Menikah Paksa

Setelah keputusan dibuat, pesta pernikahan digelar meriah. Di tengah ramainya para tamu undangan serta gelak tawa Dorman, Anyelir menangis terisak dalam hati. Ia melihat kedua orang tuanya terpuruk. Telah sirna harapan dan cita-citanya untuk hidup yang ia impikan sejak lama. 

Kini, Anyelir telah menyandang status sebagai seorang istri dari laki-laki paruh baya yang usianya terpaut tiga puluh tahun darinya. Ini adalah pesta pernikahan di mata orang lain, namun terasa seperti upacara pemakaman bagi Anyelir.

Di pesta ini, Anyelir mengubur semua mimpi dan kebahagiaannya. Ia merelakan hidupnya demi menyelamatkan kedua orang tuanya.

"Hadiah untuk mertua saya adalah sebuah rumah beserta dua ekor sapi dan lima ekor kambing peliharaan untuk mereka. Dan tentu saja, hutang-hutang mereka saya anggap lunas!"

Pengumuman yang diperdengarkan Dorman melalui mikrofon terdengar sangat menarik. Namun para tamu melihat Anyelir dan kedua orang tuanya dengan tatapan iba.

Gadis cantik kembang desa itu kini sudah diperistri oleh seorang duda tua. Semua orang mengangumi sikap berbakti Anyelir. Sebagian dari mereka juga menyalahkan keputusan buruk Sapto dan Seruni.

"Maafkan kami, Nak. Kami benar-benar orang tua tidak berguna. Kami membuatmu melakukan semua ini, maafkan kami," ucap Seruni dengan air mata bercucuran di pipi.

"Tidak apa-apa, Bu. Ini adalah keputusanku. Aku akan menjadi anak yang baik dan istri yang berbakti. Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku," ujar Anyelir.

"Tapi, Nak ...."

"Bu, aku baik-baik saja." Anyelir tersenyum, ia memeluk Seruni. Meski rasanya Anyelir ingin menangis keras dan berteriak, namun ia harus tetap terlihat tegar dan kuat di hadapan orang tuanya. Anyelir ingin meringankan beban berat di pundak ayahnya. 

Setelah pesta pernikahan berakhir, para tamu undangan pun meninggalkan acara. Kedua orang tua Anyelir kembali pulang, sementara Anyelir kini harus menetap dan tinggal di kediaman suaminya.

Rumah mewah dua lantai dengan beberapa kamar besar ini nampak sangat indah saat dipandang. Namun bagi Anyelir, rumah ini terasa hampa. Ia akan mulai menjalani kehidupannya tanpa warna.

"Ini kamar kita," ucap Dorman. Ia mengantar Anyelir memasuki sebuah kamar besar yang terletak di lantai dua. Kamar yang memiliki banyak ornamen kuno ini terlihat sangat luas dan nyaman. 

Dengan langkah kaki gemetar, Anyelir memasuki kamar dan meletakkan tas besar yang ia bawa.

"Bereskan barang-barangmu segera. Setelah itu buatkan saya kopi," ucap Dorman.

"Baik." Anyelir mengangguk patuh.

Setelah berganti pakaian dan membereskan barang-barang yang ia bawa dari rumah kedua orang tuanya, Anyelir pun keluar dari kamar. Gadis itu menuruni anak tangga, menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari letak dapur di rumah ini.

Setelah menemukan dapur, ia bergegas membuat secangkir kopi dan membawanya ke ruang tengah, di mana Dorman sedang asik menonton televisi.

"Ini kopinya, Pak," ucap Anyelir sopan.

"Hmm." Dorman mengangguk. Ia menatap Anyelir yang berdiri di dekatnya. Dorman memperhatikan gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Kecantikan Anyelir memang tidak diragukan. Gadis itu memiliki tubuh yang langsing dan wajah yang tirus. Kulit putih serta bibir tipisnya membuat setiap mata laki-laki terpesona oleh kecantikannya.

Dorman menyeringai, ia terlihat sangat tidak sabar menunggu malam. Ia ingin segera menikmati malam yang indah dengan gadis muda yang ada di hadapannya.

Melihat gerak gerik Dorman, Anyelir merasa cemas sekaligus takut. Gadis itu beralasan ke kamar mandi dan meninggalkan Dorman di ruang tengah.

...****************...

Malam pun telah tiba, Anyelir duduk di atas tempat tidur dengan wajah pucat. Gadis itu benar-benar merasa takut, ia takut setiap kali Dorman menatapnya dengan penuh nafsu.

Anyelir membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia menutup diri dengan selimut, berharap tidak ada apapun yang terjadi malam ini.

Terdengar suara seseorang membuka pintu kamarnya, Anyelir semakin merapatkan selimut ke tubuhnya. Dorman berjalan mendekat, menaiki tempat tidur dengan hati-hati.

Anyelir memejamkan matanya erat, tubuhnya gemetar, tangannya berubah dingin sedingin es. Gadis itu sangat ketakutan.

Dorman terlihat tidak sabar, ia segera menarik selimut yang menutupi tubuh Anyelir.

"Kenapa kau berpakaian seperti ini? Apa kau tidak mau melayaniku?" tanya Dorman. Ia terlihat tidak senang saat mengetahui Anyelir memakai piyama panjang, padahal ia sudah menyiapkan sebuah lingerie di lemari Anyelir.

"Bangun dan ganti pakaianmu!" seru Dorman. Anyelir pun bangkit, ia turun dari tempat tidur dan berdiri gemetar.

"Maaf, Pak. Tapi saya dalam keadaan haid," ucap Anyelir.

PLAK!!!

Dorman melayangkan satu tamparan keras ke wajah Anyelir hingga gadis itu jatuh tersungkur ke lantai.

"Dasar gadis tidak tahu diri! Sia-sia saya menunggumu malam ini!" seru Dorman. Ia menyeret Anyelir dan melempar gadis itu keluar dari kamar. 

"Gadis tidak berguna!" hardik Dorman. Ia menutup pintu kamar dengan keras dan meninggalkan Anyelir begitu saja.

...****************...

Terpopuler

Comments

HNF G

HNF G

mahar spt itu tdk sah, hrsnya mahar benar2 utk pengantin wanita.

2024-12-09

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

beneran haid atau pura² nih si anyelir

2025-01-24

0

pipi gemoy

pipi gemoy

mampir Thor

2024-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!