Ketika Perasaan Risau Timbul Kembali

"Assalamuailainaa Wa A'ala Ibadillahish Sholihiin" ucap Kak Surya ketika membuka pintu rumah kami, meski hanya hening yang menjawab dan Kak Surya pun tau bahwa di dalam rumah tidak ada siapa-siapa, tapi ucapan itu juga selalu ayah ajarkan pada kami bila hendak memasuki rumah yang tidak ada penghuninya.

Setelah Jasad ibu dan Mentari ditemukan dan menyusul jasad ayah beberapa jam kemudian, yang mana baru teridentifikasi pada sore harinya. Kak Surya meminta tolong pada para petugas relawan untuk membawa jasad Ayah, ibu, serta adik kami ke rumah, karena Kak Surya berencana mengebumikan mereka esok harinya.

Halaman rumah kami memang cukup luas dan lagi rumah panggung kami tidak mengalami kerusakan yang terlalu parah hanya sebagian gentengnya saja yang terjatuh, sehingga para relawan membangun tenda pengungsian di tempat tersebut.

"Dek, kamu istirahat dulu aja, biar kakak yang mengaji" ucap Kak Surya dan kembali keluar menuju tenda darurat tempat Ibu, Bapak, dan juga Mentari di baringkan sementara.

Aku hanya mengangguk mengiyakan sebab tubuh serta pikiran ini begitu sangat lelah dan suaraku mulai hampir habis, mataku pun masih merah dengan hidung yang masih terasa kedat sekali. Mungkin ini efek dari sepanjang siang tadi aku terus menangis, karena melihat ketiga orang yang aku sayangi telah terbujur kaku meninggalkanku untuk selamanya apalagi pada sore hari cuaca deras mengguyur daerah ini membuat udara menjadi lebih dingin dari biasanya seolah alam pun menangis turut berduka atas apa yang menimpa kami.

Pagi harinya jasad ketiga orang tercintaku, mulai di kebumikan dibantu oleh para relawan dan ketiganya di makamkan di samping rumah kami. Aku yang tak kuasa menahan sedih kembali meneteskan air mata, ketika Kak Surya mengumandangkan Adzan serta iqomah di liang lahat tempat peristirahatan terakhir ayah, sementara tempat Ibu dan Mentari dilakukan oleh para relawan.

Kutau hari itu bukan hanya kami berdua saja yang merasakan kesedihan tapi semua orang terdampak pun sama merasakan kehilangan akibat bencana gempa bumi ini, baik orang yang mereka sayangi dan juga harta benda yang telah dikumpulkan selama ini namun semua itu tidak akan mengurangi rasa sedih yang menyelimuti hatiku, begitupun rasa sedih yang dirasakan oleh orang lain.

Tragedi bencana alam ini akan menjadi kisah pilu yang akan sulit terlupakan bagi kami yang telah terkena dampak secara nyata, dimana ratusan orang meregang nyawa serta ratusan lainnya mendapatkan luka-luka dan terjadi hanya dalam hitungan sekian detik saja. Mungkin inilah yang pernah dirasakan oleh saudara-saudari yang tinggal di daerah serambi mekkah maupun di kota lima dimensi kala terjadi bencana gempa dan tsunami di sana maupun bencana-bencana lainnya yang pernah kulihat diberita televisi dan kini aku merasakannya sendiri, sungguh mengerikan dan menyesakkan kawan.

Hari-hari berikutnya kami hanya mengandalkan uluran tangan dari para donatur yang berasal dari orang-orang dermawan di seluruh negeri tercinta ini. Yang disalurkan oleh para relawan baik dari lembaga pemerintah, lembaga swasta, partai maupun organisasi masyarakat yang mendirikan posko-posko peduli gempa di daerah kami.

Bahkan di desa sebelah katanya orang nomor satu di negeri ini beserta para pejabatnya ikut turun meninjau secara langsung ke tempat lokasi pusat gempa sebagai bentuk kepedulian. Meski di minggu pertama bantuan tersebut belum sepenuhnya tersalurkan secara merata, karena selain terkendala oleh jarak dan akses jalan pun di beberapa tempat juga hancur cukup parah, apalagi hujan sering turun membuat para relawan kesulitan menggapai lokasi tersebut.

Meski gempa berskala kecil masih sering terjadi hingga hampir dua bulan berikutnya, bahkan pernah terjadi gempa berskala besar lagi yang terjadi pada waktu dini hari dan kembali memakan korban jiwa, meski tak sebanyak pada akhir bulan sebelas lalu.

Ditengah-tengah belum jelasnya bantuan yang dijanjikan oleh pemerintah, yang mana membuat warga melakukan demonstrasi di balai kota beberapa hari lalu, namun aktifitas mulai berangsur-angsur kembali berjalan seperti kegiatan sekolah, meskipun sebagian besar dilakukan di tenda-tenda pengungsian. Warga pun mulai kembali pergi ke ladang dan sawah-sawah mereka yang sebentar lagi siap panen.

"Sudahlah dek jangan bersedih terus kau harus tetap kuat untuk melanjutkan hidup. Karena sekeras maupun sehisteris kau menangis, tangisanmu tidak akan pernah mengembalikan ibu, ayah, maupun Mentari yang telah dipanggil oleh Sang Penguasa takdir, lebih baik kau mendoakan mereka supaya mendapatkan tempat terindah disisi-Nya. Bukankah kau ingin menjadi seorang dokter? Maka teruslah berjuang dan gapai cita-citamu itu dan kakak akan selalu mendukungmu" ucap Kak Surya yang selalu memberi nasehat padaku dikala rasa sedih itu menghampiri.

Memang rasa sedih itu datang dikala sepi, dimana kadang aku menatap kosong pada ketiga makam yang tidak jauh dari samping rumah dan rasa sesal itu kembali timbul kala aku mengingat kata maaf yang tak sempat terucap baik kepada Mentari, pada Ibu yang aku rindukan dikala memarahiku, pada Ayah yang selalu memberi nasehat bijak dikala aku melakukan kesalahan.

Di pertengahan tahun mendekati hari ujian sekolah aku yang baru pulang sekolah bersama Nurul yang semakin pendiam saja, sejak dua teman yang biasa bersama yaitu Siti teman sebangkunya Nurul telah pindah rumah ke kota lain sejak peristiwa gempa tempo hari dan alasan mereka pindah adalah untuk menghilangkan trauma dalam dirinya. Sebab Siti juga salah satu korban yang mengalami luka cukup parah, sementara Tuti teman kami yang paling cerewet nasib dia sama seperti adikku tidak terselamatkan karena tertimpa bangunan rumahnya.

"Assalamualaikum Kak," ucapku ketika sudah dekat ke teras rumah dan melihat Kak Surya tengah mengasah golok yang tidak jauh di sampingnya sebuah keranjang rotan kosong tergeletak begitu saja.

"Waalaikumsalam," jawabnya, lalu aku pun mencium telapak tangan Kak Surya yang kini satu-satunya saudara dekat yang kumiliki, meski memang masih ada Bibi adik kandung ayah tapi tempat tinggal beliau cukup jauh karena beda kecamatan, jadi jarang kemari dan hanya menengok kami dua minggu sekali dan kami pun memakluminya.

"Tumben Kak pulang cepat, bolos ya?" tanyaku menggoda, karena biasanya Kak Surya suka pulang kerja paling cepat selepas Ashar, tapi sepertinya hari ini sebelum Adzan Dzuhur berkumandang dia sudah berada di rumah.

"Enak aja, tadi kerjanya cuman setengah hari dan sekarang mau nyari kayu bakar buat pesanannya Bi Yum," jawab Kak Surya sambil mencubit pipiku.

"Mau sekarang berangkatnya, lebih baik ditunda esok pagi saja, akan sangat berbahaya karena pasti jalanan ke hutan sangat licin akibat hujan deras tadi malam apalagi cuaca masih agak mendung begini," timpalku mencoba mencegahnya sebab rasa khawatir menyelimuti diri ini, sebab meski sudah masuk pertengahan tahun hujan deras masih sering turun, padahal biasanya memasuki bulan ini musim kemarau akan tiba.

Tapi Kak Surya hanya menggeleng dan berucap, "Kita ini orang tak punya dan hanya sebuah kepercayaan dari orang lain yang kita miliki, jadi kita harus menjaganya dengan baik janganlah risau karena hidup dan matinya manusia itu sudah diatur oleh Dzat Yang Maha Kuasa" jawab Kak Surya sambil mengelus rambutku kemudian dia beranjak pergi.

"Assalamualaikum... Kakak pergi dulu, jaga dirimu baik-baik" lanjutnya.

"Waalaikumsalam," jawabku pelan, ada rasa sedih tersirat dalam diri ini karena aku tak bisa mencegah untuk melepas kepergian Kak Surya dan entah mengapa rasa gelisah muncul, ketika Kak Surya berbalik sambil menatap dan tersenyum dengan melambaikan tangan ke arahku. Entah mengapa warna baju yang dirinya pakai sama persis dengan yang dipakai Ayah sebelum pergi meninggalkanku pada hari itu, tatapannya bagai Mentari ketika hendak pergi ke sekolah diantara ibu yang tersenyum padaku persis seperti yang dilakukan oleh Kak Surya saat ini. Ah rasa gelisah ini seakan kian menusuk hati, namun aku tak mampu menahannya.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Jadi ngebayangin musibah di yogya dulu. Emang gak sama tapi tetep aja ada korban. Sedih bacanya 😭

2023-04-11

1

Ayano

Ayano

Iya kan. Jadi yatim piatu mendadak 😭

2023-04-11

1

Ayano

Ayano

Sedih banget pas dibagian ini 😭😭

2023-04-11

1

lihat semua
Episodes
1 Apakah Itu Sebuah Pertanda?
2 Disaster, Ketika Semua Hancur
3 Kenyataan Yang Menyayat
4 Ketika Perasaan Risau Timbul Kembali
5 Kenapa Tuhan Gemar Membuatku Menangis?
6 Kedatangan Tante Wulan
7 Nasehat Dari Seorang Sahabat
8 Penolakan Dari Putri Tante Wulan
9 Rencana Rinjani
10 Pindah Ke Asrama
11 Hari Pertama Ke Sekolah
12 Ujian Masuk Sekolah
13 Kelas 7D
14 Di Tunjuk Sebagai Perwakilan Sekolah
15 Tatapan Iri
16 RASA IRI BERUJUNG BULLYING
17 Membantu Bu Susi
18 Bimbel
19 Perlombaan Dimulai
20 Perlombaan Part 2
21 Juara Umum
22 Traktiran Bu Widya
23 Di Fitnah
24 Dibawa ke Ruang BK
25 Semakin Runyam
26 Drop Out
27 Apa Yang Akan Terjadi Padaku Setelah ini
28 Terusir Dari Asrama
29 Mencari Kontrakan
30 Mencari Pekerjaan
31 Kerja Hari Pertama
32 Kerja Hari Pertama part 2
33 Bertemu Kembali
34 Penjelasanku
35 Tembang Pujian
36 Harapan Ditempat Baru
37 Pembullyan Di Tempat Kerja
38 Insiden Di Tempat Kerja
39 Kena Hukuman
40 Menabung
41 Hinaan Dari Kerabat
42 Tawaran Kak Arga
43 Melanjutkan Sekolah
44 Berjumpa Kawan Lama
45 Berjumpa Kawan Lama part 2
46 Bertamu
47 Mengatakan Hal Sebenarnya
48 Mengajak
49 Rumah Singgah
50 Pelulusan SMP
51 Menengok Keluarga Dan Kampung Halaman
52 Si Gadis Pendiam Itu Kini Telah Berubah
53 Kekhawatiran Bi Rina
54 Kembali Ke Ibukota
55 Tiba Di Kontrakan
56 Kabar Yang Mengejutkan
57 Kepergian Mak Sus
58 Menjaga Asa
59 Menjaga Asa part 2
60 Semua Ada Masanya
61 Menghadiri Acara Wisuda
62 Menghadiri Resepsi Pernikahan
63 Menghadiri Resepsi Pernikahan part 2
64 Ucapan Perpisahan
65 Pengusiran Anak-Anak Panti
66 Rasa Sedih Dan Cemas Rinai
67 Mencari Tempat Tinggal Baru
68 Menempati Rumah Baru
69 Pulang Dengan Tangan Hampa
70 Harapan Itu Pasti Ada
71 Harapan Itu Pasti Ada part 2
72 Membuka Usaha
73 Perkembangan Yang Memuaskan
74 Kunjungan Tante Wulan
75 Galuh dan Galih
76 perkelahian Galuh dan Galih
77 Hukuman
78 Tamu Tak Diundang
79 Tamu Tak Diundang part 2
80 Tuduhan Pak Broto
81 Saran Pak Rt Halwan
82 Pencarian
83 Pencarian part 2
84 Menunggu Di Pos Satpam
85 Keributan
86 Kekhawatiran Pak Broto
87 Tertangkapnya Mbak Sumirah
88 Kejutan Menyenangkan Lainnya
89 Memaafkan Kesalahan
90 Mengantar Sampai Ke Bandara
91 Rencana Hanna
92 Bab 92
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Apakah Itu Sebuah Pertanda?
2
Disaster, Ketika Semua Hancur
3
Kenyataan Yang Menyayat
4
Ketika Perasaan Risau Timbul Kembali
5
Kenapa Tuhan Gemar Membuatku Menangis?
6
Kedatangan Tante Wulan
7
Nasehat Dari Seorang Sahabat
8
Penolakan Dari Putri Tante Wulan
9
Rencana Rinjani
10
Pindah Ke Asrama
11
Hari Pertama Ke Sekolah
12
Ujian Masuk Sekolah
13
Kelas 7D
14
Di Tunjuk Sebagai Perwakilan Sekolah
15
Tatapan Iri
16
RASA IRI BERUJUNG BULLYING
17
Membantu Bu Susi
18
Bimbel
19
Perlombaan Dimulai
20
Perlombaan Part 2
21
Juara Umum
22
Traktiran Bu Widya
23
Di Fitnah
24
Dibawa ke Ruang BK
25
Semakin Runyam
26
Drop Out
27
Apa Yang Akan Terjadi Padaku Setelah ini
28
Terusir Dari Asrama
29
Mencari Kontrakan
30
Mencari Pekerjaan
31
Kerja Hari Pertama
32
Kerja Hari Pertama part 2
33
Bertemu Kembali
34
Penjelasanku
35
Tembang Pujian
36
Harapan Ditempat Baru
37
Pembullyan Di Tempat Kerja
38
Insiden Di Tempat Kerja
39
Kena Hukuman
40
Menabung
41
Hinaan Dari Kerabat
42
Tawaran Kak Arga
43
Melanjutkan Sekolah
44
Berjumpa Kawan Lama
45
Berjumpa Kawan Lama part 2
46
Bertamu
47
Mengatakan Hal Sebenarnya
48
Mengajak
49
Rumah Singgah
50
Pelulusan SMP
51
Menengok Keluarga Dan Kampung Halaman
52
Si Gadis Pendiam Itu Kini Telah Berubah
53
Kekhawatiran Bi Rina
54
Kembali Ke Ibukota
55
Tiba Di Kontrakan
56
Kabar Yang Mengejutkan
57
Kepergian Mak Sus
58
Menjaga Asa
59
Menjaga Asa part 2
60
Semua Ada Masanya
61
Menghadiri Acara Wisuda
62
Menghadiri Resepsi Pernikahan
63
Menghadiri Resepsi Pernikahan part 2
64
Ucapan Perpisahan
65
Pengusiran Anak-Anak Panti
66
Rasa Sedih Dan Cemas Rinai
67
Mencari Tempat Tinggal Baru
68
Menempati Rumah Baru
69
Pulang Dengan Tangan Hampa
70
Harapan Itu Pasti Ada
71
Harapan Itu Pasti Ada part 2
72
Membuka Usaha
73
Perkembangan Yang Memuaskan
74
Kunjungan Tante Wulan
75
Galuh dan Galih
76
perkelahian Galuh dan Galih
77
Hukuman
78
Tamu Tak Diundang
79
Tamu Tak Diundang part 2
80
Tuduhan Pak Broto
81
Saran Pak Rt Halwan
82
Pencarian
83
Pencarian part 2
84
Menunggu Di Pos Satpam
85
Keributan
86
Kekhawatiran Pak Broto
87
Tertangkapnya Mbak Sumirah
88
Kejutan Menyenangkan Lainnya
89
Memaafkan Kesalahan
90
Mengantar Sampai Ke Bandara
91
Rencana Hanna
92
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!