karena dulunya suaminya di Kelvari suka ikut berlayar mencari ikan di laut, jadi suka bawa hasil tangkapannya dan minta Aran memasaknya.

"Saat itu benar-benar indah sekali rasanya..."

"Um— nona maaf," seorang pria tiba-tiba mengacaukan lamunan Aran. Dan pria itu adalah Rowen Davis asisten CEO Skyper group.

"Iya ada apa tuan?"

"Aku mau mengambil ikan dibelakangmu."

"Oh iya silakan," ucap Aran sambil menyingkir.

Rowen terlihat ingin membeli ikan, namun ia tampak bingung ingin ambil yang mana. Melihat hal itu Aran pun berinisiatif membantunya memilihkan ikan dengan kualitas terbaik.

"Terima kasih nona, anda baik sekali sudah mau membantuku."

"Sama-sama, memang ingin buat olahan apa tuan?"

"Begini— bosku tiba-tiba minta aku buatkan olahan ikan, tapi masalahnya aku sama sekali tidak pernah mengolah ikan sebelumnya. Jadi apa kau tahu olahan ikan yang enak dan mudah?"

"Ya aku tahu beberapa." Akhirnya Aran memberitahukan salah satu resep mudah mengolah ikan.

"Sekali lagi terima kasih ya nona, anda baik sekali."

"Sama-sama, sudah ya tuan kalau begitu aku duluan, permisi."

"Iya..." Rowen sepertinya berhasil dibuat terpukau oleh Aran. "Dia gadis yang sangat cantik. Dasar bodoh, kenapa aku tak tanya nomor ponselnya? Rowen kau ini bodoh!"

"Mama aku dan Jia sudah memilih snacknya," ucap kedua buah hati Aran.

"Baiklah, kalau begitu mari kita segera bayar belanjaan kita ke kasir."

...🌸🌸🌸...

Setelah selesai berbelanja Rowen pun kembali ke apartemen miliknya, yang mana didalam sana ada bosnya yang kini sedang sibuk memeriksa indeks harga saham.

"Aku pulang..." Rowen langung membawa belanjaannya ke dapur.

"Bos, apa kau mau makan sekarang?" Tanya Rowen.

"Boleh!" Jawab Ruka.

Kenapa Ruka bisa ada di apartemen Rowen? Padahal ia punya kediaman yang megah serta apartemen mewah pribadi, kenapa malah mengungsi ke apartemen asistennya yang biasa-biasa saja?

Ternyata sejak semalam Ruka sengaja menginap disana karena menghindari keluarganya yang terus saja mendesaknya bertunangan dengan Bianca, anak dari salah satu pemilik maskapai penerbangan di negara ini, sekaligus teman kecil Ruka. Padahal Ruka sama sekali sudah tak menaruh hati pada Bianca.

Tak lama kemudian, Rowen yang sudah selesai mengolah ikan tersebut langsung menghidangkan masakannya pada sang bos.

"Tuan ini ikan pedas manis dengan daun parsley, cobalah... Aku yakin rasanya enak."

Karena kebetulan sejak pagi tadi Ruka hanya minum kopi dan tidak makan apa-apa, ia jadi merasa lapar melihat hidangan yang ada di depannya saat in.. Ia pun langsung mencicipi ikan tersebut.

"Bagaimana tuanku, apa masakan asisten terbaikmu ini enak?"

"Ya lumayan," ungkap Ruka yang entah kenapa tiba-tiba saja lidahnya merasa agak familiar dengan rasa olahan ikan seperti ini. Aku seperti merasa tidak asing dengan hidangan ini, tapi setahuku ini pertama kalinya aku makan olahan ikan begini? Sebenarnya ada apa denganku, kenapa rasanya ada sesuatu hal yang aku lupakan?

"Tuan, kenapa kau diam dan tidak makan lagi? Apa tidak kau tidak suka?"

"Bukan, hanya saja... apa sebelumnya aku pernah makan hidangan seperti ini?"

Rowen mengangkat kedua bahunya. "Entahlah tuan, tapi setahuku anda itu kalau perjalanan bisnis jarang makan ikan. Atau mungkin di kediaman Arshavin, nyonya Lusi atau nyonya besar pernah membuatkannya untuk anda?"

"Ibu tiriku tidak pandai masak jadi tidak mungkin. Sedangkan nenek, seingatku tak pernah membuat olahan ikan seperti ini."

"Mungkin anda pernah makan di sebuah restoran saat kecil?"

Apa iya? Tapi seingatku saat kecil aku tidak pernah makan ikan ini.

"Tuan, kenapa malah diam lagi?"

"Tidak apa-apa, oh iya memang masakan ini kau belajar membuatnya dari siapa?"

"Oh, aku tadi diberitahu secara cuma-cuma resepnya oleh seorang nona muda cantik yang baik hati saat di supermarket."

Ruka mengernyitkan keningnya seraya heran. "Memangnya ada wanita seperti itu dikota ini?"

"Ada, contohnya nona tadi. Kau tahu tuan, dia sungguh sangat cantik. Maksudku— dia agak beda dengan wanita-wanita yang sering aku lihat kebanyakan di kota ini, dia seperti punya aura khas yang sulit dijelaskan"

"Kau jatuh cinta padanya?"

"Cinta sih belum, tapi aku sudah jatuh hati padanya. Dia benar-benar spesial, sayang aku tidak tahu nomornya huhu.."

"Oh..."

"Tuan bantu aku cari nona itu."

"Kau menyuruhku?" Ruka melirik tajam kearah Rowen.

"Eh tt— ti- tidak kok, sudah tuan makan saja aku mau bersihkan dapur dulu." Rowen lalu pergi, sementara Ruka kembali makan.

...🌸🌸🌸...

Di kediamannya Aran baru saja selesai memasak makan malam. Hari ini ia masak kari daging spesial dengan sayuran. Di meja makan pun kedua anaknya sudah siap menyantap menu makan malam buatan Aran yang dari baunya saja sudah terasa lezat.

"Anak-anak apa kalian sudah cuci tangan?"

"Jia sudah Ma."

"Aku juga sudah cuci tangan."

"Baiklah mari kita makan...," Aran kemudian duduk dan mengambilkan nasi untuk kedua anaknya, setelah itu untuknya. Namun saat dirinya baru saja mau menyuap tiba-tiba saja ada yang memencet bel. Dan ternyata itu Risa yang datang sambil membawakan beberapa potong buah semangka.

"Risa ada apa?"

"Um— aku mau numpang makan disini boleh kan, sebagai gantinya semangka ini buatmu."

Aran malah tertawa.

"Kenapa malah tertawa?"

"Tidak kau ini lucu, padahal kalau mau minta makan tidak perlu bawa buah juga tak masalah. Sudah ayo masuk kebetulan kami baru mau mulai makan."

Akhirnya Risa makan malam bersama Aran dan kedua anaknya. Di meja makan Theo dan Jia bercerita tentang pengalamannya pertama kali pergi ke supermarket di kota Renstone. Jia bilang supermarket di kota ini sangat besar, dan snack yang dijualnya pun jauh lebih banyak dan lengkap. Theo juga bercerita kalau kota Renstone sangat keren karena ada banyak mobil-mobil sport yang sebelumnya hanya ia bisa lihat lewat TV dan majalah.

"Pokoknya kota ini keren!" Seru Jia.

"Tentu saja kota ini sangat keren, julukan kota ini kan kota impian. Meskipun ya biaya hidupnya juga mahal hahaha..."

"Oh iya tadi aku baru lihat langsung saat perjalanan pulang, ternyata baru sadar kalau hotel-hotel mewah kelas dunia disini sangat banyak," imbuh Theo.

"Bicara soal hotel, bukankah kau juga bekerja di salah satu hotel berbintang ya Risa?"

"Benar, aku bekerja di royal palace hotel."

"Royal palace hotel? Bukankah itu hotel yang baru dinobatkan sebagai hotel paling mewah didunia?"

"Tepat sekali Theo, disana aku jadi salah satu supervisornya."

"Wah, pasti bibi Risa sering lihat orang-orang hebat menginap disana ya?"

"Iya Jia sayang, hotel itu sering jadi tempat menginap para utusan penting dari berbagai negara. Hotel itu juga sering didatangi para artis dan supermodel papan atas."

"Jia jadi ingin kesana. Mama bisakah kita menginap di hotel itu?"

"Ya, kalau mama punya uang lebih kita kesana okey?"

"Em!" Angguk gadis kecil itu.

Selesai makan malam dan mencuci piring, berhubung sudah mau jam sembilan malam, Aran langsung menyuruh anak-anaknya untuk masuk kamar dan berganti pakaian tidur. Setelah menemani Jia tidur dan memastikan anak-anaknya sudah tertidur lelap, Aran langsung menemui Risa di ruang tengah dan mengajaknya ngobrol membicarakan soal pekerjaan.

"Jadi kau mau cari kerja seperti apa Aran?"

"Apa saja yang penting jelas. Lagipula aku hanya lulusan SMA mana bisa aku terlalu pilih-pilih kerjaan, apalagi dikota ini. Disini rata-rata wanita yang seusiaku pasti setidaknya lulusan sarjana."

"Kenapa kau merendah begitu, setahuku kau ini pintar. Kau juga cukup pandai berbahasa asing jadi tidak usah berkecil hati, lagipula sekarang banyak yang lulusan universitas bagus tapi tak punya semangat kerja. Kebanyakan dari mereka hanya bermodalkan nama keluarga dan koneksi orang dalam bisa dapat pekerjaan dengan mudah. Nyatanya orang biasa seperti kita yang tak punya kenalan orang penting memang hanya bisa berjuang."

"Ya kau benar. Oh iya apa kau sudah temukan lowongan kerja buatku Risa? Hari ini aku sudah menghubungi beberapa perusahaan dan disana semua rata-rata minta lulusan perguruan tinggi. Kalaupun ada posisi office girl sedang tidak buka lowongan," ungkap Aran tampak kecewa.

Risa menyemangati temannya itu. "Kau tenang saja, tadi aku baru dapat info kalau di menara Galaxy alias kantor pusat Skyper sedang butuh beberapa pekerja tambahan untuk bagian rumah tangga. Walau cuma posisi bawah tapi gajinya lumayan."

"Oh ya, memang berapa gajinya?"

"Setahuku sekitar lima puluh ribu dolar."

"Benarkah sebesar itu?"

"Iya."

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau gaji di perusahaan Skyper pasti besar, makanya orang-orang diseluruh negara ini berlomba-lomba untuk bisa diterima di semua perusahaan yang berada dibawah naungan Skyper group, termasuk Risa sendiri yang kini bekerja di Royal Palace hotel. Royal palace hotel adalah hotel milik Skyper group, dan gaji Risa disana sebagai supervisor junior hampir 200 ribu dolar.

"Itu baru gaji pekerja bawah, apa kabar kalau kau berada di divisi atas, gajimu bisa sampai satu juta dolar perbulannya."

Mata Aran langsung berbunga-bunga membayangkan seberapa banyak uang yang disebut Risa.

"Jadi kau mau melamar di kantor pusat Skyper group?"

"Tentu saja aku mau!"

"Oke, besok akan kuberitahu alamatnya dan kau tinggal siapakan berkas untuk melamar saja."

"Terima kasih Risa..."

...🌸🌸🌸...

AYO YANG SUKA MOHON DI LIKE, COMMENT, SHARE, DAN KASIH VOTE + GIFT OKEY....

Terpopuler

Comments

Mir_rim22

Mir_rim22

apakah ruka dan aran akan bertemu secara langsung.... apakah ruka akan segera mengingat masa lalunya.....

2023-02-27

0

Mir_rim22

Mir_rim22

jahat banget sii.... sedih banget bayangin nya...

2023-02-27

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Pindah ke Ibukota
3 Yang Terlupakan
4 Kalung berharga
5 Penerus Keluarga
6 Hari pertama kerja
7 Pria ini mantan suamiku.
8 Enam tahun lalu Part. 1
9 Enam tahun lalu part. 2
10 Enam tahun lalu part 3
11 Enam Tahun lalu part. 4
12 Dipaksa Berpisah
13 Memberi Tumpangan
14 Penasaran
15 Terperangkap
16 Dewa penolong
17 Hadiah tanda terima kasih
18 Takut dipecat
19 Calon Tunangan
20 Mematik kesabaran Ruka
21 Kesempatan dari Ruka
22 Dalang dibalik penyerangan Ruka
23 Pelaku Sebenarnya
24 Tidak jadi dipecat
25 Gelisah dan Penasaran.
26 Makan di meja yang sama
27 Masih merasa bersalah
28 Si pemilik suara husky
29 Pengganggu
30 We Kissed
31 Aran vs Bianca
32 Salah tingkah
33 Bekal Harian
34 Bekal untuk mantan suami
35 Dekat denganmu
36 Rasa Cemburu
37 Paman Pahlwan
38 Tanggal Pertunangan
39 Merahasiakan sesuatu
40 Putra kebanggaanku
41 Teman Terbaik
42 Tidak Fokus
43 Undangan Pertunangan
44 Selamat tinggal masa lalu
45 Rencara dan Acara Pertunangan
46 Membiasakan Diri
47 Mempertemukannya dengan mama
48 Membuatmu menangis
49 Kebakaran
50 Penolongku...
51 Mencari tahu kebenarnya.
52 Kebenarannya
53 Tetaplah disini
54 Tidur Sekamar
55 Tamu tak terduga
56 Ancaman dan Kenyataan masa lalu
57 Sang Pendonor.
58 Ayah dan Putri kecilnya
59 Janji seorang Ayah
60 Terlalu percaya diri
61 Ancaman yang tidak main-main.
62 Paman Ruka atau Paman Sean
63 Penculikan
64 Alasan Aran
65 Malam Penuh Kerinduan.
66 Nyonya Rumah
67 Menyukai Ruka
68 Percintaan malam ini
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Prologue
2
Pindah ke Ibukota
3
Yang Terlupakan
4
Kalung berharga
5
Penerus Keluarga
6
Hari pertama kerja
7
Pria ini mantan suamiku.
8
Enam tahun lalu Part. 1
9
Enam tahun lalu part. 2
10
Enam tahun lalu part 3
11
Enam Tahun lalu part. 4
12
Dipaksa Berpisah
13
Memberi Tumpangan
14
Penasaran
15
Terperangkap
16
Dewa penolong
17
Hadiah tanda terima kasih
18
Takut dipecat
19
Calon Tunangan
20
Mematik kesabaran Ruka
21
Kesempatan dari Ruka
22
Dalang dibalik penyerangan Ruka
23
Pelaku Sebenarnya
24
Tidak jadi dipecat
25
Gelisah dan Penasaran.
26
Makan di meja yang sama
27
Masih merasa bersalah
28
Si pemilik suara husky
29
Pengganggu
30
We Kissed
31
Aran vs Bianca
32
Salah tingkah
33
Bekal Harian
34
Bekal untuk mantan suami
35
Dekat denganmu
36
Rasa Cemburu
37
Paman Pahlwan
38
Tanggal Pertunangan
39
Merahasiakan sesuatu
40
Putra kebanggaanku
41
Teman Terbaik
42
Tidak Fokus
43
Undangan Pertunangan
44
Selamat tinggal masa lalu
45
Rencara dan Acara Pertunangan
46
Membiasakan Diri
47
Mempertemukannya dengan mama
48
Membuatmu menangis
49
Kebakaran
50
Penolongku...
51
Mencari tahu kebenarnya.
52
Kebenarannya
53
Tetaplah disini
54
Tidur Sekamar
55
Tamu tak terduga
56
Ancaman dan Kenyataan masa lalu
57
Sang Pendonor.
58
Ayah dan Putri kecilnya
59
Janji seorang Ayah
60
Terlalu percaya diri
61
Ancaman yang tidak main-main.
62
Paman Ruka atau Paman Sean
63
Penculikan
64
Alasan Aran
65
Malam Penuh Kerinduan.
66
Nyonya Rumah
67
Menyukai Ruka
68
Percintaan malam ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!