"Nara.." Seseorang memanggil Nara dan berlari ke arahnya. Di ikuti oleh Bara kemana pria itu berlari.
"Apa itu Nara ibunya Tara?" batin Bara, namun penasarannya di tutup oleh sebuah panggilan dari benda pipih disaku nya.
"Halo..."
...........
Nara kembali menoleh mencari sumber suara yang memanggil namanya.
"Angga? ngapain Lo disini?"
"Ngapain-ngapain.. ya nyari Lo lah, siapa lagi?"
"Kan kita masih ada kelas sore?"
"Males gue bahas kampus, gimana Tara dah baikan?" jawab Angga saat sudah dekat dengan Nara.
"Tadi sih belum bangun." jawab Nara lesu sambil berjalan menuju IGD tempat Tara di rawat.
"Masih di IGD? parah emangnya?
"Iya." jawab Nara singkat.
"Ya udah kita minta kamar inap aja, gue telpon bokap gue ya?"
"Gak usah Ga, gue bisa sendiri." Tolak Innara.
"Eh kalau bokap gue yang bilang langsung dapet kamar inapnya, Tunggu sebentar." Angga pun mengambil ponselnya dan menekan nomer yang dia inginkan. "Bos besar" begitulah nama yang tertera di sana.
"Halo pa...."
.....,.........
"Beres Ra, bentar lagi, ayo kita ke Tara." Angga berjalan mendahului Nara sedangkan Nara hanya mengekor saja, sudah menjadi kebiasaan bagi Nara dan Angga.
"Halo jagoan, " Sapa Angga pada Tara yang sudah siuman sejak di tinggal Bara pergi.
"Hai om Angga."
"Kok om terus sih, panggil kakak." ucap Angga sambil mengeja sebutan kakak.
"Om teman bunda, mana mungkin Tara panggil kakak, om Angga lucu." jawab bocah berusia lima tahun itu.
"Kamu ya, kalau Tara panggil Om, nanti sudah di kira bapak-bapak." Ucap Angga sambil cemberut menggoda Tara.
"Bunda masih muda di panggil gitu enggak marah." jawab nya lagi, dengan menatap Innara.
"Ih nih bocah susah di ajak kompromi." Angga pura-pura kesal pada Tara.
"Ih om Angga ngambek." dan di sambut tawa oleh Tia dan Nara. "Bunda..." rengek Tara, saat melihat dan mendengar mamanya tertawa.
"Iya sayang, Bunda disini," Nara mendekat dan memeluk putranya. " yang sakit nama sayang?" tanya Nara.
"Ini nda.." Tara menunjuk bagian tubuhnya yang sakit. "nda, tadi Tara ketemu sama ayah." sambungnya setelah Nara duduk disampingnya.
"Ayah siapa nak?" tanya Nara bingung.
"Itu lo gambar yang pernah Bunda kasih pada Tara." jawab Tara.
"Foto?" Nara menoleh pada Angga dan mbak Tia. karena dia tidak mengerti maksud anaknya itu.
"Foto apa mbak?"
"Saya tidak tau Bu."
"Coba mama lihat?" tanya Nara.
"Fotonya di Rumah bunda, tidak di bawa Tara, takut ilang," jawab Tara manja.
"Iya nanti kalau kita sudah pulang Bunda boleh lihat kan?" Nara meminta ijin pada Tara perihal foto ayah yang di maksud itu.
"Boleh dong, jadi Bunda sudah lupa sama ayah?" Nara bingung menjawab apa, dia hanya tersenyum bingung pada Tara juga Angga yang ada di depannya.
.
.
"Mbak anak yang bernama Tara sekarang sudah di rawat inap ya?" tanya seseorang yang ada di depan meja informasi.
"Tara siapa ya mas?"
"Tara, anak usia lima tahun, yang kemarin masuk IGD karena tabrak lari." jelas Bara. "Saya yang lunasi admistrasi IGD kemarin untuk anak Tara ." sambungnya lagi.
"Oh iya..saya ingat , saya cek dulu ya mas." petugas jaga pun mengecek ruangan anak Tara. "Ini mas, dia di Kamar VIP I lantai tiga ." jelas petugas jaga.
"VIP ya mbak?"
"Iya mas. naik lift itu." Tunjuk petugas pada Bara.
"Oh iya, terimakasih." lalu Bara pun mengikuti petunjuk arah letak dimana VIP I berada.
"Gila Lo Ga, bisa-bisa Lo kabur di kelas pak Harto, dosen killer tuh." Nara mengolok temannya yang membolos kuliah sambil tertawa tanpa melihat arah.
"Jangan ngejek gue terus dong Ra." keluh Angga kesal.
"Habis Lo berani banget lari pas kelas berlangsung." sambung Nara.
"Demi Lo gue berbuat gitu, enggak ada lagi yang ngelakuin hal itu buat Lo selain gue bege." omel Angga di barengi napas berat.
"hahahaha..."
BRUUGGG
"Aduh," keluh Nara meringis saat kepalanya menabrak seseorang yang ada di depannya.
"Maaf mas, enggak sengaja." ucap Nara lalu berlalu. tapi sebelum berjalan selangkah lengan Nara ditarik keras oleh lelaki itu.
"Kalau minta maaf yang benar dong, jangan sambil lari." ucapnya, sambil menatap Nara tajam.
"Hah..."
"Hah..apa?"
"lepas..sakit tau."
"Sebelum lo minta maaf yang benar ma gue."
"Tadi kan sudah."
"Lo bukan minta maaf tapi lari."
"Iya iya gue minta maaf, sorry gue enggak sengaja." jawab Nara, dari pada memperpanjang masalah ." sekarang lepasin tangan gue, sakit tau." keluhnya. tangan Nara pun di lepasin . "Ayo Ga.." Nara menarik tangan Angga dan berjalan cepat .
"Lo enggak papa Ra? Pucat banget wajah Lo kayak habis ketemu hantu." ujar Angga yang agak khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.
"Enggak." Nara melepaskan tangan Angga .
"Lo kenal sama tu laki?" tanya Angga.
"Kagak."
"Terus kenapa keknya Lo takut ma dia."
"Siapa yang takut? Gue cuma males lama-lama debat ma orang kek gitu." kilah Nara.
"Maksud Lo?"
"Ya itu...ah udah lah kita ada kelas tiga puluh menit lagi, Lo bisa bawa motor cepat kan?" jawaban yang tidak sesuai harapan membuat Angga agak curiga dengan Nara. karena Nara yang dia kenal tidak akan bersikap seperti itu jika dia tidak salah atau apapun, tapi kali ini dia tidak melanjutkan pertanyaannya karena waktu kuliah sudah mepet.
"Lo kayak baru kenal gue aja Ra."
"Bukan gitu..tapi gue takut di marah nyokap Lo."
"Asal Lo enggak bilang, nyokap nggak bakalan tau. Dah yuk!"
"oke.."
.
.
BERSAMBUNG
Jangan Lupa tinggalin jejak ya... like dan komentar mu penyemangat AUTHOR🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
key
wah...ada modelan cowok gitu males deh..untung aku g gitu,😅😅
2024-07-08
0
try again
siapa itu?
2023-03-18
5
arhabi
BARA??
2023-03-05
2