02

Alam pun segera menghentikan mobil nya itu begitu tiba di mall. Dia segera memarkirkan mobil nya.

"Kamu gak boleh sedih neng." ucap Alam sambil melepas seat beal nya.

"Neng gak sedih aa. Hanya kepikiran saja. Insting neng mengatakan bahwa dia berubah dan ada sesuatu yang membuatnya berubah entah apa itu. Neng pun tak tahu." Ucap Halwa jujur.

"Hum, sudah jangan di pikirkan. Kita sudah tiba nih di mall. Ayo kita bersenang-senang di sini melupakan semua masalah." Ucap Alam lalu segera turun dari mobil.

Halwa pun akhirnya melepas seat beal nya dan ikut turun, “Kita mau kemana dulu nih?” tanya Alam.

“Aku ingin punya tas aa.” Jawab Halwa.

Alam pun mengangguk lalu mereka segera masuk ke dalam mall dan menuju toko tas yang tentu saja dengan menuju toko tas dengan brand ternama.

Halwa melihat tas yang dia inginkan walaupun sebenar nya tidak ingin-ingin amat. Dia hanya ingin melampiaskan kesedihan nya itu dengan menghabiskan uang, “Aku mau yang itu aa.” Tunjuk Halwa pada salah satu tas yang lumayan cocok dengan selera nya.

Alam pun mengangguk lalu segera meminta pegawai toko itu untuk menurunkan tas yang berada di atas itu dan memberikan nya kepada Halwa, “Apa masih ada yang kamu mau?” tanya Alam.

Halwa menggeleng, “Sudah aa. Itu aja.” Jawab Halwa.

Alam pun mengangguk lalu segera membayar tas milik Halwa itu, “Ini kartuku aa.” Ucap Halwa mengeluarkan kartu nya.

Alam menggeleng, “Gak usah biar pakai punya aa saja.” Jawab Alam lalu langsung memberikan kartu nya kepada pegawai toko itu.

“Aa nanti neng transfer deh ke rekening aa untuk bayaran tas ini.” Ucap Halwa saat mereka sudah berjalan keluar.

Alam menggeleng, “Gak usah neng. Aa senang kok membelikan tas untuk neng.” Jawab Alam.

“Huh, kebiasaan deh. Terus saja begitu. Jika pergi bareng aa pasti aa selalu traktir neng. Tapi untuk kali ini tidak. Neng menolak. Harga tas itu hampir menyentuh angka tiga digit aa.” Ucap Halwa.

“Gak apa-apa neng. Biasa aja deh dengan aa. Gak usah ambil perasaan gitu.” Ucap Alam.

“Tau gak aa, neng jadi merasa aa itu pacar neng bukan sahabat. Aa sangat loyal kepada neng.” Ucap Halwa.

“Ya sudah jika memang begitu putuskan pacar neng dan menikah lah dengan aa.” Ucap Alam.

Halwa pun terkekeh mendengar ucapan Alam itu, “Aa bisa aja deh becanda nya. Sudah aa hentikan. Gak lucu tahu.” Ucap Halwa masih tertawa.

Alam pun hanya bisa tersenyum, “Aa coba pikir deh. Entah bagaimana nanti jika itu terjadi. Aa jadi suami neng. Wah itu pasti akan terasa aneh. Masa iya sahabat neng jadi suami neng. Ouh No. Neng tidak ingin hal itu terjadi. Neng hanya mencintai Fikri saja. Jangan mengatakan kalimat becanda begitu lagi aa. Gak lucu.” Ucap Halwa lalu dia segera berjalan di depan.

“Selalu saja begitu.” Batin Alam lalu segera mensejajarkan kembali langkah nya dengan sahabat nya itu.

“Kita nonton ya aa.” Ucap Halwa.

Alam pun mengangguk, “Hum, ayo!” ajak Alam lalu segera memesan tiket di ponsel nya.

“Mau kursi di bagian mana?” tanya Alam menunjukkan tempat yang masih kosong.

“Emang aa tahu neng mau nonton film apa?” tanya Halwa.

“Mau nonton ini kan?” tunjuk Alam memperlihatkan poster film di ponsel nya itu.

Halwa pun mengangguk tersenyum, “Hum, kok aa tahu sih. Ya sudah pesan saja tiket nya. Terserah aa mau ambil kursi bagian mana tapi jangan terlalu di depan yaa aa.” Ucap Halwa.

Alam pun mengangguk lalu segera memesan tiket di bagian tengah. Begitu tiba di lantai bioskop berada. Alam pun segera mengambil tiket fisik sementara Halwa melakukan antrian pop corn.

Halwa melihat sekeliling mall itu hingga tiba-tiba dia melihat siluet punggung seseorang yang sangat dia kenal, “Itu .. abang Fikri gak sih? Sama siapa dia?” tanya Halwa pada diri nya dan hendak menyusul siluet kekasih nya itu tapi tiba-tiba Alam datang.

“Mau kemana neng?” tanya Alam.

“Itu aa. Neng seperti melihat punggung abang Fikri di sini tadi. Di sana.” Tunjuk Halwa.

Alam pun melihat ke arah yang di tunjuk oleh Halwa itu namun tidak menemukan apapun di sana, “Gak ada kok neng.” Ucap Alam.

Halwa pun menarik nafas panjang, “Mungkin neng salah lihat. Tidak mungkin juga abang Fikri ada di sini. Dia itu kan sedang menjaga toko nya.” Ucap Halwa lalu segera membayar pop corn.

Alam pun diam, “Halwa gak mungkin salah lihat dan salah mengenali. Mungkin itu memang Fikri. Tapi sama siapa dia ke sini. Lalu kenapa dia tidak menjawab panggilan neng.” Batin Alam.

“Ayo aa kita masuk saja.” Ujar Halwa yang memang jadwal pemutaran film yang akan mereka tonton itu segera di mulai.

Alam pun segera ikut dan mereka segera masuk studio dan duduk sesuai nomor tiket mereka.

“Aku yakin itu tadi abang Fikri. Aku tidak salah lihat. Tapi siapa gadis itu. Semoga saja itu teman nya. Semoga saja dia tidak bermain api di belakangku. Aku tidak bisa membayangkan jika itu terjadi nanti. Aku akan membenci nya seumur hidupku.” Batin Halwa.

“Kenapa? Apa masih kepikiran hal tadi?” tanya Alam yang menyadari bahwa Halwa diam saja.

Halwa pun menggeleng lalu tersenyum, “Gak kok.” Jawab Halwa.

Tidak lama setelah itu film pun di mulai. Mereka menikmati film itu dengan suka cita. Halwa pun seketika lupa dengan apa yang membuat nya sedih dan kepikiran selama seharian ini.

Setelah hampir dua jam akhir nya film yang mereka tonton pun selesai. Halwa dan Alam pun segera keluar dari studio.

“Mau makan dulu atau sholat?” tanya Alam saat mereka sedang berada di lift menuju lantai bawah mall.

“Makan dulu. Lapar aa. Halwa juga tidak mau nanti tidak khusyuk sholat karena memikirkan makanan.” Jawab Halwa.

Alam pun mengangguk tersenyum lalu mereka segera keluar mall dan menuju mobil, “Mau makan di restoran apa?” tanya Alam saat mereka sudah berada di dalam mobil.

“Hmm, ke restoran Italia saja. Neng mau makan Rissoto dan Pizza.” Jawab Halwa.

Alam pun kembali mengangguk lalu dia segera melajukan mobil menuju restoran Italia terdekat yang memang terkenal dengan makanan khas Italia kental seperti sedang makan di Negara nya.

Begitu tiba di restoran mereka pun segera mencari tempat duduk di sana dan memesan makanan yang di inginkan Halwa itu, “Aku mau dua porsi Risotto terus Pizza ukuran besar.” Ucap Halwa.

Alam pun mengangguk lalu segera memesan nya. Dia tidak bertanya mau pizza dengan toping apa karena dia sudah hafal pizza favorit sahabat nya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!