Kembali ke massa di mana Byon sedang dihadapkan dengan maut tepat disaat ia hampir saja ditembak sekelompok penjahat yang mengejarnya. Beruntung, sebelum peluru menembus kepala Byon para anak buahnya datang tepat waktu dan menyelamatkannya.
Acara baku tembakpun terjadi dan tentu saja kelompok anak buah Byonlah yang menang karena mereka sudah terlatih dan punya skill tinggi dan pertarungan maupun peperangan model apapun. Penjahat kelas teri yang sedang dihadapi Byon bukan apa-apa bagi pasukan Byon.
“Anda tidak apa-apa Tuan, bagaimana bisa terjebak di kampung kumpulan para preman kelas teri?” tanya pengawal setia Byon.
“Tidak apa-apa, aku hanya sedikit terluka dan sial saja. Aku kehabisan peluru dan polisi mengejarku. Aku melarikan diri dan tak sengaja terlibat urusan dengan mereka. Dan akhirnya, sampailah aku di sini. Ayo kita pergi dari sini dan jangan sampai ada yang mengenali kita.” Byon menepuk pelan bahu anak buahnya dan memberikan komando pada yang lainnya untuk segera pergi.
Namun, baru juga beberapa langkah Byon berjalan, tiba-tiba selebaran pamflet tertiup angin dan mendarat mulus diujung sepatu pria bule tampan itu. Byon menunduk dan melihat foto yang terpajang dalam pamflet tersebut. Seketika, ia teringat akan kebaikan Biyanca yang membantunya mengeluarkan peluru dalam tubuhnya.
Mata Byon terbelalak kala melihat nama wanita yang tertera dalam foto. Nama itu adalah nama wanita yang sudah ia cari-cari selama ini. Nama yang membuatnya meninggalkan keluarganya dan datang kemari untuk mencari sosok wanita yang amat Byon cintai semasa remaja. Dan kini, nama itu ada di depan matanya dan bahkan mereka berdua sudah pernah bertemu sebelumnya.
“Biyanca … ternyata kau. Kau adalah Bii-ku. Akhirnya … aku menemukanmu,” gumam Byon sambil terus memandangi selebaran yang ternyata itu adalah brosur pelelangan Biyanca. Dan foto yang Byon lihat, tentu saja foto Biyanca yang memang cantik paripurna.
“Tuan, sudah saatnya kita pergi.” Salah satu pengawal Byon mengingatkan.
“Cari tahu seluk beluk wanita ini dan semua keluarganya. Secepatnya. Dan siapkan uang tunai sebanyak-banyaknya, kita harus memenangkan lelang bagaimanapun caranya.” Byon memberikan selebaran kertas pada pengawalnya untuk diperiksa.
“Ehm … tapi Tuan … apa Anda yakin ingin memenangkan pelelangan ini?” tanya pengawal itu. Para pengawal yang lain juga ikut memeriksa selebarannya.
“Tentu saja, setidaknya, aku harus membalas budi pada wanita yang sudah lama kucari-cari. Aku tunggu sekarang juga! Cepat, jika sampai kalian semua terlambat, kutebas kepala kalian semua!” tandas Byon tidak mau terima alasan apapun lagi.
Seluruh anak buah Byon melaksanakan perintah bosnya tanpa syarat sehingga Byon berhasil mendapatkan Biyanca walau ia agak sedikit terkejut karena langsung dipaksa menikah saat itu juga.
***
Dan sekarang, disinilah Byon berada. Di kamar pengantin yang ternyata mempelainya adalah Byon sendiri. Pria bule itu tersenyum sendiri memikirkan takdir yang lucu ini, takdir yang membuat dia harus mengarungi samudra demi bisa menemukan wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya.
Mata Biyanca menatap mata pria bule didepannya, ia masih marah pada Byon yang tega meninggalkannya padahal sudah ditolong. Walau pada akhirnya entah kenapa sekarang Biyanca malah menjadi istri orang yang ia selamatkan.
“Menjauh dariku, sekalipun kau adalah suamiku. Aku masih belum menerima pernikahan ini. Dan asal kau tahu. Aku tidak mengenalmu dan kita belum pernah bertemu sebelumnya. Mungkin kau salah orang.” Biyanca meringkuk dan menjauh dari Byon.
Namun, pria bule tampan itu malah mengurung tubuh langsing Biyanca dengan kedua lengannya sehingga Biyanca tidak bisa kemana-mana.
“Kita sudah menikah Bii. Suka atau tidak suka, kau sudah jadi istriku sekarang. Kita akan pergi dari sini besok,” ujar Byon agak sedih. Wajahnya seolah mengisyaratkan duka yang begitu dalam tapi entah itu apa.
Kesempatan itu Biyanca gunakan untuk melarikan diri dari kurungan tangan Byon. Tidak mungkin semalaman ia berdiri bersandar di dinding sementara Byon mengurungnya dengan tangan tanpa alasan yang jelas.
Byon yang melihat gelagat istrinya langsung bertindak cepat. Ia menggendong Biyanca dengan paksa dan tak memedulikan teriakan Biyanca.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku! Aku tidak mengizinkanmu menyentuhku! Turunkan aku bodoh! Apa kau tuli, ha?” teriak Biyanca sambil terus meronta-ronta.
Namun tubuh Byon yang kekar bukanlah tandingan Biyanca. Jelas pria bule tampan itu tidak mengindahkan teriakan istrinya dan malah dengan santai meletakkan tubuh Biyanca diatas tempat tidur pengantin.
“Diamlah Bii, kau tak perlu berteriak. Aku Byon, Byon Pyordova, kau sungguh tidak ingat aku?” tanya Byon menatap tajam manik mata Biyanca.
Posisi pria bule tersebut ada di atas tubuh Biyanca dan kedua tangan Byon menekan kuat kedua tangan istrinya.
“Berapa kali harus kukatakan padamu? Aku tidak mengenalmu! Lepaskan aku!” teriaknya marah karena ia menganggap Byon sangat kurang ajar padanya.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu Bii, tapi sepertinya kau kehilangan ingatanmu. Aku akan membantu memulihkan ingatanmu setelah pergi dari sini. Tapi malam ini …”
“Jangan paksa aku untuk tidur denganmu … aku mohon, jangan lakukan ini padaku.”Biyanca menyela kalimat suaminya yang belum selesai.
Mata Biyanca mulai berkaca-kaca meminta belas kasih Byon untuk tidak menyentuhnya malam ini sekalipun Byon berhak penuh atas dirinya. Apalagi Byon sudah membeli tubuh Biyanca dengan harga fantastis. Pria mana yang mau melepas kesempatan ini ditambah tubuh Biyanca sangat seksi dan menggoda, masih virgin pula.
“Haruskah kulakukan malam ini Bi? Kau sama sekali tidak ingat?” tanya Byon sambil membantu mengusap air mata yang keluar dari mata indah Biyanca.
"Jangan, tolonglah ...," Biyanca benar-benar menangis sedih.
Tiba-tiba saja, Byon bangun berdiri dan membenahi kemejanya yang sedikit berantakan. "Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu sampai kau sendiri yang memberikannya padaku. Lagian, tidak mungkin pula kita melakukannya di sini. Tidurlah, aku akan tidur di sofa."
Byon mengambil bantal dan selimut yang ada di samping Biyanca dan ia langsung tidur di sofa dengan posisi tubuh terlentang. Satu tangannya ia ia taruh di atas kepala.
Sedangkan Biyanca masih shock. Ia masih tidak yakin Byon tidak melakukan apa-apa padanya jika ia memejamkan mata. Gadis itu tetap terduduk di kasur sambil terus memerhatikan Byon yang sudah tertidur pulas di sofa dengan hati was was.
"Siapa orang itu? Kenapa dia ngotot memintaku mengingatnya?" gumam Biyanca sambil mengusap sisa bulir air matanya.
Malam itu, malam pertama Byon dan Biyanca, tidak terjadi apa-apa diantara mereka berdua. Biyanca menangis semalaman karena kini ia sudah menikah tanpa dasar cinta. Ia ingin keluar dari lingkaran yang bagai neraka baginya, tapi ia bingung bagaimana cara mengungkapkannya pada Byon.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Rika Joj
penisirin napa Bianca jadi bisa lupa ingatan?
2023-04-01
1
StAr 1086
next thor.....
2023-03-06
0
Teh Yen
kemana pun dia pergi cinta akan menemukannya padamu jika dia jodohmu
2023-02-26
0