Arana Haurin, wanita berusia dua puluh lima tahun ini bersama kedua buah hatinya Theo (5 tahun) dan Jia (3 tahun) akhirnya memutuskan pindah dari kampun halamannya ke ibu kota Renstone. Tadinya Aran tidak ingin pergi dari kampung halaman tempat ia dibesarkan, namun melihat kedua anaknya semakin tumbuh besar dan membutuhkan pendidikan yang bagus, dirinya jadi memutuskan untuk pindah ke kota besar yang lebih moderen agar kedua anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Mengingat pendidikan di kota Kelvari belumlah sebaik, dan semaju pendidikan di kota besar seperti Renstone.
Setelah perjalanan panjang menaiki pesawat dari kota kecil tempatnya berasal, akhirnya Arana dan kedua anaknya tiba di kota Renstone, kota metropolitan termegah sekaligus jantung kota negara X.
Setelah mendarat di bandara kota Renstone, mereka bertiga langsung menunggu dijemput oleh Risa, teman masa kecil Aran yang dulu sempat tinggal di Kelvari namun sudah lama pindah karena harus ikut orang tuanya yang dipindah tugaskan.
Tapi sudah setengah jam lebih menunggu, Risa belum juga datang atau menghubungi Aran. Kenapa Risa belum datang juga? Apa dia terjebak macet?
Tiba-tiba seorang gadis kecil dengan rambut diikat dua yang duduk di pangkuan Aran mendongak keatas dan bertanya, "Ma, kenapa teman mama yang mau menjemput kita lama sekali datangnya?"
Gadis kecil bermata bulat itu tampak cantik menatap mamanya.
"Jia sudah lelah menunggu ya? Apa Jia lapar?" Tanya sang mama.
Ia menggeleng, "Jia tidak lapar, hanya saja Jia tidak terlalu suka tempat ini."
"Kenapa memangnya?"
"Soalnya di tempat ini paman dan bibinya sejak tadi selalu terlihat seperti sedang marah. Mereka semua menatap dengan tatapan yang seram. Berbeda sekali dengan orang di Kelvari, hampir semua orang disana ramah."
Aran menatap lembut putrinya tersebut lalu menjelaskan jika, paman dan bibi disini kemungkinan sedang lelah makanya jadi terlihat berwajah galak.
"Benarkah Ma?"
"Tentu saja anak cantik," ucap Aran sambil mencubit hidung putrinya dan mereka berdua pun tertawa.
Tak lama kemudian muncul seorang anak laki-laki dengan sweater abu-abu dan celana denim bersepatu biru, datang berlari menghampiri Aran dan putrinya sambil membawa sekantung belanjaan berisi beberapa jus kaleng.
"Mama aku sudah belikan minuman untuk kita," ucap anak laki-laki itu kelelahan.
"Theo pasti lelah ya berlari mencari minuman, maafkan mama ya. Karena harusnya mama saja yang belikan minuman untukmu dan Jia." Aran seketika tak enak hati dengan putranya itu.
"Tidak usah, aku kan seorang pria sejati jadi sudah seharusnya aku lakukan itu untuk mama dan Jia."
"Theo memang anak yang baik," puji Aran sambil mengusap kepala putranya itu.
"Kakakku kan memang paling keren!" Sahut Jia yang ikut bangga pada kakaknya, dan semuanya pun tertawa.
Sambil menunggu Risa datang, mereka bertiga pun akhirnya meminum jus yang sudah dibeli oleh Theo untuk menghilangkan dahaga.
Tak lama ponsel Aran pun berdering, ternyata panggilan dari Risa temannya itu.
Aran : Halo Risa kau dimana? Aku sudah disini hampir satu jam tapi kau belum juga datang.
Risa : Aku sudah di bandara, kau ini pakai baju apa dan dimana?
Aran seketika langsung celingak celinguk mencari keberadaan Risa.
"Risa aku disini!" Aran melambaikan tangannya memanggil wanita berpakaian rapi ala wanita kantoran yang ia tahu itu adalah Risa.
"Aran!" Risa yang sudah melihat Aran pun langsung mematikan ponselnya dan berlari menghampiri teman masa kecilnya itu.
"Aran, aku rindu sekali padamu..." Ungkap Risa sambil memeluk Aran.
"Aku juga rindu padamu Risa."
"Aran, lihat kau benar-benar tambah cantik. Terakhir kali kita bertemu kan waktu itu saat kita masih sama-sama di sekolah menengah atas dan saat itu kau jadi primadona sekolah, kau apa kabar?"
"Aku baik, kau sendiri?"
"Kau bisa lihat kan, aku tentu saja sangat baik."
Aran tertawa senang, melihat Risa yang sama sekali tak berubah secara kepribadian. Ia tetap Risa yang ia kenal sepuluh tahun lalu, menyenangkan dan selalu baik padanya.
"Oh iya kau kesini dengan siapa?" Tanya Risa yang kemudian agak kaget melihat disisi kanan dan kiri Aran ada pria kecil dan gadis kecil.
"Um— Aran, dua anak kecil disebelahmu itu siapa?" bisik Risa.
Lara tersenyum lalu mengenalkan kepada Risa kedua anaknya itu.
"Apa?!Anak? Aran ka- kau jangan bercanda ya? Anak darimana!" Risa syok tak menyangka.
"Halo bibi yang cantik, namaku Jia. Senang melihat bibi."
"Halo bibi Risa, aku Theo senang bertemu denganmu."
"Halo, aku Risa teman mama kalian. Kalian berdua sungguh menawan dan menggemaskan sekali," ujar Risa yang langsung gemas melihat kedua buah hati Aran.
Melihat Theo dan Jia yang begitu manis dan menawan. Risa pun langsung seolah tak peduli lagi dengan asal usul mereka dan eketika langsung menyukai Theo dan Jia.
"Baiklah, daripada lama-lama disini bagaimana kalau sekarang segera kubawa kalian ke apartemen kalian!" Ajak Risa
Namun saat ingin keluar dari bandara tiba-tiba saja ada keramaian. Entah apa yang terjadi, tapi dari salah satu gate VIP tiba-tiba saja muncul banyak wartawan yang berkerumun.
"Itu ramai-ramai ada apa?" Tanya Theo.
"Entahlah, apa kau tahu Risa ada apa?" Tandas Aran.
"Oh itu, kalau tidak salah CEO Skyper Group baru saja pulang dari perjalanan bisnis setelah berhasil mengakuisisi salah satu perusahaan besar di Australia."
"Kenapa hanya orang seperti itu saja bisa buat kemaraian. Dia kan bukan artis atau sejenisnya," sanggah Theo agak sinis.
"Dia memang bukan artis atau sejenisnya, tapi asal kau tahu. Dia dan perusahaan miliknya adalah salah satu penyumbang pajak terbesar di negara ini," jelas Risa.
"Dia pasti orang yang sangat hebat," ungkap Aran.
"Bukan saja hebat, tapi tuan Ruka juga sangat keren! Dia adalah pria idaman banyak wanita." Tiba-tiba saja raut wajah Risa jadi seperti orang yang tengah membayangakan seseorang yang disukainya itu.
Tidak ingin melihat Risa semakin berkhayal berlebihan, Theo pun langsung menyadarkannya. "Bibi Risa sudah jangan berkhayal terus, ayo kita segera pergi dari sini!"
"Baiklah iya-iya..."
🌸🌸🌸
Diperjalanan menuju ke apartemen, Jia terus melihat ke arah luar jendela mobil. Disana Gadis kecil itu tampak kagum melihat gedung-gedung pencakar langit nan modern yang terlihat di sepanjang jalan. Maklum saja, di Kelvari memang tak banyak gedung-gedung tinggi seperti di Renstone.
"Jia, apa kau suka melihat gedung-gedung itu?"
"Iya mama, Jia suka sekali melihatnya. Pasti di dalam gedung itu sangat luas. Iya kan bibi Risa?"
"Iya, kau benar Jia sayang."
Namun dari semua gedung-gedung pencakar langit yang dilihat Jia, ada satu gedung yang paling mencolok karena bangunannya paling tinggi dan terlihat megah.
"Bibi Risa, diantara semua gedung yang Jia lihat, gedung itu paling bagus. Itu gedung apa?" Tunjuk Jia ke arah gedung termrgah yang dimaksud.
"Oh itu menara Galaxy milik Skyper grup. Menara itu juga dinobatkan sebagai gedung pencakar langit tertinggi di negeri ini, bahkan jadi salah satu dari sepuluh gedung termegah di dunia," jelas Risa.
"Woah...!" Jia tampak kagum mendengarnya.
"Keren kan?"
"Apanya yang keren, hanya gedung biasa semua orang kalau punya uang juga bisa membangun gedung seperti itu," sahut Theo dengan ketus.
"Theo kau tidak boleh bicara begitu sayang..."
"Tapi yang aku katakan itu memang benar Ma, gedung-gedung itu seolah dijadikan simbol kedigdayaan oleh mereka yang memiliki kekuasaan di negeri ini."
"Theo kau ini sangat tampan dan manis, tapi kenapa bicaramu nyelekit sekali? Tapi yang kau katakan benar juga sih," ucap Risa diikuti gelak tawa agar suasana tak terlalu tegang.
"Risa, maafkan perkataan Theo ya, dia memang kadang suka begitu."
"Hahaha santai saja, lagipula aku tak terlalu memikirkannya. Hanya saja aku heran, kenapa putramu sifatnya lumayan jauh beda darimu ya?"
"Mama ya mama, aku ya aku, mana bisa sama," balas Theo.
"Iya iya aku mengerti." Theo ini, sifatnya apa lebih mirip ayahnya ya? Aku jadi penasaran dengan suaminya Aran.
Sebenarnya Aran paham kenapa putranya itu begitu sinis ketika membicarakan tentang kekuasaan, strata sosial dan sejenisnya. Putranya itu pasti masih ingat dengan pengalaman buruk saat di Kelvari dulu, dimana ada seorang saudagar kaya raya yang seenaknya menghinanya dan menginjak-injak harga dirinya. Bagi Aran sendiri dihina dan diremehkan orang kaya sudah sering ia rasakan.
Theo, maafkan mama karena tidak bisa memberikan kehidupan yang layak buatmu dan Jia. Tapi mama janji, di kota ini mama akan kerja keras agar bisa memberikan dirimu dan Jia kehidupan yang lebih layak.
...🌸🌸🌸...
Di menara Galaxy tepatnya di lantai paling atas tepatnya ruangan CEO Skyper grup, tampak dari belakang seorang pria berjas hitam panjang yang baru saja memasuki ruangan tersebut.
Dari gesturnya pria itu sepertinya terlihat lelah sampai-sampai melepas jasnya dengan kesal. Pria itu kini hanya mengenakan kemeja berwarna gelap, pundaknya yang lebar dan kokoh membuatnya tampak gagah dan berkarisma meski hanya dilihat dari belakangnya saja. Ia berjalan menuju meja tempat CEO biasa bekerja dan langsung menduduki kursi executive yang ada dibalik meja kerja tersebut. Pria itu menyatukan kedua tangannya dan meletakannya diatas meja, matanya yang tajam dan mengintimidasi, menatap kearah seorang di depannya seolah tak berkedip.
"Jadi mana proposal yang kuminta kemarin Rowen?" Tanya pria yang tidak lain adalah Ruka Arshavin sang CEO Skyper group.
Pria tampan berusia 33 tahun yang sedang bicara dengan asistennya saat ini dalah CEO sekaligus pewaris utama Skyper group. Ruka memiliki 41 % saham Skyper, dan sang kakek Jura Arshavin pendiri sekaligus chairman Skyper group menunjuk langsung sang cucu untuk menggantikannya di kursi kepemimpinan perusahaan. Sifatnya yang perfectionist dalam berbisnis menurun langsung dari sang kakek membuat dirinya disegani oleh banyak orang-orang penting. Selain itu, Ruka dikenal dengan tempramennya yang tak terlalu baik, ia juga cenderung agak arogan dan kadang susah ditebak, hingga seringkali sifat tuannya itu membuat Rowen sang tangan kanan jadi susah sendiri.
"Tapi tuan, tadi kan anda bilang akan memeriksanya besok pagi, kenapa tiba-tiba sekarang malah memintanya?" Balas Rowen yang dibuat agak bingung oleh bosnya itu.
"Itu kan tadi, sekarang aku mau kau bawakan aku proposalnya."
"Ta- tapi tuan..."
"Sekarang!"
"Baik tuan!"
Ruka menghela nafas dengan kesal. "Kenapa setiap kali aku pulang dari luar negeri selalu saja orang-orang tua itu menanyakan hal-hal soal pernikahan. Padahal sudah kubilang aku tidak tertarik untuk menikah, apa perlu aku bakar kantor ini agar mereka behenti memaksaku!"
"Tu- tuan permisi, ini proposal yang anda minta," tandas Rowen yang dengan secepat kilat mengambil proposal itu untuk diberikan kepada bosnya.
"Sudah kau simpan saja lagi, aku tiba-tiba tidak selera membacanya."
Lagi? Lalu untuk apa anda menyuruhku ambil proposalnya tuan Ruka!
"Kenapa ekspresimu begitu Rowen, kau tidak senang kusuruh?"
"Eh- ti- tidak tuan, aku hanya lelah saja kok." Huft! Tuanku anda terlalu cerdas hingga membuatku yang IQnya rendah ini pusing.
"Oh iya Rowen, apa tadi kakekku meneleponmu?"
"Tuan Jura? Tidak kok."
"Baguslah, aku pikir dia akan menerormu karena aku sengaja mereject panggilannya tadi."
"Tu- tuan kenapa anda menolak panggilan tuan besar?"
"Menurutmu apa? Kau tahu sendiri kan kekek tua sialan itu dua tahun terkhir ini hobinya menyuruh aku cari istri. Sungguh tidak punya kerjaan si tua itu!"
"Tapi aku rasa tuan besar melakukan itu semata-mata karena ingin yang terbaik untuk anda."
"Terbaik untuku? Cih! Lebih tepatnya terbaik untuk reputasinya sebagai yang mulia Jura Arshavin."
"Tuan, tapi kalau boleh tahu kenapa anda tak juga kian mau menikah? Bukankah anda tahun lalu sempat berpacaran dengan nona Brenda, dan bulan lalu anda kan juga sempat dekat dengan seorang model papan atas. Kenapa anda tidak nikahi saja salah satunya, aku rasa untuk pria seperti anda mencari wanita itu hanya perkara mudah."
"Kau sendiri kenapa tidak menikah? Jangankan menikah, kau bahkan punya pacar saja tidak," balas Ruka.
"Oh kalau itu—" kalau itu kan karena waktuku habis untuk mengabdi pada anda tuan...
"Sudahlah Rowen kita tidak usah bicarakan hal tidak penting itu. Lebih baik kita senang-senang di luar." Ruka bangkit dari kursi lalu mengambil jasnya dan berjalan pergi.
"Tuan anda mau kemana?"
"Mencari secercah kebahagiaan dunia malam di kota yang indah ini."
...🌸🌸🌸...
Gimana? Kalo suka jangan lupa LIKE, COMMENT, LIKE, VOTE, dan SHARE oke.... 🙂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mir_rim22
makin penasaran.... sbnernya motif ibu tiri ruka apa sih...
2023-02-27
0
Mir_rim22
mungkin karna ada sesuatu yg mengganjal di hati dan fikiran ruka yg tidak bisa dia ingat makanya dia jd uring"an terus...
2023-02-27
0