Setelah pindah dirumah mama, aku masih belum terbiasa. Kulihat suami baru mama yang sering kumpul sama teman-temannya dan lebih banyak mabuk-mabukan. Aku kadang risih melihat mereka. Tapi aku gak bisa berbuat apa-apa karena aku hanya menumpang dirumahnya.
Mama sering keluar rumah karena harus mencari nafkah. Banyak pekerjaan yang dilakukan mama. Dari mencuci pakaian orang, menjual makanan masak dan kue, sampai sering dipanggil untuk melakukan pijat.
Sebenarnya aku kasihan melihat mama yang harus bekerja mencari nafkah, sementara papa tiri ku kerjanya hanya mabuk-mabukkan.
Suatu hari, aku bertemu dengan seseorang yang tinggal dekat rumahku. Gadis itu sangat baik. Namanya Karmen. Usianya lebih muda setahun dariku.
Kami berkenalan dan akhirnya menjadi teman. Karmen biasa membantu mamanya jualan kue basah di sore hari. Saat itulah kami bertemu. Aku juga berkenalan dengan keluarga Karmen yang ternya mereka adalah orang-orang yang sangat baik.
Kadang aku irih melihat mereka yang hidup bahagia bersama walau sebenarnya keadaan mereka juga sangat miskin.
Mamaku juga mengenal keluarga Karmen dengan baik karena papa tiri ku masih memiliki hubungan keluarga dengan mama Karmen.
Karmen meminta mamaku agar menyekolahkan ku disekolah yang sama dengannya. Dan mama menyetujuinya.
Aku pun didaftarkan disekolah itu dan mulai bersekolah.
Keluarga Karmen selalu menasehati ku agar aku sekolah dengan baik agar aku bisa menjadi orang sukses kelak aku dewasa.
Aku bahagia karena mereka menerimaku. Tapi, penderitaan ku belum berakhir. Setiap kali melakukan kesalahan walaupun itu kesalahan kecil yang tidak sengaja kulakukan, mama akan menghukum ku. Mama akan memukulku sampai babak belur.
Aku hanya bisa menangis. Mamaku kadang memukulku sampai tubuhku terluka dan banyak meninggalkan bekas merah keunguan disana.
Aku ingin lari dan menjauh dari mamaku, tapi aku tak bisa melakukannya. Usiaku masih terlalu kecil waktu itu. Bahkan aku tak bisa membela diri jika mama akan memukulku.
Aku hanya bisa meringkuk disudut kamarku dan menangis.
'Tuhan, mengapa nasibku seperti ini? Apakah mama tidak menyayangiku?'
Aku bahkan menyesali kelahiran ku di dunia ini. Kalau tahu akan mengalami hidup seperti ini, aku lebih memilih tak dilahirkan.
Bukan hanya sekali dua kali aku mendapat siksaan dari mama.
Bahkan saat mama dan papa tiri ku bertengkar, mereka akan melampiaskan kesalahannya padaku.
Aku sering mendengar mereka berkata:
"Semua karena anak perempuanmu itu. Coba kamu tidak membawanya tinggal bersama kita, pasti kita akan baik-baik saja". Aku mendengar kata-kata itu terucap dari bibir papa tiriku.
'Sebenarnya apa salahku? Kenapa aku yang harus disalahkan?'.
Mama seperti orang lain bagiku. Aku merasa kalau aku tidak memiliki seorang ibu.
Aku hanya merasa nyaman bila ada dirumah nenek dan dirumah Karmen.
Disana mereka menerima aku apa adanya. Tak seperti mama da papa tiri ku.
Penyiksaan demi penyiksaan aku terima. Bukan hanya mama yang sering memukulku sampai babak belur. Papa tiri ku bahkan sering memukulku. Kepalaku bahkan pernah ditonjok nya sampai aku merasa pusing.
Aku merasakan hari-hari yang ku lalui terlalu berat. Tak pernah kurasakan kasih sayang dari orang tuaku.
Andai mama dan papaku tak berpisah malam itu, mungkin nasibku takkan begini.
Papaku juga tak pernah muncul sejak kepergiannya malam itu.
Aku jelas merindukan papa.
Apalagi saat aku mendapatkan pukulan dari mama dan papa tiri ku.
Suatu hari, Karmen mengajakku membantu mamanya berjualan keliling membawa kue-kue buatan mamanya.
Aku pun semakin memiliki banyak teman, karena Karmen yang mengenalkan pada teman-temannya.
Setelah mengelilingi kampung menjual kue-kue itu, kami pun kembali kerumah.
Mama Karmen sangat senang karena kue buatannya habis terjual. Mama Karmen memberikan aku upah karena sudah membantu Karmen menjual kue mamanya.
Aku sangat senang menerima upahku.
Awalnya aku menolak, tapi mama Karmen memaksaku untuk menerimanya.
Hari itu adalah hari pertama aku bisa jajan, sejak pindah dan tinggal bersama mamaku.
Di sore hari aku bermain dengan teman-teman ku dihalaman depan rumahku.
Hanya saat bersama mereka aku akan merasa bahagia.
Aku bisa menikmati masa kanak-kanakku dengan sukacita.
Setelah bermain, kami akan kembali pulang kerumah masing-masing. Aku pun harus kembali kedalam rumah dan membantu beberapa pekerjaan mama dirumah.
Aku bisa mencuci piring, menyapu dan mencuci pakaian.
Malam ini, mama mengajakku makan bersama papa tiri ku dimeja makan.
Rasa takut dan gelisah menghantui pikiranku.
Aku juga tidak bisa makan dengan tenang karena aku terlalu takut ada dihadapan mama dan papa tiri ku. Aku takut jika aku melakukan kesalahan, hingga pada akhirnya aku akan dipukul sampai habis-habisan.
Tapi malam ini, Susananya agak berbeda. Kami bisa menyelesaikan makan malam tanpa drama apapun.
Setelah selesai makan, aku akan membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor.
Setelah menyelesaikan semua tugasku, aku masuk ke kamarku. Saat jam 9 malam, kulihat mama sudah memakai pakaian yg rapi dan agak seksi sih menurutku.
Aku tak tahu mama mau kemana.
Mungkin da pekerjaan yang harus dilakukannya malam itu.
Aku melihat mama keluar rumah. Berjalan kaki menyusuri jalan setapak depan rumah.
Saat mama pergi, aku jadi takut. Tapi aku berusaha tenang. Ku kunci pintu kamarku agar tak seorangpun bisa masuk.
Aku pun tertidur dimalam itu.
Saat pagi menjemput, aku bangun dan menyelesaikan beberapa tugas dirumah sebelum aku kesekolah.
Biasanya Karmen akan menjemputku setiap pagi agar kami berangkat sekolah bersama.
Jarak sekolah dengan rumah kami hanya dekat. Ya...begitulah keadaannya, karena kami tinggal di desa . Aku bangga punya teman seperti Karmen. Sudah baik, rajin, pintar pula. Hanya saja Karmen anaknya agak tomboi.
Saat ada anak laki-laki yang menggangu ku, Karmen akan menghajar mereka.
"Makasih ya udah menolongku Karmen".
"Iya sama-sama, Kitakan teman".
Aku merasa nyaman bersama Karmen.
Aku juga sering belajar bersama Karmen.
Karmen memiliki 3 orang adik perempuan.
Karmen adalah anak sulung. Mungkin karena dia adalah anak sulung, membuatnya memiliki tanggung jawab membantu mamanya.
Meski pekerjaan papa Karmen hanya sebagai buruh kasar, tapi kulihat mereka hidup bahagia.
"Tuhan, apakah aku bisa memiliki keluarga seperti Karmen? Aku bukan iri Tuhan, aku hanya ingin hidup bahagia seperti mereka". Setetes air mata menetes di pipiku.
Mau salahkan siapa takdirku begini?
Aku hanya bisa menjalaninya.
Aku berharap suatu saat penderitaan ku akan berakhir berganti kebahagiaan seperti yang dirasakan oleh teman-temanku.
Aku ingin memiliki keluarga yang bahagia.
Mungkinkah mama akan kembali seperti dulu saat bersama papa dulu? Saat kejadian malam perpisahan itu belum terjadi?
Ataukah hidupku akan terus seperti ini?
Visual: Karmen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Oke
Updatenya Thor. Pingin baca kisah selanjutnya.
2023-02-22
1
Oke
Thor ceritanya bikin nangis.😭 Ada ya orang tua kayak gitu. Semoga anak itu jadi anak yang sukses
2023-02-22
2