Pagi hari setelah sarapan, Reiga meminta izin pada sang ayah untuk berjalan-jalan berkeliling desa. Dorman menyarankan pada Reiga agar ia datang dan melihat-lihat kebun teh yang berada tidak jauh dari rumah mereka.
Reiga adalah seorang dosen di salah satu universitas ternama di kota. Laki-laki itu menyukai dunia seni, ia juga pandai melukis dan gemar memotret.
Setelah mendapatkan izin dari sang ayah, Reiga mengendarai sepeda motor sambil membawa seperangkat alat fotografi miliknya. Ia suka memotret alam dan hewan-hewan yang ia temui di sepanjang jalan.
Sesampainya di kebun teh milik sang ayah, Reiga menjadi pusat perhatian para warga yang tengah bekerja. Ibu-ibu yang sibuk memetik pucuk daun teh pun memperhatikan Reiga serta memuji ketampanan laki-laki itu.
"Anda siapa?" tanya salah seorang pekerja yang penasaran.
Reiga tersenyum ramah sambil mengangguk sopan.
"Saya Reiga, maaf jika saya mengganggu," jawabnya.
Wajar saja jika tidak ada seorang pun warga yang bisa mengenali Reiga. Sejak usianya dua belas tahun, Reiga sudah dikirim ke kota untuk melanjutkan ke sekolah terbaik.
Meskipun Reiga adalah anak tunggal, Dorman dan istrinya ingin anak mereka mendapatkan sekolah terbaik meski mereka harus berpisah.
Reiga di titipkan ke salah seorang pamannya dan bersekolah di sekolah yang mahal dan terkenal. Dorman berpikir jika sekolah di lingkungan desa mereka terlalu kuno dan tidak bermutu, maka dari itu ia lebih senang jika Reiga tinggal di kota.
Sambil memotret suasana pegunungan dan merasakan sejuknya udara yang bersih dan segar, Reiga berusaha mengobrol dengan warga yang ia temui. Ia ingin menggali informasi tentang ibu tirinya, ia tidak mau jika sang ayah tertipu oleh kecantikan dan kepolosan gadis seperti Anyelir.
Saat sedang asik mengobrol, Reiga menunjuk seorang laki-laki paruh baya dari kejauhan yang sedang mengatur anak buahnya.
"Apakah beliau pemilik kebun teh ini, Bu?" tanya Reiga pada seorang ibu-ibu yang sedang memetik daun teh di sampingnya.
"Ya, benar." Ibu itu mengangguk. Ia pun mulai bercerita saat mengingat peristiwa beberapa hari yang lalu.
"Namanya Pak Dorman, beliau baru saja menikahi kembang desa ini beberapa hari yang lalu. Kasihan sekali Anyelir, pasti dia sedang kesulitan menjalani kehidupan barunya," terang Ibu tersebut.
"Bukankah bagus jika dinikahi Pak Dorman, Bu?"
"Bagus apanya? Anyelir itu masih muda, kembang desa. Dia anak yang baik dan berbakti. Karena itulah, dia rela mengorbankan dirinya serta masa depannya demi menyelamatkan kedua orang tuanya."
"Maksud Ibu apa?" Reiga semakin penasaran.
"Kedua orang tua Anyelir punya hutang besar, katanya sih delapan puluh juta. Mereka memang keluarga tidak mampu, jadi mereka belum bisa melunasi hutangnya. Karena itu, Pak Dorman memaksa menikahi Anyelir sebagai alat pembayaran hutang itu!"
"Ah, begitu." Reiga terdiam sesaat. Ia merasa malu karena telah berpikiran buruk tentang ibu tirinya. Padahal, kesalahan ada pada ayahnya.
"Kasihan sekali nasibnya," gumam Ibu tersebut sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Reiga kini tidak bisa berkata-kata. Rupanya ia telah salah dalam menilai Anyelir. Ia benar-benar tidak tahu jika ayahnya akan bertindak sejauh itu demi kesenangannya.
...*********...
Sore hari, Reiga duduk di halaman depan rumahnya sambil membaca buku. Ia duduk bersantai setelah hampir seharian berkeliling.
Tiba-tiba, seorang warga datang dan memberitahunya jika kondisi ibu Anyelir sedang tidak sehat. Hal itu membuat Reiga turut khawatir, ia segera masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan Anyelir.
"Ada seseorang datang mencarimu," ucap Reiga saat ia menemukan Anyelir yang tengah sibuk memasak di dapur.
"Siapa?"
"Entah. Dia bilang ibumu sedang sakit."
"Apa?" Anyelir terkejut. Saat itu juga, ia meninggalkan dapur dan menaiki anak tangga menuju ruang tengah.
Anyelir mendatangi Dorman yang sedang asik menonton televisi. Sambil memohon, Anyelir meminta Dorman agar mengizinkannya pulang sejenak untuk melihat kondisi sang ibu.
Karena khawatir Anyelir akan melarikan diri atau bahkan tidak kembali, Dorman meminta Reiga untuk mengantar ibu tirinya.
Reiga tidak menolak, ia setuju dan membonceng Anyelir menuju rumahnya.
Di rumah Anyelir, Reiga mendapati pemandangan yang cukup menyayat hati. Rumah kayu dengan lantai tanah dan dinding papan ini sangat sederhana. Ayah Anyelir bekerja sebagai buruh di kebun teh Dorman, sementara ibu Anyelir tengah terbaring lemas di atas tempat tidur.
"Bukankah seharusnya kita membawanya ke rumah sakit?" tanya Reiga.
"Kami tidak punya uang," jawab Anyelir singkat.
"Kau bisa memintanya pada ayah."
"Tidak, aku tidak mau lagi berhutang!" tegas Anyelir.
Reiga diam seketika. Ia melihat Anyelir menyeka tubuh ibunya, Anyelir juga mengganti pakaian dan membuat bubur. Reiga bisa melihat ketulusan hati Anyelir serta rasa baktinya. Gadis itu tidak hanya cantik wajahnya, melainkan hati dan kepribadiannya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ita rahmawati
lah latanya dikasih rumah mewah sapi sm kambing trus dikemanain gtu
2025-01-24
0
HNF G
knp gak jual sapi aja?
2024-12-09
0
Q.M.19
Ikut merasakan apa yg anyelir rasakan
2023-04-10
0