Di Tengah Perang Besar

"Masuk!"

"Tidak!"

"Kubilang masuk!"

"Kenapa aku harus menurut padamu?!"

bugh

"ITTE!"

BUGH

"Hoi ... dia bisa berkelahi!" sahut rekan prajurit yang dipukul oleh Kazuki perutnya.

Prajurit besar itu terkapar, wajahnya terlihat sangat kesakitan dan dia menekan keras bagian perutnya yang terasa perih. Sepertinya pukulan Kazuki terlalu keras untuk dirinya.

"Jangan diam saja, hentikan dia!" perintah prajurit yang terkapar itu.

Kazuki mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan telapak tangannya pada prajurit kurus yang masih berdiri gemetar.

"Aku tidak bermasalah." ujarnya dengan tenang.

Prajurit kurus itu pun diam sebentar, mempelajari mimik pemuda itu kemudian saling kontak mata dengan rekannya untuk menilai hal tersebut.

"Baiklah, kamu pemuda tidak jelas, kami akan melepaskanmu. Tapi pakailah baju terlebih dahulu!" ujar si prajurit kurus sambil bertolak pinggang.

Prajurit besar bangkit kemudian mengajak Kazuki masuk ke bangunan mirip rumah hantu itu. Kazuki yang sedari tadi sepenuhnya tidak mengerti apa yang sedang di bicarakan dua orang itu akhirnya hanya mengekor di belakang.

Prajurit bertubuh besar menyerahkan sebuah pakaian sederhana berwarna merah dan hitam kepada Kazuki. Tidak sampai di situ, dua prajurit yang melihat Kazuki sepertinya tidak mengerti cara pakainya pun berusaha mencontohkan dengan benar.

"Pemuda ini aneh sekali, dia seakan-akan bukan berasal dari sini," lontar si prajurit kurus keheranan.

"Kamu benar saudaraku, aku juga belum pernah mendapatkan serangan fisik sekuat itu sebelumnya. Tidakkah dia menguasai kultivasi spiritual tingkat tinggi?" Kali ini Kazuki mengerti apa yang prajurit besar ucapkan.

Batinnya bergelut tentang sebab keberadaannya di sini. Terakhir kali dia melepaskan jurus aneh dari gulungan-

"Dimana gulungannya?!" teriaknya histeris memeriksa seluruh bagian celananya.

Kosong~

"Astaga, padahal dengan adanya itu Yakunin Ninja pasti akan percaya... Yakunin Ninja itu dongeng atau asli, ya? Akh aku pusing dengan semua ini!" Kedua prajurit yang sedari tadi memperhatikan Kazuki, dibuat kepelikan ketika pemuda itu berteriak sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Dia mungkin sudah gila," ujar si kurus.

"Iya, kudengar orang gila memang tidak pernah menahan diri. Apalagi pukulan tadi."

"Kau tidak terima ya dikalahkan pemuda ini dalam sekali pukul?"

"Iya, maksudku tidak."

'Ya sudahlah, kuharap aku menemukan bantuan dengan berada di sini. Kalau begitu, aku akan kembali ke bukit tadi saja, mungkin saja gulungannya masih ada di sana!' batinnya optimis sedikit harap harap cemas.

Kazuki membungkuk sebentar dengan maksud berterima kasih kemudian pergi dari sana dengan meloncat dari atap ke atap membuat dua prajurit itu menjatuhkan rahangnya.

'Kalau tidak salah seharusnya ke arah sini. Ck, seberapa jauh dua prajurit itu menyeret ku. Kenapa daerah pemukimannya luas sekali!' batin Kazuki kesal. Dia berhenti sejenak di atap bangunan tinggi melihat sekeliling. Pandangannya berhenti pada suatu objek yang kira-kira sejauh 1 km darinya. Sekelompok orang berjubah, merapalkan sebuah mantra membentuk lingkaran asing bercahaya kemudian betapa terkejutnya pemuda itu, sebuah bongkahan batu api raksasa di hempaskan menuju tempatnya. Tepat di sini, di titik Kazuki berdiri. Orang-orang yang sadar ketika mendengar suara gesekan udara mulai berlarian panik.

Mau tidak mau, siap tidak siap Kazuki memusatkan seluruh cakranya menuju satu titik kemudian mengeluarkan jurus kehampaan. Beruntung sudut tembakan 70° sehingga dia mendapat waktu tambahan mengeluarkan jurus pamungkasnya itu.

Swooshh

Sebelum benturan terjadi batu raksasa berapi itu sudah lenyap di makan jurus Kazuki. "Hahh, hahhh...sial, bisa-bisa aku pingsan di sini. Tidak ah, turun dulu!" Kazuki turun ke bawah lalu menyandarkan punggungnya ke bangunan tadi yang sudah sepi karena orang-orang terlanjur pergi menyelamatkan diri tadi.

"Apa aku boleh mencuri?"

BRAAKHHHGG

Ternyata tembakannya tidak hanya sekali melainkan berkali-kali namun dengan batunya kali ini jauh lebih kecil dari yang pertama sehingga Kazuki yang sempat terkena tepian tembakan batunya tidak cedera parah.

Pounnnngghh

"Suara apa itu?" gumam Kazuki, dia menaiki atap bangunan tinggi itu kembali kemudian memusatkan matanya pada pemandangan yang menakjubkan.

Gerombongan pasukan infanteri, kavaleri dan pasukan udara yang jumlahnya sangat banyak berterbangan tampak menyerbu ke arah para pelempar batu berada. Beberapa dari mereka heran melihat Kazuki yang melongo menyaksikan mereka melintas.

Sebuah regu berisi belasan orang yang terbang mendarat di atap mendekati Kazuki, pemuda itu sedikit was-was. Ternyata mereka adalah pasukan medis, mereka menyembuhkan luka pendarahan dan lecet di badan Kazuki dengan semulus-mulusnya. Kemudian mereka memberikan pakaian baru kepada pemuda itu, karena baju barunya tadi sudah rusak dan robek terkena lemparan batu.

"Terima kasih!" tutur Kazuki dengan sedikit tersenyum. Mereka nampak keheranan mendengar bahasanya, tapi ketua mereka, wanita bercadar yang menyembuhkan Kazuki mengangguk dengan senyuman tersembunyi kemudian pergi.

'Dia mengerti bahasaku? Atau hanya sekedar tahu maksudku?' batin Kazuki memandangi pasukan itu pergi.

Pertarungan dahsyat mulai terjadi ketika ribuan pasukan kubu dari timur, yang menyerang menggunakan batu bermunculan dari balik bukit melakukan perlawanan hingga efeknya sampai pada desa tempat Kazuki berada.

"Kalau begini sudah jelas, perang antar klan. Aku tidak bisa memeriksa gulungannya, karena sudah pasti hancur, apalagi dengan kekuatan sebesar itu," keluhnya pada diri sendiri. Tiba-tiba ia tersadar akan sesuatu, dia menatap kedua tangannya.

"Kekuatan wanita itu, juga memulihkan cakraku?!" kagetnya.

"Pasukan medis saja sekuat itu, apalagi pasukan tempurnya, hhh," kekehnya suram.

'Dunia ini jelas berbeda dari duniaku, aku bisa terlempar ke sini itu pasti karena jurus itu. Gulungan jurus terlarang? Mungkin dengan mengulang jurusnya bisa membuatku kembali ke sana, jenius!' batinnya bersorak senang.

Kazuki kemudian meninggalkan area peperangan itu, menuju barat. Berharap menemukan tempat serupa dengan di dunia asalnya, di mana hutan hujan penuh cakra alam.

"Kalau aku bisa menemukan tempat itu, maka klan pasti akan selamat dari Seizen!" yakin nya.

\=\=\=\=\=\=\=

Istana Kekaisaran Yan

Di singgasana agung yang di duduki Kaisar Yan Gaozo yang memegang tahta kaisar semenjak 20 tahun penobatan kini terlihat lemas. Pikirannya berkecamuk, tak bisa tenang memikirkan nasib kekaisaran Yan yang di tepi kehancuran, melawan kekaisaran Dong yang dipimpin oleh Empress baru menduduki tahta kaisar yang telah meninggal, Meng Xiao.

Permaisuri Xiang, mencoba menenangkan sang kaisar dengan mengajaknya beristirahat di kediaman Kaisar agar melupakan sejenak konflik Istana. Tapi sang Kaisar menolak dengan halus.

Sang Putri dari permaisuri Xiang bernama Yan Fangyin yang ikut setiap rapat menteri memperhatikan dengan teliti tiap hari, jumlah laporan permasalahan semakin bertambah entah dalam bidang ekonomi, pertahanan atau lainnya. Putri Fangyin amat sangat mensyukuri keberadaan akademi Kultivasi dan spiritual di kekaisaran Yan yang mampu menjadi kekuatan tambahan pertahanan kekaisaran. Daerah tenggara kekaisaran hampir berhasil direbut Kekaisaran Dong. Namun lewat jalur politik, sang Putri berhasil mencegah semua itu. Dia adalah seorang jenius politik dan kultivasi, di mana Putri Fangyin sendiri sudah berada pada Kultivasi Bumi tingkat 6 di usianya yang ke 18 tahun. Di mana normalnya baru bisa di capai usia 25 tahun, dia 7 tahun lebih cepat. Sementara kultivasinya berada pada bumi tingkat empat. Itu adalah hal yang bagus bagi Kekaisaran, namun hal itu sangat amat memalukan bagi kaisar Gaozo sebagai seorang ayah memanfaatkan putri-putrinya yang seharusnya terjaga di dalam istana malah bergerak keluar menyelesaikan masalah istana.

Putri Fangyin pun undur diri dari rapat malam hari itu setelah mendengar tanda pasukan perang sudah kembali. Perang di timur memakan waktu 3 pagi 3 malam. Para pangeran Kultivator yang menyertai perang segera di bawa masuk menuju kediaman pangeran untuk beristirahat. Sementara itu Putri Fangyin menemui sang kakak, Putri Qiaofeng yang menyertai perang sebagai ketua pasukan medis.

"Jiejie, bagaimana keadaan, Jiejie? Istirahatlah di kamar Meimei, untuk malam ini saja!" Bukan karena apa dia memaksa, hanya saja kakak perempuan satu ini sangat saleh dan tahu diri. Dan si adik yang menyayanginya begitu perhatian terhadap hal itu. Adik kandungnya ini spesial dan dispesialkan oleh Kekaisaran.

"Jiejie baik-baik saja, Meimei." Qiaofeng memegang kedua lengan Fangyin membuat adiknya menatapnya lekat.

"Jiejie sudah menemukan-nya!"

Terpopuler

Comments

Erarefo Alfin Artharizki

Erarefo Alfin Artharizki

itte itu bahasa jepang ga sih ?

2023-04-26

0

Tiana

Tiana

itte ini maksudnya apaan thor ?

2023-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!