03

Kini Alam mengantarkan Halwa ke kediaman nya itu, “Terima kasih aa.” Ucap Halwa saat mereka sudah tiba di kediaman nya itu.

Alam pun tersenyum, “Aa gak mau menyapa ayah sama bunda dulu?” tawar Halwa.

“Nanti saja neng. Hari aa masih harus melakukan sesuatu. Sampaikan saja salam aa kepada ayah dan bunda.” Ucap Alam.

Halwa pun mengangguk, “Baiklah. Jika memang begitu. Aa hati-hati pulang nya. Ohiya neng juga titip salam untuk mami dan papi. Katakan bahwa neng rindu kue buatan mami.” ucap Halwa.

Alam pun mengangguk, “Baiklah akan aa katakan kepada mami.” ucap Alam sambil menghormat layak hormat kepada bendera.

Halwa yang melihat itu pun tertawa, “Sudah aa. Sana pulang.” Ucap Halwa.

“Neng dulu yang masuk deh ke rumah baru aa pulang.” Ujar Alam.

“Ck, neng mau lihat aa pulang. Sudah aa sana ayo cepat pulang. Kata nya tadi masih harus melakukan sesuatu.” ucap Halwa.

Alam pun tersenyum, “Ahh baiklah. Aa pamit.” Ucap Alam melambaikan tangan nya itu dan di balas oleh Halwa pun lambaian tangan pula.

Alam segera melajukan mobil nya meninggalkan kediaman sahabat nya itu dan Halwa pun baru masuk saat mobil Alam pergi.

“Assalamu’alaikum!” salam Halwa.

“Wa’alaikum salam.” Jawab bunda Aisyah.

“Ayah, lihat lah anak gadis kita ini sudah pulang.” Sambung bunda Aisyah memanggil suami nya.

Ayah Akbar pun keluar dari kamar nya dan tersenyum mendekati putri dan istri nya itu, “Kenapa baru kembali nak. Ayah tadi sempat khawatir tapi untung lah asisten Alam memberi tahu ayah bahwa kau pergi dengan Alam.” Ucap ayah Akbar memeluk putri nya itu dan ada nada khawatir terdengar dalam kalimat ayah nya.

“Maaf ayah. Halwa sudah membuat kalian khawatir. Lagi pula kan Halwa pergi dengan aa.” Jawab Halwa manja.

“Iya ayah tahu. Maka nya untuk itu ayah tadi akhirnya tenang.” Ucap Ayah Akbar.

“Yah, untung saja kau tidak pergi dengan pacarmu itu.” ucap bunda Aisyah.

“Bunda!” panggil Halwa manja.

“Maaf nak. Bunda memang tidak melarangmu untuk berpacaran dengan nya tapi untuk menerima nya maaf bunda gak bisa. Ini bukan soal status sosial hanya saja bunda merasa bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kita. Maaf!” ucap bunda Aisyah lalu segera pergi meninggalkan suami dan putri nya itu.

“Ayah, kenapa bunda tidak pernah mau menerima abang Fikri? Dia baik ayah.” ucap Halwa menatap ayah nya itu.

“Ayah tahu nak. Tapi kau tahu sendiri bagaimana sifat bundamu itu. Dia keras. Jika dia tidak menyukai sesuatu maka itu akan dia tunjukkan secara terang-terangan.” ucap ayah Akbar.

Halwa pun menarik nafas panjang nya, “Ya sudah Halwa mau ke kamar dulu ayah. Mau mandi. Bau!” ucap Halwa lalu segera mencium punggung tangan ayah nya itu dan segera menuju kamar nya.

Ayah Akbar pun menatap punggung putri nya yang naik lewat tangga menuju lantai dua, “Maaf ayah dan bunda nak. Selain bunda. Ayah juga sebenar nya tidak begitu menyukai pacarmu itu. Dia memang pemuda yang baik tapi entah kenapa ayah memiliki firasat buruk akan diri nya. Maafkan ayah nak. Jika bisa memilih ayah lebih suka kau dengan Alam.” Gumam ayah Akbar itu.

***

Halwa segera merebahkan tubuh nya itu di ranjang empuk nya dan meraih ponsel nya lalu mencoba menghubungi kekasih nya itu tapi tak juga di jawab.

“Sibuk apa sih kau bang? Kenapa menjawab teleponku pun kau tidak punya waktu. Jangan buat bunda semakin tidak menyukaimu bang.” Ucap Halwa.

Yah, Halwa ingat saat dia pertama kali mengatakan bahwa dia memiliki kekasih dan pacar nya itu adalah Fikri. Saat itu bunda nya sempat marah pada nya dan bahkan tidak bicara dengan nya selama seminggu. Sementara ayah nya memang tidak mengatakan apapun dan diam saja. Ayah nya juga tetap memperlakukan nya dengan baik. Tidak ada yang berubah sama sekali. Hanya saja Halwa tahu bahwa ayah nya itu juga sama seperti bunda nya kecewa pada nya. Tapi ayah nya tidak menunjukkan nya secara jelas karena tidak ingin membuat nya bersedih.

“Kenapa kalian tidak menyukai abang bun,yah?” tanya Halwa.

Cukup lama batin nya itu berperang dengan semua yang terjadi hari ini yang pada akhir nya dia pun terlelap karena mungkin batin nya sedang lelah.

“Kau tega padaku bang? Kenapa kau melakukan perbuatan terkutuk itu?”

“Maaf!”

“Kau jahat bang. Aku membencimu. Kau tega mengkhianati cinta kita.”

Seketika Halwa terbangun dan dia pun segera mengelus dada nya, “Mimpi. Hanya mimpi. Tapi kenapa aku bermimpi begitu? Bagaimana bisa abang tega melakukan itu padaku. Itu hanya mimpi. Mimpi itu hanya bunga tidur saja.” ucap Halwa mengusap wajah nya karena entah kenapa air mata nya itu jatuh tanpa permisi.

“Tidak, aku tidak akan bisa menerima itu. Tidak.” Ucap Halwa mencoba melakukan penyangkalan akan mimpi nya itu.

“Itu terasa sangat nyata. Tidak itu hanya mimpi. Percaya lah Halwa itu hanya mimpi saja.” ucap Halwa lagi.

Halwa pun memilih untuk menuju kamar mandi membersihkan diri nya dengan harapan guyuran air di tubuh nya bisa menghilangkan semua pikiran buruk yang mulai mengganggu pikiran nya itu.

***

Sementara di sisi lain, ada seorang pemuda yang baru saja mengecek ponsel nya dan tersenyum melihat ada banyak panggilan di ponsel nya.

“Kau sangat mencintaiku yaa. Aku juga mencintaimu.” Ucap pemuda itu yang tidak lain adalah Fikri kekasih Halwa.

Fikri pun segera mengirimkan pesan permintaan maaf karena tidak sempat menjawab dan membalas pesan dari kekasih nya itu, “Fikri, kamu sedang ngapain. Tolong layani pembeli di toko.” Teriak ibu Fikri.

Fikri pun segera meletakkan ponsel nya itu di kamar nya dan segera menuju toko dan tersenyum melihat siapa di sana.

“Ava, kau di sini?” tanya Fikri.

“Iya kak.” Jawab Ava.

“Kau mau beli apa?” tanya Fikri ramah.

Ava pun segera mengatakan apa yang akan dia beli dan Fikri pun melayani gadis itu. Memang Fikri itu ramah dengan semua orang. Dia mudah bergaul dengan siapa saja.

Setelah itu Ava pun pergi dari sana dan sebelum pergi kedua nya saling tersenyum satu sama lain. Entah senyum apa itu tidak ada yang tahu.

Kembali di sisi Halwa, kini dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan memakai batrobe saja dan tiba-tiba saja ponsel nya berbunyi tanda ada notif yang masuk.

Halwa pun segera meraih ponsel nya dan tersenyum membaca pesan yang di kirimkan oleh kekasih itu, “Dia seperti nya memang sibuk. Aku saja yang sudah berpikiran aneh-aneh.” Ucap Halwa lalu membalas pesan itu.

“Kok, gak di balas lagi sih. Oh mungkin abang sibuk. Aku harus mengerti.” Gumam Halwa lalu dia segera menuju walk in closet dan memakai pakaian nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!