Bab 4

Ci Mei hanya bisa menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya lalu berpaling dari arah pandangannya terhadap Alona.

"Selama aku masih disini, tidak akan pernah ada seorangpun yang akan perduli padanya!" seru Hesti dengan penuh kepuasan.

Pada akhirnya, amplop coklat yang berada di tangan Alona pun berhasil direbut oleh para preman tersebut dengan paksa secara kasar. Mereka mendorong sebagian tubuh Alona hingga tersungkur di atas jalan aspal saat itu.

Ketika keduanya puas mendapatkan apa yang telah di inginkan, mereka lantas pergi begitu saja dari hadapan Alona.

"Lumayan, paling tidak bos akan sedikit bahagia hari ini" seru preman berkepala plontos yang tengah membuka isi amplop coklat tersebut.

Tanpa Alona tau, ci Mei telah memberikan extra tips untuk dirinya saat itu. Karena merasa iba, ci Mei yang juga memiliki ibu yang sakit lumpuh ingin sedikit meringankan beban Alona. Tapi sayang, uang itu kini telah berpindah tangan secepat kilat.

"Ayo Alona, berdirilah" serunya dengan kembali bagkit dan membersihkan telapak tangannya yang telah mengalami luka dan memar akibat jatuh dan tersungkur.

*

*

*

Siang hari itu, sepanjang dirinya berjalan Alona sangat merasa kehausan. Dan ia pun memutuskan untuk beristirahat sebentar duduk disebuah halte pemberhentian bus di tepi jalan. Alona membeli sebuah air mineral untuk membasahi tenggorokannya yang sudah mulai mengering.

"Kak ..."

"Tolong aku, berikan aku uang sedikit saja untuk makan hari ini. Aku sama sekali belum makan sedikitpun" rintihan anak kecil tepat disampingnya.

Dengan mengenakan baju compang camping, serta rambut yang lusuh, Alona menatap wajah gadis kecil itu dengan lembut.

"Sayang, dimana ayah dan ibumu?"

"Kenapa dirimu sendirian disini" tanya Alona lembut.

"Aku sejak kecil sudah hidup dijalanan kak, aku tak tahu dimana ibu dan ayahku" ujarnya singkat memberikan gambaran atas apa yang telah menimpa dirinya.

Mendengar hal itu, tak terasa Alona meneteskan air matanya. Ia pun memberikan beberapa uangnya untuk gadis kecil tersebut. Meski Alona tahu, saat ini kondisinya begitu sulit. Bahkan dirinya sendiripun belum makan sejak sang ibu masuk rumah sakit.

"Ambilah, dan beli makanan kesukaanmu" tutur Alona dengan mengusap rambut gadis kecil tersebut.

"Kak, uang ini sangat banyak. Ambilah ini untuk mu, aku hanya ingin membeli nasi saja" ujarnya polos.

Gadis kecil itu mengembalikan selembar uang kertas pecahan 100 ribu rupiah kepada Alona saat itu, ia hanya meminta seperlunya saja pada Alona saat itu. Mendapati hal itu, Alona kembali menangis bahwa sejauh ia mengenal seseorang masih banyak orang terutama gadis kecil tersebut yang berhati malaikat.

"Baiklah, pergilah. Berjanjilah padaku, makan yang kenyang ya. Dan jika suatu hari kau melihatku, panggil saja aku. oke" pintanya dengan manis.

Penuh dengan tawa dan riang, gadis itu berlalu dari hadapan Alona.

Saat Alona hendak memasukkan sisa air mineral miliknya pada tasnya, tak sengaja selembar kartu nama yang ia dapatkan dari seorang wanita dirumah sakit tadi terjatuh tepat disebelah kakinya.

"Oh ya, aku telah berjanji padanya untuk menghubunginya nanti"

"Semoga saja, ada sebuah jalan baik disini" dialog Alona terhadap dirinya sendiri.

Tut ... Tut ...

Nada ponsel Alona berdenting beberapa kali untuk menghubungi mami Neli.

"Bos ada nomor baru untukmu" terang anak buah mami Neli yang mengulurkan sebuah ponsel.

"Mungkin saja dia pelanggan lamaku, kemarikan tanganmu" sahutnya dengan santai.

Neli pun mengangkat sebuah panggilan masuk itu dengan gaya santainya, karena saat itu ia tengah melakukan perawatan kuku disebuah salon kecantikan maka ponsel miliknya di pegang oleh anak buahnya tepat disampingnya.

☎️ " Yah, hallo" ujar Neli.

☎️" Siang mam, eh maaf sore" sahut Alona gugup.

☎️" Siapa kamu?" tanya Neli di ujung telepon miliknya.

☎️" Mam, apa masih mengingat diriku? aku yang tidak sengaja menabrak mami Neli dirumah sakit tadi.

Beberapa detik kemudian, Neli bangkit dari posisi rebahanya dan menyuruh pegawai salon tersebut menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Minggir" perintah Neli sambil menjauhkan ponselnya.

☎️" Mam, maaf apa aku mengganggu dirimu?" tanya Alona kembali.

☎️"Tidak-tidak, santai saja. Tentu aku mengingatmu dengan baik, begini saja datanglah ke rumah mami sore petang nanti. Aku akan kirimkan alamatnya pada dirimu" jelas Neli.

☎️ "Baik mam, aku tunggu terimakasih" pungkas Alona sambil menutup panggilannya.

"Baguslah, aku akan mendapatkan sebuah mainan baru dengan harga fantastis. Kemarilah sayang, mami akan dengan senang hati merawat mu sebaik mungkin" seru Neli dengan wajah riang gembira.

Ia merasa sangat puas, karena gadis incarannya kembali masuk dalam perangkapnya dengan mudah. Neli adalah seorang mami dirumah bordil disebuah kawasan kota, rumah bordilnya begitu di gandrungi para lelaki hidung belang.

Karena disana, ia menerapkan sebuah sistem jaminan kepuasan pelanggan 1000 persen. Dan tak jarang dari para lelaki hidung belang itu, memberikan pundi-pundi tips untuk Neli dan beberapa anak didiknya.

"Cepat selesaikan ini, karena aku ingin segera pulang dan tiba dirumah" terangnya pada seorang pegawai salon.

"Mami senang sekali rupanya hari ini, apa ada kabar gembira?" timpal karyawati tersebut dengan terus memoles kuku-kuku panjang Neli.

"Tentu, aku akan mendapatkan sebuah brilian"

"Brilian yang sangat memiliki kilau menawan" ujarnya kembali.

"Waah, selamat ya mam" sahut pegawai tersebut.

"Tak perlu bersandiwara seperti itu, aku tahu apa maksud mu" timapl Neli sembari memberikan selembar uang tips yang ditempelkan di atas dahi pegawai tersebut.

"Wah, mami memang terbaik" pekiknya kegirangan.

"Ayo kita pulang" perintah Neli pada ke dua body guardnya.

"Siap bos"

Neli pun bergegas untuk membayar semua perawatan tubuhnya ke meja kasir dengan segera mengeluarkan dompet brandednya yang super mahal.

"Katakan, berapa yang harus aku bayar padamu" pinta Neli tanpa memandang wajah pegawai disana karena sibuk menghitung lembaran uangnya.

"Hai Nel, sudahlah tidak perlu kau bayar perawatan mu. Itu semua free" seru Monica yang baru saja tiba disalonya sendiri.

Salon kecantikan tersebut adalah milik sahabat baik Neli sejak dulu, tak jarang Monica pun sering membawakan seorang customer pria hidung belang ke rumah bordilnya.

Dan dengan itu, Monica pun sering mendapatkan tips dari Neli maupun sang customer.

"Ah lu paling bisa, makasih ya" imbuh Neli dengan senyuman.

"Iyalah, sama gue mah santai" timpal Monica dengan meletakkan tas mewahnya.

"Oke lah, kalau gitu aku pulang dulu ya. Sudah ada yang nunggu aku dirumah soalnya, sering-sering lah kau main kesana ya" tegas Neli memberikan isyarat pada sang sahabat.

Karena tidak ada seorangpun yang tahu bahwa keduanya memiliki bisnis di dunia malam dan sebagainya. Yang orang awam tahu, keduanya hanyalah seorang sosialita dengan bergelimang harta.

Bersambung ♥️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!