Setelah cukup lama mencari, Alona tiba disebuah rumah yang cukup besar dan mewah dihadapannya. Sekali lagi, ia membaca alamat dengan teliti yang telah dikirimkan pada dirinya tadi.
"Kencana, no 131" eja Alona.
Karena nomor rumah tersebut telah sesuai dengan yakin Alona melangkahkan kakinya untuk mendekati sebuah pagar besi hitam menjulang tinggi disana.
"Permisi ..." Panggil Alona dengan sabar.
"Yah, siapa ya?" tanya seorang security padanya.
"Maaf pak, apa benar ini rumah mami Neli?" tanyanya dengan sopan.
"Benar, apa kau sudah membuat janji denganya hari ini" sahut security rumah itu tanpa membukakan pagar di antara mereka.
Belum sampai mulut Alona menjawab pertanyaan itu, sebuah mobil Mercedes Benz milik Neli sudah mendarat tepat dibelakangnya.
Tin ... Tin ...
Bunyi klakson mobil tersebut berulang kali.
"Siapa gadis itu, berdiri mematung disana. Menghalangi jalan saja" gerutu Jack panggilan nama untuk seorang bodyguard Neli.
Sementara dikursi penumpang lainnya, Neli masih tampak sibuk menggulirkan jarinya diatas ponsel miliknya dengan penuh ketelitian.
"Ada apa ini, kenapa kalian berhenti. Cepat bawa aku segera masuk kedalam rumah" pinta Neli tanpa memperdulikan sekitar dan tetap asyik dengan aktifitas yang ia lakukan.
"Tapi bos, didepan ada seorang gadis yang berdiri menghalangi jalan kami" sahut Jack menjelaskan.
Tidak berselang lama, pagar hitam rumah itupun terbuka selebar-lebarnya disana. Sementara Alona sedikit menepi diujung pos security.
"Bawa dia masuk" perintah Neli pada Jack.
Karena dari kejauhan, Neli sudah mengetahui bahwa itu adalah Alona.
"Siap bos" timpal Jack dengan segera menutup pintu mobil.
Ia pun berlarian kecil untuk menghampiri Alona didepan.
"Hei, cepat ikuti aku. Bos memanggilmu" ajak Jack tanpa basa-basi.
"Jack, bersikaplah yang manis pada wanita cantik ini" tegur Pilow dengan menyunggingkan senyuman.
Pilow adalah nama panggilan bodyguard Neli yang ke dua, jiwanya sangat lembut meski memiliki tampang yang garang. Hatinya lebih mudah tersentuh dibandingkan Jack dan temannya yang lain.
"Mari mbak, silahkan" tuntun Pilow dengan lembut melewati kata-kata.
"Dia paling bisa mencari kesempatan dalam segala hal. Hash" gumam Jack dengan menggelengkan kepalanya.
Setibanya didalam rumah, Alona masih dibuat takjub dengan semua ornamen rumah Neli. Baik hiasan maupun pernak-pernik rumah itu terlihat sangat mewah, dalam rumah yang begitu luas itu terdapat sebuah tempat yang berada tak jauh dari rumah utama Neli.
Tempat itu adalah, rumah singgah yang diperuntukkan untuk para gadis maupun wanita koleksi Neli.
"Silahkan diminum mbak" sapa seorang asisten rumah tangga Neli yang membawakan minuman untuk Alona.
Ia adalah Ijah, dirinya telah mengabdi dirumah itu 10 tahun lamanya. Dan sudah sangat terbiasa dengan lingkungan yang seperti itu.
Alona terlihat sedikit gugup kala itu, ia mencoba menenangkan hatinya sembari memainkan jarinya untuk diputar beberapa kali.
"Jack, cepat panggilkan mami"
"Apa dia tak inginkan uang ini?" suara lembut seorang wanita dengan baju sexy.
Ia memiliki rambut bewarna kecoklatan dengan panjang sebahu, dirinya biasa di panggil dengan sebutan Jean oleh mami dan para penghuni rumah disana.
Mulutnya sibuk mengunyah sebuah permen karet berulang kali, dan sesekali bibir kecilnya meletupkan sebuah balon kecil dari ujung bibirnya.
Dia memperhatikan penampilan Alona dari ujung rambut hingga kaki, dan terkadang menyungingkan senyum tipis diwajahnya.
"Apa dia baru?" tanya Jean dengan acuh.
"Entahlah" timpal Jack cuek.
"Jika benar, lumayan cantik juga" imbuh Jean memuji Alona.
Hanya bisa terdiam Alona mendengar percakapan keduanya kala itu, karena dirinya memang tak mengerti kemana alur pembicaraan itu sama sekali.
*
*
*
Setelah lama menunggu Neli untuk turun menghampiri dirinya. Kali ini, perempuan itu turun dengan mengenakan baju yang tak kali seksi dari Jean. Kedua bola mata Alona terbelalak melihat penampilan Neli yang berbanding terbalik ketika mereka pertama bertamu.
"Maafkan aku sayang, karena mami baru saja selesai mandi" sapa Neli pada Alona dengan ramah.
Alona hanya mengangguk tanpa berkedip.
"Mam, ini jatahmu"
"Lunas ya, deal" sahut Jean yang berdiri disebelah Neli.
Dengan jemari lentiknya, Neli menghitung semua lembaran uang itu dengan penuh ketelitian.
"Panggilkan temanmu yang lain, hari ini mereka belum memberikan setoran sama sekali padaku" imbuh Neli dengan sinis.
"Katakan pada mereka, tidak akan ada hidup enak jika setoran untukku tak berjalan dengan baik dan semestinya" oceh Neli .
"Kenapa selalu aku mam, panggil saja mereka kesana"
"Mereka bukan bayi yang harus setiap hari aku ingatkan bukan?" elak Jean dengan kesal.
"Cepat jalankan perintahku Jean!" Bentak Neli dengan pandangan mengerikan.
Jean berjalan meninggalkan semuanya diruangan itu dengan kesal, berbeda dengan Alona yang masih tampak meraba kemana sebenarnya alur pembicaraan mereka semua.
"Sampai dimana tadi sayang?"
"Tunggu dulu, katakan padaku siapa namamu?" tanya Neli dengan manis.
"Alona" jawabnya singkat.
"Ayolah, tak perlu setegang itu jika bersama mami. Anggap saja ini rumahmu juga" bujuk Neli.
Alona tersenyum simpul.
"Jadi, kau kemari ingin bekerja bukan?. Katakan padaku, berapa banyak uang yang kau butuhkan saat ini?" tanya Neli to the point.
"Aku membutuhkan 15 juta setiap harinya mam" terang Alona.
"Lumayan, kau pasti bisa dapatkan itu dengan mudah"
"Ambilah ini, dan bayar dulu keperluan dirimu dengan uang itu saat ini" pinta Neli dengan memberikan nominal uang yang disebutkan oleh Alona.
"Tapi, aku sama sekali belum bekerja mam" imbuh Alona dengan raut wajah terkejut.
"Jika kau mengambil uang itu dan pergi dari sini, aku anggap kau sudah bekerja denganku. Dan menyetujui pekerjaan itu"
"Sudahlah, cepat pergi. Bukankah ibumu tengah menunggu uang itu untuk mendapatkan pengobatan yang baik. Jadi cepat selesaikan dengan segera, lalu kembalilah kemari untuk bekerja denganku" jelas Neli.
Ucapan Neli seutuhnya benar, dan itu membuat Alona tidak berpikir terlalu lama. Yang ia tahu saat ini bahwa sang ibu benar-benar menunggunya untuk membawa uang itu dirumah sakit.
"Aku akan kembali mam, terimakasih untuk kebaikan hatimu" seru Alona dengan riang.
"Bagus, kembalilah dengan cepat sayang. Cetak semua uang itu untukku secepat mungkin" gumam Neli licik.
Alona yang terhimpit oleh keadaan finansial, tak dapat berpikir jernih seutuhnya. Dan ketika hatinya ragu dan bimbang, Alona tepis dengan cepat demi sang ibu. Tanpa ia sadari dengan baik, bahwa segepok uang tersebut akan membawanya ke hal yang jauh lebih buruk.
Yang tak akan pernah Alona bayangkan sebelumnya. Sebuah hal gelap dalam hidup Alona yang tak lama lagi akan merundung nasibnya.
"Apa kau sudah mendengar namanya tadi, ya Alona"
"Mulai detik ini, kau ikuti dan awasi semua gerak geriknya Jack. Jangan pernah kau biarkan ia untuk lari dari cengkeraman kita" perintah Neli .
Bersambung ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments