BAB 3: KEHANCURAN

Requiem dan temannya, ksatria muda bernama Alec, berhasil memasuki istana tempat Pangeran berada. Mereka melompati tembok, menyelinap di antara penjaga yang lengah, dan bersembunyi di balik pilar-pilar besar yang menghiasi aula besar di mana Pangeran biasanya berada.

Namun, Requiem merasa sesuatu yang aneh. Ia merasakan kehadiran seseorang yang lain di tempat itu. Dia melihat Alec sudah mempersiapkan pedangnya, tetapi Requiem menggelengkan kepala dan menunjuk ke atas. Alec mengikuti pandangannya dan melihat seorang pria yang tergantung di atas mereka. Pria itu tampaknya telah mati.

"Tidak boleh ada yang menghalangi kita," ucap Alec.

Requiem menggelengkan kepala. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini."

"Kita harus terus maju," seru Alec.

Requiem terus merasa sesuatu yang aneh dan mengeluarkan pedangnya. Tiba-tiba, pria yang tergantung di atas mereka hidup kembali dan menerkam ke arah mereka. Requiem dan Alec berhasil menghindari serangan tersebut dan bertempur melawan pria itu.

"Sialan! Ini bukanlah bagian dari rencana kita," seru Alec.

"Mungkin inilah yang mereka sebut sebagai kejutan," kata Requiem.

Mereka berhasil membunuh pria itu, tetapi Requiem merasa kegelisahan yang semakin membesar. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pembunuhan biasa yang terjadi di sini. Mereka bergerak menuju ruangan pangeran yang dijaga oleh beberapa penjaga.

Requiem dan Alec berhasil membunuh penjaga itu dengan mudah. Mereka mendengar Pangeran berbicara di dalam ruangan.

"Kamu harus mencarikan obat itu," ucap Pangeran kepada seseorang yang tidak diketahui.

"Tentu, Your Highness," balas seseorang.

Requiem mengintip dari balik pintu. Ada seorang wanita berdiri di hadapan Pangeran. Ia mengenakan pakaian serba hitam dan tertutup oleh jubah yang panjang. Wajahnya tertutup oleh topeng hitam.

"Wanita itu," bisik Requiem kepada Alec.

"Siapa dia?" tanya Alec.

"Kita harus mencarinya," jawab Requiem.

Mereka masuk ke ruangan dengan cepat dan membunuh semua penjaga yang berada di sana. Pangeran terkejut dan berteriak minta tolong. Requiem mengancam Pangeran dengan pedangnya.

"Sudah cukup," ucap Requiem. "Kamu harus menjawab pertanyaanku dengan jujur."

Pangeran diam dan melihat ke bawah.

"Siapa wanita itu?" tanya Requiem.

Pangeran tidak menjawab. Requiem menghentakkan pedangnya di atas meja.

"Jangan mencoba menghindari pertanyaanku," ucap Requiem.

Pangeran menghela nafas dan akhirnya menjawab, "Baiklah, aku akan memberitahumu semuanya. Aku sebenarnya adalah anak dari raja sebelumnya, tapi dia dikeluarkan dari tahta oleh saudaranya sendiri. Aku dan ibuku harus melarikan diri dan bersembunyi selama bertahun-tahun, tapi akhirnya kami berhasil kembali dan merebut tahta dari saudaraku."

Requiem mendengarkan dengan seksama, mencoba menghubung-hubungkan semua informasi yang telah dia dapatkan. "Jadi saudaramu, siapa dia?"

"Pangeran Aiden," jawab pangeran dengan suara pelan. "Dia selalu iri dengan posisiku sebagai pangeran mahkota dan mencoba untuk merebut tahta dariku. Tapi aku selalu berhasil mengalahkannya, sampai kali ini. Aku tidak tahu apa yang dia rencanakan, tapi aku merasa bahwa itu akan sangat berbahaya."

Requiem mengangguk, merenungkan semua yang telah dia dengar. "Baiklah, aku akan melindungimu dan membantumu mengungkapkan konspirasi ini. Tapi kamu harus berjanji bahwa kamu akan jujur dan terus memberikan informasi kepadaku."

Pangeran mengangguk, "Aku berjanji, aku tidak akan menyembunyikan apa-apa lagi dari kamu."

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka ke kota terdekat, di mana mereka bertemu dengan seorang agen rahasia yang bekerja untuk pangeran. Agen tersebut memberikan informasi tentang rencana Aiden untuk merebut tahta dan membunuh kakaknya.

Requiem dan sekutu barunya segera mengatur rencana untuk menghentikan Aiden dan mengungkapkan konspirasi ini. Mereka merencanakan serangan kecil ke tempat Aiden berada, yang diawasi oleh Requiem sendiri.

Saat mereka tiba di tempat itu, mereka disambut oleh sekelompok ksatria yang dipimpin oleh Aiden sendiri. Requiem memimpin serangan, menggunakan kemampuan tempur dan kecerdikannya untuk mengalahkan lawan-lawannya satu per satu.

Tetapi Aiden sendiri ternyata lebih tangguh dari yang mereka pikirkan, dan dia berhasil melarikan diri ke sebuah ruangan rahasia di bawah tanah. Requiem dan sekutu barunya mengejar dia, dan ketika mereka sampai di ruangan itu, mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat.

Di depan mereka ada sebuah altar kuno, dengan batu hitam di tengah-tengahnya. Aiden berdiri di dekat altar itu, dengan tatapan kosong dan senjata di tangannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya pangeran dengan nada khawatir.

Aiden hanya tersenyum kejam. "Aku melakukan yang terbaik untuk kerajaan ini," ucapnya. Lalu dia menekan sebuah tombol di altar itu, dan tiba-tiba sebuah lubang besar terbuka di lantai.

Requiem dan sekutu barunya terkejut dan hampir jatuh ke dalam lubang itu, tetapi mereka berhasil menahan diri tepat waktu. Aiden tertawa gembira, lalu melompat kelubang itu dengan lincah, diikuti oleh Requiem dan yang lainnya. Mereka menemukan diri mereka berada di dalam sebuah ruangan yang tersembunyi di bawah tanah.

"Tempat ini adalah bekas markas rahasia pangeran sebelum dia naik takhta," kata Aiden sambil mengamati sekeliling. "Aku tahu tempat ini karena pernah menjadi agen rahasia di sini."

Requiem dan yang lainnya mengangguk mengikuti Aiden yang memimpin mereka ke ruangan lain yang tersembunyi. Di sana, mereka menemukan sebuah meja besar yang dihiasi dengan banyak dokumen dan buku-buku yang tersusun rapi. Pangeran membuka salah satu buku dan mulai membaca isinya.

"Ini adalah buku harian pangeran," ucap pangeran sambil membaca buku itu dengan hati-hati. "Dia menulis tentang konspirasi dan pengkhianatan yang terjadi di dalam istana. Ada beberapa nama yang disebutkan di sini, termasuk nama beberapa anggota keluarga kerajaan."

"Apa yang harus kita lakukan dengan buku ini?" tanya Requiem.

"Pertama-tama, kita harus menemukan bukti lebih lanjut tentang kebenarannya," kata pangeran. "Kemudian, kita akan mengungkap konspirasi ini ke publik dan memberikan keadilan bagi mereka yang teraniaya."

Requiem mengangguk, merasa senang karena akhirnya menemukan bukti yang diperlukan untuk mengungkap konspirasi yang ada di istana. Dia merasa lega karena tugasnya untuk membunuh pangeran telah membuatnya menemukan kebenaran yang sebenarnya. Tugasnya yang awalnya hanya untuk membunuh seseorang, kini menjadi sebuah misi untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi mereka yang membutuhkannya.

Dengan semangat yang baru, Requiem dan sekutu barunya kembali ke atas tanah dan memulai langkah mereka untuk mengungkap konspirasi yang tersembunyi di dalam istana. Ada banyak rintangan dan bahaya yang menanti mereka, tetapi mereka siap menghadapinya dengan keberanian dan tekad yang kuat.

Perjalanan mereka menuju istana kerajaan. Mereka bergerak dengan cepat, terus waspada terhadap setiap kemungkinan ancaman. Namun, perjalanan mereka tidaklah mulus. Beberapa kali mereka hampir tertangkap oleh pasukan kerajaan, dan pada satu kesempatan mereka hampir terjebak dalam perangkap yang ditinggalkan oleh musuh.

Namun, mereka berhasil mengatasi semua rintangan dan akhirnya tiba di depan gerbang istana. Requiem dan Aiden menutupi diri mereka dengan mantel dan topeng untuk menyembunyikan identitas mereka, sementara Liana memasuki istana sebagai tamu dari kerajaan tetangga.

Setelah berhasil melewati penjaga dan pengamanan istana, Requiem dan Aiden melanjutkan perjalanan mereka menuju kamar pangeran. Namun, mereka terkejut saat melihat pangeran sedang berbicara dengan seorang wanita cantik yang sepertinya adalah mata-mata dari kerajaan tetangga.

Requiem dan Aiden merasa curiga, tetapi mereka tidak punya waktu untuk memeriksa identitas wanita itu. Mereka harus segera membawa pangeran ke tempat yang aman sebelum musuh mengetahui keberadaannya.

Mereka berhasil membawa pangeran keluar dari istana tanpa terdeteksi, tetapi saat mereka sedang melarikan diri, mereka diserang oleh pasukan kerajaan yang dipimpin oleh sang pangeran.

Requiem, Aiden, dan Liana berjuang dengan gigih untuk melawan pasukan kerajaan, tetapi mereka sangat terdesak dan hampir kalah. Namun, saat situasinya sudah semakin buruk, muncul sosok misterius yang datang untuk membantu mereka.

Sosok itu adalah seorang ksatria dengan kekuatan magis yang hebat, dan dia membantu Requiem, Aiden, dan Liana untuk melawan pasukan kerajaan. Dalam pertempuran yang sengit, mereka berhasil mengalahkan musuh dan membebaskan pangeran dari cengkeraman mereka.

Setelah berhasil melarikan diri dari kejaran musuh, Requiem, Aiden, Liana, dan pangeran menuju tempat yang aman untuk beristirahat dan merencanakan langkah selanjutnya. Mereka menyadari bahwa konspirasi yang tersembunyi di balik tindakan pangeran lebih besar dan lebih berbahaya daripada yang mereka pikirkan sebelumnya.

Requiem dan sekutu barunya harus segera mengungkap kebenaran dan menghentikan konspirasi sebelum terlambat. Namun, waktu mereka semakin berkurang dan musuh semakin kuat. Bisakah mereka berhasil menyelesaikan tugas mereka dan menghentikan kejahatan yang merajalela di kerajaan?

Aiden berada di depan pintu ruang tengah. Mereka menunggu beberapa saat sebelum pintu terbuka dan beberapa ksatria keluar, diikuti oleh pangeran.

"Apa yang kau lakukan di sini, Requiem?" tanya pangeran dengan suara keras.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," jawab Requiem.

Pangeran mengangguk singkat dan mereka masuk ke dalam ruang tengah. Mereka duduk di meja besar dan Requiem mulai menjelaskan tentang konspirasi yang terjadi di kerajaan.

"Aku sudah menyelidiki selama beberapa waktu dan menemukan bahwa ada pihak ketiga yang mencoba mengambil alih kekuasaanmu. Mereka mungkin mencoba membunuhmu atau menggunakanmu sebagai alat untuk mencapai tujuan mereka," jelas Requiem.

Pangeran terdiam sejenak, kemudian berkata, "Aku tahu tentang konspirasi itu. Dan aku sudah mengambil tindakan untuk menghadapinya."

Requiem menatap pangeran dengan heran, "Apa yang kau maksud?"

"Aku sudah mengirim agen rahasia untuk menemukan siapa dalang di balik konspirasi itu dan mereka sudah berhasil menangkapnya. Tapi, mereka masih membutuhkan bukti yang lebih kuat untuk menghentikan pihak ketiga itu sepenuhnya," jawab pangeran.

Requiem merenung sejenak dan berkata, "Aku akan membantu kalian untuk mencari bukti yang lebih kuat itu. Tapi, aku ingin memperingatkanmu bahwa pihak ketiga itu mungkin tidak akan diam saja."

Pangeran mengangguk dan mereka bersama-sama merencanakan strategi untuk menghadapi pihak ketiga yang berbahaya itu.

Setelah rapat selesai, Requiem dan Aiden kembali ke penginapan mereka. Mereka duduk di ruangan kecil yang sederhana dan Requiem memperhatikan Aiden dengan tatapan tajam.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Requiem.

"Aku pikir kau benar-benar terlibat dalam masalah ini, bahkan lebih dari yang kau sebutkan," jawab Aiden.

Requiem terdiam sejenak, kemudian berkata, "Aku pernah membunuh seseorang yang tidak bersalah dan itu menghantuiku selama bertahun-tahun. Aku tidak ingin mengulanginya lagi."

"Aku mengerti. Tapi, apakah kau siap untuk menghadapi bahaya yang ada di depan?" tanya Aiden.

Requiem mengangguk, "Aku sudah terbiasa dengan bahaya. Dan aku tidak akan membiarkan orang-orang yang dekat denganku terluka."

Aiden tersenyum, "Itulah yang membuatmu berbeda dari pembunuh bayaran lainnya. Kau punya hati."

Requiem tidak berkata apa-apa, tetapi senyum kecil muncul di wajahnya. Dia merasa bahwa dia telah menemukan teman yang sejati dalam Aiden.

Mereka kembali ke kamar mereka dan bersiap untuk tidur, tetapi tiba-tiba suara ledakan mengguncang udara.Requiem dan Aiden langsung berdiri dan mengecek jendela. Mereka melihat bahwa ada sebuah bangunan yang sedang terbakar di kejauhan.

"Apa itu?" tanya Aiden.

"Tidak tahu," jawab Requiem. "Tetapi itu bisa menjadi kesempatan untuk kita keluar dari kota ini. Kita bisa bersembunyi di antara kerumunan orang yang menyelamatkan diri mereka dari kebakaran."

Aiden mengangguk setuju, lalu mereka segera keluar dari kamar dan menuju ke arah kebakaran. Setelah sampai di sana, mereka bergabung dengan kerumunan orang dan berusaha menyelamatkan diri dari api yang semakin menjalar. Requiem dan Aiden mencoba menemukan celah untuk melarikan diri dari kota itu.

Namun, ketika mereka berlari melewati jalan yang sepi, mereka dihadang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan tetangga yang menduduki kota itu. Prajurit-prajurit itu memegang pedang dan memaksa Requiem dan Aiden untuk menyerahkan diri.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya seorang prajurit.

"Kami hanya berusaha menyelamatkan diri dari kebakaran," jawab Requiem dengan tenang.

"Tidak mungkin. Kalian pasti memiliki alasan lain untuk berada di sini."

"Apa yang kalian inginkan dari kami?"

"Pangeran kami hilang dan kami mencurigai bahwa kalian berada di balik hilangnya dia. Kami akan membawa kalian untuk diinterogasi."

Requiem dan Aiden saling pandang, lalu mereka mengambil tindakan. Requiem langsung menyerang prajurit yang memegang pedang, sedangkan Aiden melawan prajurit lainnya. Pertarungan sengit pun terjadi di tengah jalan yang sepi.

Setelah berhasil mengalahkan prajurit-prajurit itu, Requiem dan Aiden kembali melanjutkan pelariannya. Mereka berusaha mencari jalan keluar dari kota itu, sambil terus berjalan dan berlari tanpa henti. Namun, mereka tahu bahwa tugas mereka belum selesai. Mereka masih harus menemukan cara untuk menghentikan konspirasi yang sedang terjadi dan membawa keadilan bagi pangeran yang tidak bersalah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!