Larisa hanya itu nama yang aku ketahui tentang wanita idaman suamiku. usianya lebih muda satu tahun di banding diriku. wajahnya manis dengan senyum yang menarik. perawakannya tinggi semampai dan kulitnya berwarna kuning langsat.
Aku sedang duduk berhadapan dengannya di sebuah cafe. ia tertunduk sopan di depanku.
"Kamu tahu kalau mas Alan sudah punya istri?!" tanyaku langsung padanya. kulihat wajahnya tetap tenang.
"Iya saya tahu, saya dengan mas Alan tidak ada hubungan apapun lagi mbak" ucapnya.
"Bohong! saya masih membaca pesan singkat kamu untuk mas Alan!"
"Saya hanya iseng saja mbak, lagipula mas Alan juga tidak pernah membalas pesan saya"
"Dengar ya kalau kamu berani mendekati mas Alan aku tidak akan segan membuat kasus dan menyeret mu ke pihak berwajib"
"Saya memang sudah tidak ada hubungan apapun mbak dengan mas Alan jadi saya harap mbak tidak salah mengerti"
Aku tahu ia sedang berkelit, sorot matanya tidak bisa berbohong. saat ia menyebut nama mas Alan matanya terlihat berbinar.
Aku menghela napas kasar, ternyata aku kalah dengan wanita sederhana ini.
Apa yang sebenarnya mas Alan sukai dari Larisa? aku penasaran. Larisa wanita yang nampak lugu dan santun tidak seperti pelakor kebanyakan.
Aku akhiri pertemuanku dengan Larisa di cafe lalu kembali ke toko.
Karena terlalu pusing memikirkan Larisa dan mas Alan sepertinya aku menjadi stress.
"Ibu baik-baik saja?" tanya Erna begitu melihatku pucat dan berpeluh.
"Nggak apa-apa kog Erna, saya hanya sedikit pusing saja"
"Sebaiknya ibu ke dokter sekarang" kata Erna cemas.
Ada benarnya juga yang di katakan Erna mungkin aku harus check tensi siapa tahu tensiku naik karena selalu marah dan susah tidur beberapa hari belakangan ini.
"Tolong pesankan taxi online ya, mobil saya biar disini dulu"
"Ibu mau ke rumah sakit?"
"Iya Er"
"Saya temani?"
"Tidak perlu kamu jaga toko saja" kataku sambil memijat pelipis ku.
Tiba-tiba saja aku merasa mual dan kepalaku bertambah berat lalu semua gelap.
Saat terbangun aku sudah berada di rumah sakit. sedang di periksa oleh seorang dokter.
"Tuan putri sudah sadar?" tanya dokter itu padaku. dia adalah Tristan adik mas Alan.
"Tristan? kog aku sudah disini?" tanya ku sembari mengingat kejadian tadi.
"Kamu pingsan lalu pegawai mu membawa kemari, aku kira bakal punya keponakan baru eh ternyata tuan putri hanya kelelahan dan stress saja" katanya Tristan meledek.
Aku mendengus lalu memejamkan mata sejenak. menghalau pusing yang masih sedikit terasa.
"Mau curhat? setelah ini kamu sudah bisa pulang kok"
"Enggak perlu terimakasih!" Tristan memang lebih slengean dan bahkan ia terkadang lebih dewasa di banding mas Alan.
"Curhat dong..." kata Tristan memaksa sambil tertawa.
Aku tersenyum memukul lengannya yang tertutup jas putih itu.
Sejak menikah aku memang akrab dengan adik ipar ku ini. ia selalu saja bercanda dengan ku dan tidak pernah menganggap ku kakak iparnya. ia hanya memanggil nama jarang sekali dia memanggilku dengan sebutan Mbak Tari.
"Dokter Tristan saya kenapa ya kog bisa pingsan?" tanyaku padanya yang sedang menulis laporan pasien.
"Kamu itu terlalu tegang jadinya stress, asam lambung naik jadilah kamu tumbang!"
"Tapi tidak ada Yang serius kan?" tanya ku panik.
"Ada, kalau kamu terus-terusan stress kamu bisa darah tinggi"
Aku mengibaskan tangan di depan wajahku tidak mempercayai ucapannya. meski ia dokter tapi ia suka sekali menjahili ku.
Tristan melepas jas putihnya dan mengajakku pergi dari rumah sakit.
"Aku antar pulang" kata Tristan.
"Naik taxi online saja" kataku.
"Nanti kalau kamu di culik bagaimana? saya juga yang repot!"
"Kog kamu yang repot?! harusnya kan mas Alan yang repot"
"Oh iya ya .." Tristan cuma nyengir sembari membuka pintu mobil untukku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
holipah
lanjut kak
2023-02-26
1