Hari ini Aku dan Karmen kembali berkeliling menjual kue dagangannya.
"Berapa harganya dek?"
"Dua ribu Tante".
"Bungkus 10 ya nak"
"Iya Tante". Karmen kemudian menyerahkan kue yang sudah dalam tas kresek. Dan mengambil uang dari Tante tersebut.
Kami lanjut berkeliling kampung, keluar masuk rumah orang dan menawarkan kue dagangan kami.
Setelah lelah berjalan, kami istirahat sebentar dan duduk di bawah pohon yang rindang untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan kami menjual kue.
Meski harus berpanas-panasan kami tetap berjalan agar kue jualan kami bisa habis terjual. Saat tengah berjalan didepan gang sebelah, tiba-tiba ada beberapa anak laki-laki yang menghadang kami.
Mereka ingin merampas uang yang ada didalam tas Karmen.
Awalnya aku dan Karmen terkejut dan agak gugup. Tapi tiba-tiba kulihat Karmen meletakkan nampan diatas batu kemudian menggulung lengan bajunya.
Betapa terkejutnya aku ketika Karmen melayangkan kakinya dan mengenai tubuh seorang anak yang menghadang kami.
Mereka semakin marah dan bersiap-siap untuk menghajar Karmen. Aku yang melihat itu refleks melayangkan tinjuku pada salah satu anak yang hendak memukul Karmen.
Melihat apa yang aku lakukan, Karmen terkejut. Karena biasanya aku hanya diam saat diganggu teman-teman. Tapi kali ini aku nggak bisa diam saja melihat sahabatku dikeroyok. Apalagi sama anak laki-laki yang tubuh mereka lebih gede dari kami. Karmen pun tersenyum melihatku. Dan kami berdua memasang kuda-kuda hendak memukul mereka. Tapi sebelum itu terjadi ada Pak RT yang lewat dan saat anak-anak itu melihat Pak RT mereka langsung lari meninggalkan aku dan Karmen.
Aku dan Karmen mengambil dagangan kami dan segera pulang kerumah.
Dagangan kami gak habis hari ini. Masih tersisa beberapa kue. Aku diberi uang sebagai imbalan aku telah membantu Karmen berjualan.
"Makasih Tante"
"Sama-sama Vania. Makasih udah bantuin Karmen jualan hari ini. Besok lagi ya"
"Iya Tante. Sekarang Vania pamit pulang ya Tan" aku menyalami tangan wanita itu dan meninggalkan rumah itu.
Setibanya dirumah kulihat mama sedang memasak untuk makan malam.
"Sore ma"
"Dari mana saja kamu Vania?! kerjaannya main aja terus!"
"Maaf ma" hanya itu kata-kata yang bisa aku ucapkan ke mama. Aku nggak ingin membantah wanita yang telah melahirkan ku walau aku sering di kasarin sama mama.
"Cepat mandi sana, dan bantu mama siapkan makan malam!".
"Iya ma" aku segera bergegas ke kamar dan mandi. Selesai mandi aku segera keluar kamar dan membantu ibu menyediakan makan malam.
"Mas, ayo kita makan" mama mengajak papa untuk makan malam.
Papa pun segera menuju meja makan dan duduk. Kulihat mama menyendokkan makanan untuk papa. Aku yang melihatnya menjadi cemburu karena mama tidak pernah melayani papaku waktu dulu.
Nafsu makan ku hilang. Tapi aku nggak mungkin gak makan. Aku takut mereka marah padaku dan ujung-ujungnya mereka akan menyiksaku lagi.
Aku menyendok makananku dan mulai menikmati makanan ku. Aku makan dalam diam. Terlalu takut untuk bersuara. Aku hanya mendengar sesekali mama dan papa tiri ku berbicara.
Dari pembicaraan mereka aku dengar kalau mamaku lagi hamil anak papa tiri ku.
Entah apa yang terjadi padaku jika mereka sudah punya anak nanti?
Apakah mereka akan tetap kasar atau mereka akan menerima kehadiranku dalam kehidupan rumah tangga mereka?!
'Ah! semua itu adalah rahasia yang di atas. Aku hanya bisa ikhlas menerima nasib ku saat ini'.
Aku menghabiskan makananku dan segera membersihkan meja makan dan kemudian mencuci semua piring kotor.
Mama dan papa tiri ku yaitu Om Dion sudah duduk diruang tamu sambil menonton TV.
Aku duduk dikursi yang ada disamping mama dan menonton bersama mereka.
Saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam aku segera pamit dan masuk ke kamarku.
Aku sebisa mungkin menjadi anak yang baik. "Ma, pa, Vania ke kamar dulu"
"Sudah sana masuk dan jangan begadang lagi!"
"Iya ma".
Aku meninggalkan mama dan om Dion yang tengah menonton TV.
Saat dalam kamar aku berpikir?
' Apa mama sudah gak kerja lagi? Biasanya mama akan keluar malam dan pulang hampir subuh!'
'Baguslah kalau mama udah nggak kerja lagi.
Kan ada om Dion, kenapa juga mama harus banting tulang mencari nafkah?!' Ah! tahulah, mending aku tidur. Sebelum tidur, ku panjatkan doa pada yang kuasa bermohon padaNya agar aku bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tuaku.
Aku pun terlelap dalam tidurku.
"Tolong...tolong...ma, pa tolong Nia! Jangan tinggalin Nia ma, pa! Hiks...hiks...hiks"
Aku terbangun dari tidurku. Aku juga tengah menangis. Aku mencoba menenangkan hatiku dan mencoba mengingat mimpiku tadi.
Aku bermimpi tenggelam disebuah sungai yang dalam dan dalam mimpiku kulihat mama dan papa nggak menolongku. Mereka malah pergi menjauh dariku. Saat itulah aku berteriak meminta tolong dan memanggil kedua orang tuaku.
Aku menangis tersedu-sedu. Mimpiku terasa nyata. Aku takut mereka benar-benar meninggalkan aku.
Aku pun keluar kamar dan mengambil air putih di dapur. Aku menegak air putih untuk menghilangkan rasa dahagaku. Peluh bercucuran di wajahku. Mimpi tadi membuat aku seperti baru saja lari maraton. Setelah meneguk beberapa gelas air putih, aku kembali ke kamarku.
Aku kembali membaringkan tubuhku dan mencoba untuk memejamkan mataku kembali. Setengah jam kemudian aku baru terlelap.
Keesokan harinya saat aku bangun, kulihat pintu kamar mama dan om Dion masih tertutup rapat. Mungkin mereka masih tidur.
Aku segera membersihkan rumah dan mulai mencuci pakaian kotor. Aku sebenarnya bisa melakukannya saat pulang sekolah, tapi aku ingin berjualan dengan Karmen untuk mendapatkan uang jajan, makanya aku segera menyelesaikan pekerjaan ku agar aku bisa menemani Karmen sebentar sore.
Saat mama bangun, mama langsung membuatkan sarapan untuk kami pagi ini.
Mama tidak banyak mengomeli ku karena aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahku.
Aku kekamar dan mengambil seragam sekolahku dan masuk kekamar mandi untuk bersiap-siap kesekolah.
Setelah selesai bersiap-siap, aku memakan sarapanku yang sudah mama siapkan.
"Pagi...Vania... Vania" kudengar Karmen memanggil namaku.
"Iya sebentar" setelah memasukkan botol minum ke dalam tasku aku pamit sama mama dan menuju sekolah.
"Ayo berangkat!" Karmen mengajakku berangkat ke sekolah bareng.
"Ma aku pamit ya"
"Tante, kami pamit sekolah ya"
"Iya, pulang sekolah langsung pulang ya!"
"Baik ma".
Kami berdua berjalan menyusuri jalan setapak menuju sekolah.
Dalam perjalan, kami bertemu dengan anak-anak yang kemarin menghadang kami.
Tapi nampaknya mereka tidak mau mengganggu kami lagi. Karena mereka hanya menatap kami dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka.
"Baguslah kalau mereka tidak mengganggu kita lagi. Artinya satu masalah selesai. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments