5 Tahun Kemudian.
Seorang wanita dengan rambut keriting tak terurus dengan pakaian lusuh dan wajah tak terawat mengendarai mobil perusahaan yang bergerak di bidang jasa laundry di jalanan menuju rumah-rumah kalangan elit. Xaviera bertugas mengantarkan pakaian yang sudah bersih dan rapi ke tempat tinggal para pelanggan. Kebanyakan pelayan-pelayan di rumah-rumah itu adalah teman nya, teman seperjuangan karena mencari uang untuk menghidupi keluarga.
Ting Tong.
Ceklek!
"Saya dari Jessica Laundry, mengantar pakaian."
"Oke, terimakasih. Xixixi... kamu semakin hari semakin kelihatan profesional, Xavi. Mau masuk dulu, jalan samping sana seperti biasa. Nanti aku buatkan jus biar seger," tawar teman nya salah satu pelayan di rumah besar itu.
Xaviera menatap jam di pergelangan tangan nya, ia mengangguk, "Sepertinya boleh, aku hanya harus mengantar 12 pesanan lagi."
"Sana jalan samping, nanti aku buka kuncinya. Di belakang kami sedang kumpul, lagi istirahat," si pelayan lalu menutup pintu depan dan mengunci nya lagi.
Wanita yang sudah menjadi seorang Ibu dari 3 anak kembar itu berjalan ke arah samping rumah. Pintu terbuka, dia masuk ke dalam.
Ruangan itu adalah untuk para pelayan beristirahat dari penatnya pekerjaan yang mereka kerjakan dari sejak pagi buta, Xaviera menyapa orang-orang yang dikenalnya disana. Bahkan Nenek kepala pelayan menyapa nya lebih dulu, " Kamu datang, kita tak bertemu 2 hari. Bagaimana kabar si kembar Charlie, Charles dan Caitlin?"
"Baik, Nek. Kemarin Charles sempat demam karena flu dan akhirnya kedua saudara kembarnya juga ikut demam," jawab Xaviera seraya tersenyum tapi senyum itu malah terlihat begitu menyedihkan bagi orang yang melihatnya.
"Nggak dibawa ke rumah sakit?" tanya Nenek.
"Aku masih belum gajihan, tapi sudah beli obat dan demam mereka bertiga sudah turun. Hari ini aku meminta ijin cepat dari kantor laundry, mereka mengijinkan. Jadi aku nggak bisa lama disini, hanya ingin menyapa kalian semua."
Nenek kepala pelayan mengelus kepala Xaviera, "Kamu wanita hebat, di usiamu yang masih muda harus bekerja keras mengurus 3 anak seorang diri, juga bekerja keras mencari nafkah untuk anak-anakmu."
"Kita semua sama, Nek. Misalnya si ndut Vera, dia harus menghidupi kedua orang tuanya yang sakit-sakitan apalagi masih ada 2 adiknya yang harus sekolah. Juga Bonita, dia masih 13 tahun tapi sudah menjadi tulang punggung keluarga."
"Kamu masih sangat bijak, tidak pernah mengeluh dengan hidupmu dan malah melihat penderitaan orang lain dengan ikut merasakan nya. Andaikan aku punya cucu laki-laki, aku akan nikahkan cucuku denganmu," ucup wanita tua yang sudah berusia 75 tahun itu.
"Nenek! Nenek kenapa pilih kasih, kalau nenek punya cucu tampan jodohkan sama aku," celetuk si ndut Vera.
"Jangan Nek, Vera nanti ngabisin makanan terus. Yang ada cucu laki-laki Nenek jadi kurus karena tak dapat jatah makan," goda Ressa pelayan lain disana.
"Sudah! Sudah! Kan Nenek bilang, kalau saja Nenek punya cucu laki-laki. Semua cucu Nenek perempuan, kenapa kalian memperebutkan pria yang gak ada," Nenek menggeleng-geleng kepala.
Tiba-tiba lampu hijau di telepon ruangan pelayan itu menyala, Nenek kepala mengangkat gagang telepon. "Ya, Nona Anetta?"
"Kalian para pelayan apa kerjanya?! Kenapa gaun mahalku dari laundry rusak bagian bawahnya, ini sobek! Aku harus bertemu tunanganku malam ini untuk makan malam, kalian juga tau bukan siapa dia! Dia adalah pewaris keluarga Gladwin! Bukan sembarang pria! Aku harus terlihat cantik, tapi ada apa dengan gaun ini?!" teriak marah sang Nona muda di keluarga Ansell, putri ketiga dari majikan mereka.
Kening keriput Nenek kepala pelayan mengerenyit, ia sudah terbiasa dibentak seperti itu oleh anggota majikan nya. Tapi Nona muda Anetta paling angkuh di keluarga Ansell. "Baik, Nona. Saya akan ke kamar Nona dan memeriksa gaun nya lalu menanyakan pada pihak laundry."
"Dasar pelayan tak berguna!"
Tuttttttt....
Nenek menatap telepon yang sudah terputus, ia menggeleng menarik nafas sabar.
"Ada apa Nek? Kenapa Nenek mengatakan laundry?"
"Nona Anetta marah karena gaun dari laundry tempat mu bekerja rusak, dia harus memakai nya nanti malam untuk bertemu tunangan nya yang seorang pewaris di keluarga Gladwin."
" Aku kasihan pada pria itu, harus mendapatkan wanita seperti Nona muda Anetta." Timpal Ressa, dia adalah pelayan yang paling sering dihina tapi karena harus bertahan demi ekonomi keluarga akhirnya meskipun sering dicaci maki dia terus bertahan.
"Sudah, jangan bergosip tentang majikan kita," ujar sang Nenek.
"Xaviera, kamu bikin minuman dulu untukmu sebelum pergi. Nenek harus menemui Nona majikan."
"Aku ikut, Nek. Aku juga ikut bertanggung jawab, karena dalam pekerjaan kami bekerja sebagai satu tim, jika salah satu dari kami melakukan kesalahan kami juga ikut salah."
Nenek kepala menatap Xaviera, "Tapi nanti kamu dimarahi, nak."
"Tidak apa-apa," Xaviera menggeleng.
"Baik, ikuti Nenek."
Sang Nenek kepala pelayan berjalan dengan pelan karena usianya yang sudah tak sesehat dulu, ia sebenarnya sudah ingin berhenti bekerja tapi Tuan besar majikan nya tak menginjikan karena dia lah yang mengurus Tuan besar nya itu sejak kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Erna Wati
nasib orang redahan memang selalu dihina sabar sabar
2024-11-10
0
Bzaa
nona muda yg angkuh
2024-11-30
0
Hilmiya Kasinji
salut sama sifat saviera ... kerja tim seharusnya memang saling bekerjasama
2024-07-11
0