Aku melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan jadwal Dinda pulang sekolah. Ku tinggalkan racikan sayur yang akan ku masak untuk makan siang. Segera ku ambil tas dan pergi bersama supir untuk menjemput Dinda. Duh, benar-benar merepotkan sekali anak itu.
Sesampainya di sekolah Dinda, aku melihat Dinda sudah menunggu di depan gerbang sekolah ditemani gurunya. Aku segera mendatangi mereka.
"Terima kasih ya bu, sudah menemani Dinda," ucapku sekadar basa-basi.
"Sama-sama bu. Saya senang Dinda ada yang mengantar jemput sekarang. Biasanya dia diantar jemput ojek online," ucap guru Dinda.
"Oh, i-iya bu."
"Ya sudah saya permisi dulu ya, Bu." Guru Dinda berjalan meninggalkan kami.
"Ya udah, yuk." Aku berjalan menuju mobil dan diikuti oleh Dinda.
Sepanjang perjalanan, Dinda terus diam sambil menatap pepohonan yang tampak berlarian oleh laju mobil itu.
"Emangnya selama ini kamu dianter jemput ojol?" tanyaku memecah keheningan.
"Iya tante," jawab Dinda pelan. Bisa ku lihat dari raut wajahnya yang seperti orang banyak masalah. Hah? Untuk apa seorang anak kecil punya banyak masalah? Aneh sekali pikiranku ini.
"Emangnya mamamu kemana?"
"Mama kerja tante."
"Mama kamu kerja naik apa emangnya?"
"Naik mobil, tante."
"Emangnya dia nggak bisa anterin kamu sekalian berangkat kerja?"
"Mama selalu marah kalau Dinda minta anter. Kata mama, Dinda cuma ngerepotin aja."
Astaga, apa katanya? Benarkah Sinta seperti itu? Tidak mungkin anak kecil berbohong kan? Tapi kenapa Sinta bisa setega itu pada anaknya sendiri?
"Terus gimana sama papa kamu?"
"Papa pernah marah sama mama waktu Dinda ngadu. Tapi setelah papa pergi, Dinda dipukul dan nggak boleh ngadu lagi. Tante, jangan tegur mama ya," pinta Dinda.
"Tante nggak punya waktu ngomong sama mamamu," ucapku ketus.
Sesampainya di rumah, aku dikejutkan denga kedatangan ibu mertuaku. Dengan tawa bahagia dia menghampiri Dinda dan memeluk lalu menciumnya penuh kasih sayang.
"Hai cucu oma, akhirnya kamu tinggal disini juga. Oma kangen banget sama kamu."
"Dinda juga kangen sama oma," seru Dinda. Dapat ku lihat raut wajah senang Dinda saat ibu memeluk dirinya.
"Bu, apa kabar?" Aku bermaksud menyalim tangan ibu namun beliau langsung masuk ke dalam bersama Dinda.
Ya aku tau, ibu memang sangat membenciku. Sejak aku dinyatakan mandul, beliau seolah menganggap aku sebagai benalu untuk mas Hadi. Berkali-kali beliau meminta kami bercerai namun mas Hadi tidak pernah mau.
Ku ikuti langkah kaki ibu dan Dinda menuju ke dalam.
"Bu, Ana masak dulu ya," ucapku meminta izin ke dapur.
"Ya kalau mau masak ya masak sana. Ngapain izin segala." Ibu menggerutu sambil melirik ku sinis.
Aku sudah biasa mendapat tatapan itu jadi aku tidak mempermasalahkan nya. Aku pun mulai bertempur di dapur. Memasak semua bahan yang sudah aku racik tadi.
"Bu, makan siangnya udah siap." Aku mendatangi Dinda dan ibu yang sedang bermain boneka.
Tanpa menjawab, ibu mengajak Dinda ke meja makan dan menyantap makan siang. Setelah itu, Dinda izin untuk belajar sementara aku berkutat dengan piring kotor di dapur. Aku mendengar suara langkah kaki ibu mendekat. Kini dia sudah berada di belakangku.
"Enak banget hidup kamu ya. Cuma bisa jadi beban anak saya aja. Makan ditanggung, biaya hidup terjamin, tapi sayang nggak berguna."
Aku memilih diam dan melanjutkan mencuci piring.
"Kalau saya jadi kamu, lebih baik saya bercerai saja. Malu dong, udah nggak bisa ngasih anak, jadi beban suami, dipoligami juga santai aja demi hidup enak."
Sakit sekali rasanya saat ibu mengatakan hal itu. Aku berbalik dan tersenyum padanya. "Terima kasih atas nasehatnya, bu."
"Kamu ini dibilangin kok malah makasih. Dasar muka tembok." Ibu berdecak kesal dan meninggalkan dapur untuk menemui Dinda.
Ya itulah caraku untuk melawan ibu. Dengan memasang senyuman padanya. Bertingkah seolah-olah aku bahagia dengan perkataan nya meskipun hatiku sangat sakit. Tapi mau bagaimana lagi, ibu mertuaku memang nyinyir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
kalau punya mertua kaya model ini mening cuekin,hindari aja
2023-02-26
0
Yuen
Apakah harus bodoh dan kalem baru bisa disebut wanita baik hati? Dih gak bgt emg sebagus apa suaminya? Mau aja bagi2 pisang 🙄😏😂 amit2
2023-02-23
0
Ayas Waty
hehehe mertua nyinyir...
2023-02-22
0