Kini Halwa dan kedua orang tua nya itu sedang makan malam bersama di meja makan. Hanya ada keheningan di meja makan itu. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Pemandangan yang sering terjadi ketika bunda Aisyah sedang marah atau kecewa. Baik Halwa maupun ayah Akbar tidak ada yang berani bicara saat bunda Aisyah sedang dalam mode serius nya itu.
“Bunda!” panggil Halwa setelah dia tidak tahan lagi saat makan dalam keheningan itu. Karena biasa nya setiap mereka makan malam bersama maupun sarapan bersama pasti tidak ada keheningan dan selalu berbagi cerita apapun walaupun hanya bertiga saja.
Bunda Aisyah pun menatap putri nya itu, “Ada apa nak? Apa kau butuh sesuatu?” tanya bunda Aisyah lembut.
Halwa menggeleng, “Halwa gak butuh apapun bunda. Hanya saja jangan diam saja begini. Halwa tidak terbiasa. Halwa tahu bunda memang tidak suka dengan abang dan Halwa pun tidak akan memaksa sama sekali. Tapi setidak nya jangan anggap Halwa juga orang asing bunda.” Ucap Halwa lembut menatap bunda nya.
Bunda Aisyah pun menghela nafas panjang lalu menatap putri nya itu kembali, “Maaf. Hanya itu yang bisa bunda katakan untuk semua nya.” Ucap bunda Aisyah.
Halwa pun tersenyum, “Gak apa-apa bunda. Halwa ngerti kok.” ucap Halwa.
“Hm, sudah baikan kan. Ayo kita makan. Jangan diam-diaman lagi.” Timpal ayah Akbar tersenyum menatap dua wanita kesayangan nya itu.
Halwa dan bunda Aisyah pun saling memandang satu sama lain lalu saling tersenyum, “Makan lah nak. Ini baik untuk otakmu agar bisa memikirkan skripsimu dengan baik.” ucap bunda Aisyah memberikan lauk untuk putri nya itu.
Halwa pun menerima nya dengan senang hati, “Alangkah baik nya bunda juga bisa menerima abang Fikri.” Batin Husna.
“Nak, bagaimana dengan penelitianmu? Apa sudah ada perkembangan?” tanya ayah Akbar menatap putri nya itu.
Halwa pun mengangguk, “Seperti nya Halwa akan ikut wisuda bulan depan.” Ucap Halwa.
“Jadi apa penelitianmu sudah di terima?” tanya bunda Aisyah.
Halwa pun dengan perlahan mengangguk, “Bisa di katakan begitu. Jika dalam tidak minggu mendatang aku bisa menyelesaikan nya maka bisa ikut wisuda bulan depan dan memang harus. Halwa malas jika masih di kampus. Halwa ingin segera masuk ke perusahaan membantu ayah dan bunda.” Jawab Halwa.
Bunda Aisyah dan ayah Akbar pun mengangguk, “Baiklah. Terserah padamu saja. Tapi jika memang target itu tidak bisa kau capai maka jangan memaksakan dirimu nak. Tetap jaga kesehatan dan jangan begadang. Ingat kesehatan itu lebih penting dari apa pun.” Ucap ayah Akbar.
“Lagi pula tidak ada yang memaksamu untuk cepat cepat lulus nak. Bunda justru senang kau tetap kuliah.” Ucap bunda Aisyah.
“Ck, bunda. Halwa tetap akan kuliah. Mau lanjut S2 di paris tapi untuk waktu nya belum di agendakan.” Ucap Halwa.
“Jangan jauh-jauh. Ayah dan bunda tidak rela jika harus jauh darimu nak.” ucap ayah Akbar jujur.
Halwa pun tersenyum, “Aku tahu itu ayah.” ucap Husna.
“Aku juga tahu alasan kenapa bunda tetap ingin aku lanjut kuliah. Dia tidak ingin aku segera menikah apalagi jika harus menikah dengan abang Fikri. Entah kenapa bunda tidak begitu menyukai abang Fikri padahal dia baik. Walaupun akhir-akhir ini sering menghilang dan susah di hubungi. Tapi aku yakin dia hanya sibuk saja.” lanjut batin Husna menatap bunda nya itu.
***
Selepas makan malam, kini Halwa dengan kedua orang tua nya itu sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton siaran tv.
Mereka menikmati quality time keluarga itu dengan baik sambil menikmati camilan hasil buatan bunda Aisyah yang memang suka membuat camilan dan aneka kue. Untuk itu lah membuat bunda nya itu memiliki toko kue terbesar dan terkenal yang sudah memiliki cabang hampir di seluruh kota.
Hingga tiba-tiba ada pelayan yang datang, “Tuna, nyonya, nona, ada tuan muda Alam di depan.” Ucap pelayan itu.
“Alam? Minta dia segera masuk saja. Kenapa pakai bertanya lagi.” Ucap ayah Akbar kepada pelayan itu.
Pelayan itu pun segera mengangguk dan mempersilahkan Alam masuk, “Ayah, kenapa kau seperti nya sangat senang akan kedatangan Alam ketimbang abang Fikri waktu itu.” batin Halwa menatap ayah nya itu.
Memang Halwa sudah sekitar dua kali mengajak Fikri untuk datang ke kediaman nya itu. Ayah dan bunda nya itu memang menyambut Fikri dengan ramah juga tapi tidak seperti mereka menyambut Alam yang sudah seperti bukan tamu lagi tapi bagian dari anggota keluarga. Sama seperti dia di anggap putri oleh orang tua Alam maka itu juga yang terjadi pada Alam di kediaman ini. Dia juga di anggap putra kediaman ini.
Dulu hal itu tidak mengganggu bagi Halwa karena menurut nya hal itu normal karena Alam dan diri nya adalah sahabat dekat tapi kini entah kenapa dia merasa bahwa ada sesuatu yang salah akan hal itu. Dia sudah bisa menduga dan menebak nya hanya saja dia tidak ingin memikirkan apa yang dia duga itu adalah kenyataan nya. Dia tidak bisa menerima hal itu. Sungguh, tidak bisa.
“Alam, duduk nak.” ucap bunda Aisyah tersenyum menatap sahabat putri nya itu.
Alam pun mengangguk hormat lalu menyalami kedua orang tua Halwa itu dengan penuh hormat baru lah setelah itu dia duduk di samping Halwa.
“Aa ada apa datang ke sini malam-malam begini?” tanya Halwa menatap sahabat nya itu.
“Aa mau mengajakmu jalan. Kau hari ini kan lagi bad mood. Jadi aa mau mengajakmu menonton acara music.” Ucap Alam memperlihatkan dua tiket di tangan nya itu.
“Konser music? Hmm, neng tidak begitu menyukai nya Aa. Neng malas desak-desakkan.” Ucap Halwa jujur.
“Ini tiket VIP kok. Ada tempat duduk nya.” Ujar Alam.
“Sudah lah nak. Pergi lah. Kasihan Alam sudah datang malam-malam bahkan sudah membeli tiket tapi gak jadi pergi.” ucap bunda Aisyah menimpali ucapan putri dan sahabat putri nya itu.
Halwa pun menatap ayah dan bunda nya lalu menatap Alam, “Ck, baiklah. Iya. Tunggu sebentar. Neng siap-siap dulu.” Ucap Halwa.
Alam pun tersenyum, “Okay. Terima kasih neng.” Ucap Alam.
Halwa pun tersenyum lalu dia segera beranjak dari tempat duduk nya menuju kamar nya untuk mengganti pakaian nya itu.
Halwa sempat menoleh dari atas tangga itu dan dia tersenyum melihat Alam yang bercengkrama dengan kedua orang tua nya itu. Terlihat seperti seorang putra dan orang tua nya saja, “Aku tahu kau adalah orang yang mudah membuat orang nyaman Aa. Maka nya kau adalah sahabatku.” Gumam Halwa lalu dia segera menuju kamar nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Ianatussholihah M.A
kok Husna????
2023-04-22
1