Ketakutan

'Sudah hampir jam 11 malam kenapa mama belum pulang juga?'

Vania sudah merasa kantuk tapi ibunya belum pulang juga. Akhirnya karena rasa kantuk yang menyelimutinya Vania pun mulai hanyut kedalam alam mimpi.

Belum setengah jam Vania tertidur Vania mendengar pintu kamarnya berbunyi. Seperti ada orang yang berusaha untuk membuka pintu kamarnya. Vania yang mengira ibunya sudah pulang dan mungkin saja akan mengecek apakah Vania sudah tidur atau belum langsung turun dari tempat tidur dan membukakan pintu untuknya. Betapa terkejutnya Vania saat melihat siapa yang tengah berdiri didepan pintu kamarnya.

"Om, ada apa?" Vania berbicara pada ayah tirinya dalam keadaan takut.

Tiba-tiba orang itu mendorong Vania masuk kekamar.

"Apa yang ingin om lakukan? Lepaskan Nia om!" Vania mendorong tubuh ayah tirinya yang kini berada dihadapannya.

"Kamu diam saja kalau gak mau aku hajar!".

Vania semakin ketakutan dan air matanya mulai menetes.

Tiba-tiba terdengar langkah didepan rumah mereka. Seketika ayah tiri Vania segera berdiri dan meninggalkan kamar Vania.

"Kamu sudah pulang Maya?"

"Iya mas. Tadi banyak sekali pelanggan soalnya".

Kulihat papa tiri ku yaitu Om Dion menarik tangan mamaku memasuki kamar tidur mereka.

'Syukurlah mama pulang tepat pada waktunya, kalau gak habislah aku!'

Om Dion menuntaskan hasratnya pada mama. Aku bisa mendengar dari suara mama saat itu.

Kutip telingaku dan berusaha memejamkan mataku.

Malam semakin larut, suara jangkrik terdengar mengalun disepanjang malam itu.

Aku pun tertidur dalam ketakutan.

Mungkin hari ini aku bisa lepas dari nafsu bejat om Dion. Tapi dia pasti akan berusaha lagi. Aku semakin takut jika harus berada dirumah jika hanya bersama papa tiri ku

Keesokan harinya, aku beraktifitas seperti biasa.

Kulihat mama tengah sibuk menyiapkan ma

sarapan. Aku segera menghampiri mama dan membantunya mengatur meja makan.

Stelah selesai membantu mama, aku bersiap-siap kesekolah.

Sikap mama masih sama padaku. Mama sering mengomeli ku.

Meski demikian, aku tidak membantah perkataannya.

Aku hanya menjawab sekenanya saja jika mama bertanya atau memberi nasihat padaku.

Aku segera bersiap-siap kesekolah karena sebentar lagi aku akan lulus dan memasuki Sekolah Lanjutan Pertama.

Aku belajar dengan giat agar bisa mendapatkan nilai yang bagus.

Disekolah pun teman-teman sudah jarang mengganggu ku karena aku memiliki teman yang selalu menjagaku.

Seperti biasa, setiap sore hari aku akan menemani Karmen sahabatku menjual kue-kue buatan ibunya.

Lumayanlah, mamanya Karmen akan selalu memberikan upah stelah selesai menjual habis kue dagangannya.

Mama tidak pernah memberikan aku uang jajan semenjak aku pindah dengannya. Aku hanya akan mendapatkan uang jika membantu Karmen berjualan keliling.

Jika ada kue yang tersisa, mama Karmen akan membaginya denganku.

Aku segera kembali kerumah jika jualan kami sudah habis. Aku harus menyelesaikan tugas dirumah sebelum mama dan om Dion pulang.

Malam ini aku sangat takut. Aku bukan takut dengan hantu. Tapi aku takut jika Om Dion melecehkan ku.

Aku segera menyelesaikan semua tugasku dan segera masuk kamar dan mengunci rapat pintu dan jendela kamarku.

Aku tidak ingin om Dion sampai melakukan hal yang tidak senonoh padaku.

Tapi ketakutan ku salah. Malam ini mama pulang lebih awal dari Om Dion.

Pasti om Dion tengah nongkrong sama teman-temannya. Mereka pasti sedang mengkonsumsi minuman keras .

Kudengar mama memasuki kamarnya.

Sejam kemudian Om Dion pulang sudah dalam keadaan mabuk.

Kalau sudah mabuk, Om Dion pasti akan selalu ribut.

Meski ketakutan aku tidak berani keluar dari rumah itu

Aku selalu mendengar mama mengeluarkan suara aneh saat bersama om Dion. Aku yang saat itu masih polos pasti ya tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Kembali ku tutup telingaku karena tidak ingin mendengar suara-suara aneh mama dan om Dion.

Kudengar mama dan om Dion keluar dari kamar dan menuju dapur. Rupanya merekaau makan. Dimeja makan aku sudah menyiapkan makan malam. Aku bisa dengar mereka berbicara tentang aku saat itu.

"Apakah Vania akan melanjutkan sekolahnya?" Tanya om Dion pada mama.

" Aku juga tidak tahu! Aku sudah tidak mampu lagi membiayai sekolahnya!"

Saat mendengar itu, aku menjadi sangat sedih. Rasanya aku ingin berlari dalam kamarku dan meninggalkan rumah itu.

Hingga pada suatu hari saat aku hendak lulus dari sekolahku, mama memberitahukan padaku kalau aku tidak perlu sekolah lagi.

"Setelah ini, kamu gak usah bersekolah lagi. Lebih baik kamu bantu-bantu mama!"

'Meski sudah pernah mendengar kalau mereka akan menghentikan ku sekolah, tapi rasanya hatiku sakit mendengar perkataan mama'.

"Bisakah aku terus bersekolah ma? Kalau mama nggak sanggup membiayai sekolahku, biar aku mencari nafkah agar bisa terus sekolah!" Aku yang tidak pernah membantah perkataan mama, tiba-tiba saja bersuara.

Aku tahu ma pasti marah. Tapi tidak ada salahnya jika aku menyampaikan keinginan ku untuk bersekolah.

Kulihat mama masih diam tidak menjawab ku. Sebenarnya aku sedikit takut mama mungkin akan memukulku. Tapi, mama meninggalkanku begitu saja tanpa bersuara apapun.

Dalam hatiku sedikit lega. Setidaknya mama tidak marah padaku saat itu.

Aku yakin mama pasti akan mengijinkan aku melanjutkan sekolahku.

Setelah perbincangan aku dan mama, kulihat mama duduk sambil menghisap rokok.

Menghembuskan asap rokoknya menyesap lagi menikmati hisapan rokok tersebut.

Aku tidak melihat keberadaan om Dion dari tadi. Mungkin om Dion sedang bekerja.

Saat itu tiba-tiba Karmen muncul di rumahku. Karmen menyapa mamaku dan meminta ijin dari mama untuk bertemu denganku.

Mama pun mengiyakannya.

Kini Karmen memasuki kamarku. Kami duduk diatas kasur dan berbincang tentang sekolah yang baru.

Kulihat Karmen sangat bahagia menyampaikan keinginannya untuk bersekolah di tingkat lanjutan pertama.

Sebenarnya aku juga ingin, tapi aku takut mama dan om Dion tidak akan setuju.

Aku hanya bisa diam dn sesekali akan tersenyum mendengar ocehan sahabat ku itu.

Saat melihatku hanya terdiam, Karmen bertanya padaku: " Kamu kog kayaknya gak seneng, ada apa Nia?"

"Aku tidak apa-apa Karmen".

Aku menjawab Karmen, tapi sepertinya dia tidak percaya dengan jawabanku barusan.

"Gak mungkin kamu baik-baik saja. Jika ada masalah ceritakan padaku. Aku siap mendengarkan ceritamu Nia. Kamu itu sahabatku dan aku ingin kamu bisa berbagi cerita denganku!"

"Ah! Sungguh aku gak kenapa-kenapa kog! Kamu aja yang terlalu khawatir".

Karmen menatapku curiga. Membuat aku merasa tidak nyaman.

Akhirnya aku menceritakan pada Karmen kalau mama dan papaku ingin aku segera berhenti sekolah.

Karmen sangat terkejut mendengarnya.

"Kog bisa?! Mereka melarang kamu sekolah?!"

Karmen terkejut dengan penuturan ku.

"Iya nih, katanya mereka udah gak mampu bayarin bayarin uang sekolah aku".

Aku menjawabnya dengan tersenyum kecut.

"Aku pastikan kamu akan tetap melanjutkan sekolahmu. Dan kita akan bersekolah di sekolah tangan sama!". Akhirnya kami pun mengakhiri cerita kami da Karmen segera pulang kerumahnya.

Terpopuler

Comments

Yem

Yem

Semangat ya Vania.. 😢

2023-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!